Jeli Menggenggam Kesempatan
Jurnalis : Riana Astuti, Willy, Fotografer : Halim Kusin (He Qi Barat), Henry Tando (He Qi Utara), Indrawan Paimin (He Qi Timur), Teddy LiantoZhen Shan Mei Kamp kembali digelar untuk kedua kalinya pada 15 dan 16 November 2014 di Aula Jing Si dan dihadiri oleh relawan Zhen Shan Mei dari 5 He Qi di Jakarta, KP Palembang, Singkawang, dan Lampung
Sejarah tidak dapat berdiri tegak tanpa adanya barisan yang merekam kronologi perjalanan. Oleh sebab itu, Yayasan Buddha Tzu Chi menggalang barisan pencatat sejarah yang memiliki moto Zhen (Benar), Shan (Bajik), dan Mei (Indah). Relawan Zhen Shan Mei (dokumentasi) inilah yang akan menjadi ujung tombak dalam merekam sejarah Tzu Chi.
Kamp yang berlangsung pada 15-16
November 2014 ini merupakan program lanjutan yang digelar pada April 2014 lalu.
Antusiasme muncul ketika seluruh relawan
sudah masuk ke dalam kelompok dan duduk bersama, karena materi yang akan
diberikan dilakukan oleh para trainer dari
Taiwan. Memang, pada kamp ini pemateri berasal dari Taiwan seperti, Lai Rui
Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, Xiao Hui Ru. Rui Ling dan
Dylan sudah kali kedua menghadiri Camp
Zhen Shan Mei.
Ketua Tim Sejarah Divisi Pengembangan Budaya Humanis, Lai Rui Ling menuturkan terjadi perkembangan relawan Zhen Shan Mei yang nyata pada kamp ini. Hal ini menurutnya terlihat dari kekompakkan antar anggota tim saat melakukan praktik lapangan.
Dalam kunjungannya ke Tzu Chi Indonesia para pemateri memiliki harapan serta rasa percaya pada relawan Zhan Shen Mei. “Saya senang dapat berkunjung kembali ke Tzu Chi Indonesia, banyak perkembangan yang nyata pada kamp ini. Ini bisa dilihat dapat dilihat dari kekompakkan mereka ketika mengerjakan tugas. Maka saya merasa kegiatan ini benar-benar kaya akan pengetahuan,” tukas Rui Ling sambil tersenyum.
Materi yang diberikan memiliki unsur keteladanan yang memang diwariskan langsung oleh Master Cheng Yen. Sehingga pada saat relawan Zhen Shan Mei bertugas untuk merekam jejak sejarah akan selalu menjunjung tinggi budaya humanis serta keteladanan. Acara ini pun digelar untuk menggali dan mengembangkan potensi dari tiap relawan Zhen Shan Mei dan juga perkembangan dari misi-misi yang ada di Tzu Chi. “Misi dari Tzu Chi berjalan sangat cepat . Belum lama ini Tzu Chi Indonesia telah membangun sekolah dan saat ini akan membangun rumah sakit. Untuk itu Tzu Chi Indonesia butuh banyak relawan Zhen Shan Mei yang mendokumentasikan sejarah Tzu Chi,” ujar Elisa Tsai, selaku Koordinator Zhen Shan Mei Camp.
Kedatangan trainer dari Hualien, Taiwan dapat membantu pengembangan relawan Zhen Shan Mei Indonesia. Untuk mendukung agar pengembangan ini dapat terus meningkat, setiap sebulan sekali relawan Zhen Shan Mei Indonesia melakukan kegiatan training relawan Zhen Shan Mei. Dalam training yang dilaksanakan rutin satu bulan sekali ini banyak materi serta teknis yang sudah diberikan.
Virny Apriliyanty beryukur bisa mendapat kesempatan berkarya sebagai Relawan Zhen Shan Mei karena tidak hanya datang dan ikut kegiatan tetapi dapat belajar dari narasumber.
Mengasah Kepekaan Diri
Bagi relawan yang aktif pada misi-misi Tzu Chi dan sekaligus menjadi relawan Zhen Shan Mei harus siap dalam setiap kondisi. Pasalnya tiap kegiatan perlu didokumentasikan dengan baik dan rapi, untuk itu relawan dituntut multi-tasking (melakukan beberapa pekerjaan sekaligus). Begitu banyak kegiatan yang berlangsung mereka dapat menerapkan ilmu yang sudah diberikan oleh pemateri pada saat training relawan Zhen shan Mei. “Saya bersyukur bisa menjadi relawan Zhen Shan Mei. Di sini (saya) bisa banyak belajar seperti misalnya ikut kegiatan amal. Tidak hanya ikut kegiatan lalu pulang, tetapi bisa bertanya lebih dalam ke pasien dan belajar dari mereka,” papar Virny Apriliyanty relawan Zhen Shan Mei He Qi Barat. Dara berusia 20 tahun ini memaknai tema dari Zhen Shan Mei Camp ini dengan selalu berbuat kebajikan pada sesama, tidak boleh ada yang kurang. Lebih lanjut, berbuat kebaikan-pun tidak boleh setengah-setengah, harus dilakukan dengan setulus hati.
Virny Apriliyanty yang masih mengenyam pendidikan Jurnalistik di salah satu universitas di Jakarta ini mengatakan jika dalam menyajikan berita untuk tugas kuliah ia terbiasa membuat berita secara fakta. ”Biasanya di kampus, saya menulis hard news (to the point). Segala sesuatu secara fakta. Tetapi di Tzu Chi saya belajar untuk mengimbangi penulisan berita negatif dan memberitakan dengan hati,” ucapnya. Sejauh ini kegiatan relawan Zhen Shan Mei memberinya keuntungan yang baik. “Seperti kata Master Cheng Yen, cinta kasih tidak akan habis dibagikan kepada orang lain, malah akan semakin bertambah dan memberikan kebahagiaan. Begitu juga dalam menulis berita Tzu Chi. Di sini kita membuat berita-berita menggugah yang dapat menginspirasi orang lain untuk turut bersumbangsih,”ujarnya dengan yakin.
Henry Tando mengungkapkan bahwa kunci utama memotivasi relawan Zhen Shan Mei adalah komunikasi yang dijalin untuk membentuk kekompakkan.
Perihal senada pun dirasakan oleh Henry Tando, selaku Koordinator He Qi Utara, menjadi bagian keluarga Yayasan Buddha Tzu Chi memberi makna tersendiri, banyak pengalaman yang didapat. Segala suka dan duka yang silih berganti dapat menjadikannya insan yang memiliki kebijaksanaan. “Buat saya menjadi relawan Zhen Shan Mei memberikan banyak makna, tiap kali kegiatan pasti punya makna dan pengalaman baru. Terlebih Tzu Chi memiliki relawan dengan berbeda karakter. Suka duka memang selalu ada namun yang lebih indah adalah ketika duka diubah menjadi suka,” ujar Henry Tando sembari tersenyum.
Hampir memasuki tahun ketiga pria berkacamata ini menjadi koordinator He Qi Utara, ia selalu menjalin komunikasi dengan relawan He Qi Utara lainnya. Berkomunikasi merupakan langkah awal untuk bisa menciptakan kekompakkan. “Di He Qi Utara kami memiliki kegiatan, dimana para relawan dapat berkumpul, sharing sekaligus membuat karya. Biasanya kami bertemu dan berkumpul hari Rabu pada kegiatan yang diberi nama Sahabat Kreatif,” imbuhnya. Sahabat Kreatif merupakan wadah untuk mengapresiasikan hasil karya relawan He Qi Utara dengan membuat postcard yang berisi foto dan Kata Perenungan Master Cheng Yen. Selain hasil karya foto Henry Tando juga memberikan ruang untuk relawan yang memiliki karya seperti, lukisan, buku yang merupakan produk yang bisa dipamerkan.
Saat ini Henry Tando tengah mencari metode baru untuk menggalang bibit unggul untuk bergabung menjadi menjadi relawan Zhen Shan Mei. Meskipun pada kenyataannya relawan mengalami pasang surut namun Henry Tando optimis untuk mencoba menerapkan secara langsung materi yang diterimanya untuk dibagikan kepada relawan Zhen Shan Mei lainnya. Metode ini dirasa mampu untuk meregenerasi relawan Zhen Shan Mei. Henry Tando dan Virny merupakan insan Tzu Chi yang terus jeli untuk menggenggam ladang berkah dan terus mengasah kepekaan diri untuk mengembangkan potensi dan akhirnya bersumbangsih mencatat sejarah Tzu Chi.
Kamp kali ini memiliki penekanan pada praktik langsung. Para peserta kamp terlihat antusias melakukan peliputan yang hasilnya nanti akan direview oleh para trainer . Zhang Yi Hong (tengah dengan kamera) memberikan tutor dalam kelas langsung kepada peserta kamp sehingga mereka mampu memahami teknis perekaman dengan baik.
Artikel Terkait
Jeli Menggenggam Kesempatan
18 November 2014 Kamp yang berlangsung pada 15-16 November 2014 ini merupakan program lanjutan yang digelar pada April 2014 lalu. Antusiasme muncul ketika seluruh relawan sudah masuk ke dalam kelompok dan duduk bersama, karena materi yang akan diberikan dilakukan oleh para trainer dari Taiwan.Kehangatan Cinta Kasih para Trainer
18 November 2014Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Xiao Hui Ru, Lai Rui Ling, dan Zhuang Hui Zhen yang menjadi narasumber sekaligur trainer pada kamp kali ini. Mereka semua adalah bagian dari tim Daai TV Taiwan atau ada juga yang merupakan Zhen Shan Mei dari Taiwan. Ke-limanya, khusus datang jauh-jauh dari Taiwan ke Jakarta untuk memberikan pelatihan bagi relawan Zhen Shan Mei Indonesia.
Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi
21 November 2014Zhen Shan Mei Camp ke-2 (15 - 16/11) bertemakan, “Di Dalam Keindahan Ada Aku, Anda, dan Dia” yang diselenggarakan di Aula Jing Si telah usai. Namun, semangat untuk mencatat sejarah Tzu Chi dan menjadi aliran jernih masih menyelimuti para peserta kamp. Bagaimana tidak? Dalam kamp ini dihadirkan trainer – trainer yang sudah lama berkecimpung dalam perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Taiwan. Sebut saja Lai Rui Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, dan Xiao Hui Ru.