Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (mengenakan rompi) bersama Kajati Jabar (kanan), Kasam III/Siliwangi (kiri) dan Hengking Wargana (tengah) melakukan pemotongan pita sebagai tanda diresmikannya penggunaan Jembatan Simpay Asih Citarum.
Setelah tertunda cukup lama akibat terhalang kondisi pandemi, pada Selasa, 10 Mei 2022 warga di Desa Resmitinggal, Kecamatan kertasari, Kabupaten Bandung kini dapat bergembira, jembatan yang menjadi penopang kehidupan ekonomi mereka akhirnya diresmikan. Jembatan yang diberi nama Jembatan Simpay Asih Citarum ini diresmikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Jembatan ke-5 yang dibangun oleh Tzu Chi Bandung ini memiliki panjang 70 meter dan lebar 1,2 meter.
“Namanya jembatan menyambungkan ekonomi yang tadinya jembatan bambu banyak rubuh kesapu air, dibangun lagi, kesapu lagi. Sekarang Insya Allah dengan elevasi yang lebih tinggi sehingga potensi tersapu air sungainya jauh lebih kecil. Ini akan lebih permanen ya. Meski begitu, yang namanya jembatan gantung, warga nyebrangnya jangan terlalu banyak ya, pelan-pelan berganti-gantian agar infrastrukturnya tidak membahayakan. Karena yang namanya jembatan gantung pasti ada goyangan-goyangan di tengahnya,“ kata Emil, “ini yang akan kita edukasi juga ke warga untuk pemanfaatan dan perawatannya.”
Jembatan Simpay Asih Citarum ini merupakan jembatan yang ke-5 yang dibangun Tzu Chi Bandung dengan panjang 70 meter dan memiliki lebar 1,2 meter. Hingga saat ini tercatat ada 6 jembatan yang dibangun Tzu Chi Bandung di wilayah Jawa Barat.
Henking Wargana, Wakil Ketua Tzu Chi Bandung dalam sambutannya berharap jembatan ini bisa menjadi jembatan jalinan jodoh baik antara Tzu Chi dengan Warga Desa Resmitinggal.
Kegiatan diawali dengan sambutan oleh Wakil Ketua Tzu Chi Bandung, Hengking Wargana. Menurutnya ini sangat membahagiakan dengan adanya jembatan ini karena dapat menunjang kegiatan sehari-hari masyarakat setempat seperti pergi ke sawah, bersekolah, dan salah satu akses penghubung antara Desa Resmitinggal di Kecamatan Kertasari dengan Desa Sukarame yang berada di Kecamatan Pacet.
“Kami sangat bersyukur hari ini dengan kerja sama kami dengan pemerintah daerah, TNI dan dan berbagai pihak lainnya sehingga bisa terwujud jembatan ini. Jembatan ini menghubungkan 1.300 jiwa di dua kecamatan, jadi kami sangat bersyukur dari semua aparat dan semua stakeholder, termasuk masyarakat ikut membantu. Semoga dengan adanya jembatan ini masyarakat di sini bisa lebih mudah untuk bekerja, menempuh pendidikan, dan mendapatkan layanan kesehatan. Semoga menjadi berkah untuk semua masyarakat yang ada di sekitar sini,“ terang Henking.
Beberapa tahun yang lalu masyarakat membangunan jembatan dengan mengunakan bambu, namun beberapa kali juga jembatan yang berbahan seadanya itu rusak dan hanyut akibat tergerus aliran sungai dan beresiko tinggi untuk dilalui. Setelah melalui proses panjang maka diputuskanlah jika Yayasan Buddha Tzu Chi akan melakukan pembangunan jembatan tersebut.
Dani seorang pedagang batagor keliling kini tak lagi risau ketika harus menyeberang jembatan ke desa sebelah untuk menjajakan dagangannya.
Jembatan ini awalnya dibangun dengan swadaya masyarakat yang terbuat dari susunan bambu dan kerap kali terendam ketika banjir bandang melanda. Hal ini tentu membahayakan karena licin dan juga kondisinya yang mudah rapuh.
Manfaat Jembatan Simpay Asih ini sangat besar bagi masyarakat, salah satunya dirasakan oleh Dani, warga Desa Resmitinggal yang sehari-hari berjualan batagor (bakwan tahu goreng). Sudah hampir 13 tahun lamanya Dani berjualan batagor dengan berkeliling. Selama berjualan Dani seringkali kesulitan untuk menyeberang ke desa yang berada di seberang sungai, terlebih di saat musim hujan karena sangat licin dan berbahaya.
Dani bercerita jika ia pernah terpeleset saat menyeberang untuk berjualan ke desa sebelah, beruntung ia tidak jatuh ke aliran sungai. Dengan adanya jembatan ini Dani bersyukur karena sekarang tidak harus lag khawatir saat menyeberang. Bahkan sekarang kendaraan roda dua pun sudah dapat melaluinya, setelah sekian lama jembatan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki.
“Waktu jembatan kayu saya sering kepeleset, jatuh. Alhamdulillah sekarang saya terasa terbantu sekali buat jualan dan dimudahkan sekali aksesnya dengan adanya jembatan gantung ini. Alhamdulillah dengan adanya jembatan ini saya sudah bisa leluasa berjualan ke sini ke peuntas (seberang) gituh, soalnya kemarin-kemarin kan sering kepegat (terhalang) banjir. Sering sekali kalo sudah sore suka duduk di sini (nggak berani nyeberang) kalo sekarang alhamdulillah dengan adanya jembatan ini terasa terbantu sekali,” ungkap Dani.
Editor: Hadi Pranoto