Jejak Bodhisatwa Menebar Cinta Kasih

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Metta Wulandari

Wen Yu Shijie memberikan sambutan yang dapat menggugah hati relawan untuk terus berkarya

Ruangan  Xi She Ting di aula Jing Si Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk,  tidak lagi sepi lenggang seperti hari-hari biasa. Sabtu, 18 Oktober 2014 jam 14.00 WIB tampak gegap gempita dari para relawan. Pelatihan Zhen Shan Mei ke-8 kembali diadakan dan diikuti oleh puluhan relawan Tzu Chi.  Chia Wen Yu Shijie, relawan senior Tzu Chi hadir untuk membahas tentang budaya humanis yang bertemakan “Jejak Bodhisatwa Menebar Cinta Kasih”. Peserta training bertepuk tangan menyambut Wen Yu Shijie pada saat naik ke atas pentas. Wen Yu Shijie merupakan seorang lulusan di bidang jurnalisme, ia pun memberikan perhatian khusus pada dunia menulis, foto dan video. Semua kegiatan jurnalisme yang dilakukannya dilatarbelakangi oleh rasa cinta kasih beliau pada Tzu Chi Indonesia.  Wen Yu Shijie pun memberikan saran dan kritikan ringan agar semua hasil karya dapat menjadi lebih zhen (benar), shan (bajik) dan mei (indah).

Dasar budaya humanis  dari foto, menulis dan video adalah Da Ai (Great Love) atau Cinta kasih universal. Relawan Zhen Shan Mei hendaknya mampu mengaplikasikan ‘Great Love’ dalam karya-karyanya.  Dengan  berlandaskan pada Gan en (Bersyukur), Zhun Zhong (Saling menghormati) dan Ai (Cinta kasih). Tzu Chi adalah organisasi kemanusiaan lintas agama, ras, bangsa dengan menebarkan cinta kasih universal ke seluruh dunia.  “Ketua Tzu Chi Turki adalah seorang muslim. Tzu Chi Turki  membantu   para pengungsi Suriah yang mayoritas beragama Islam,” kata Wen Yu Shijie.  Sebuah hasil karya yang baik harus memiliki jiwa, sehingga dapat  menyentuh batin pembaca atau penontonnya.  “Contoh sebuah hasil karya yang baik dan edukatif, foto dan artikel di majalah Tzu Chi edisi Oktober 2014 “ Petuah dalam Secangkir Teh,” puji  komite senior ini.

Stephen Ang Shixiong tengah memberikan materi pada kelas fotografi.

Seorang penulis harus memiliki wawasan yang luas dan harus mendalami Dharma untuk menulis Tzu chi. “Xun Fa Xiang (Menghirup Keharuman Dharma) dan vegetarian. Inilah kegiatan Tzu Chi terpenting  saat ini yang harus didalami. Master Cheng Yen berpesan hidup adalah penderitaan dan tidak kekal. Hidup hanya sebatas tarikan nafas, jadi hendaknya kita menggengam waktu untuk giat melatih diri, menyerap Dharma ke dalam hati agar hidup kita tidak  kosong dan sia-sia,” tukas Wen Yu Shijie. Para peserta training dengan serius mendengar dan menyimaknya dengan bersungguh hati.

Senyuman seorang Bodhisatwa yang penuh welas asih, Chia Wen Yu Shijie telah menggugah hati relawan. Relawan Zhen Shan Mei  harus mampu mengubah  momen (kesempatan sesaat) menjadi abadi. Karena tugas mengabadikan, mencatat dan merekam sejarah perjalanan Tzu Chi  adalah tanggung jawab kita semua. Semoga harmonisasi sepenuh hati mampu tertuang ke dalam hasil karya. Semoga dapat menjadi Bodhisatwa yang dapat menyebarkan cinta kasih universal ke seluruh pelosok negeri.

Keceriaan terlihat pada relawan ketika mengikuti kelas teks. Mereka menikmati suasana kelas


Artikel Terkait

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -