Jembatan Penyangga Kehidupan

Jurnalis : M. Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : M. Galvan (Tzu Chi Bandung)

Peletakkan batu pertama

Jembatan gantung menjadi tumpuan hidup warga Desa Neglasari untuk menjual hasil perkebunan ke Desa Cisewu. Kondisi jembatan yang buruk dan tidak stabil membahayakan keselamatan warga yang melintas.

Sumbangsih Tzu Chi melalui misi kemanusiaan terus digalakkan dengan tujuan meringankan beban masyarakat yang membutuhkan. Hal ini diwujudkan dengan mengadakan bakti sosial, bantuan kesehatan, bantuan saat terjadi musibah, maupun bantuan pendidikan. Namun, tidak berhenti di situ saja. Pada tanggal  7 April 2015, relawan Tzu Chi Bandung bersama perangkat pemerintahan setempat melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan jembatan gantung yang menghubungkan Desa Cisewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut dengan Desa Neglasari, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur.

Jembatan gantung ini mempunyai peranan penting bagi kehidupan masyarakat setempat terutama bagi warga Desa Neglasari yang masih menggantungkan kehidupan sehari-harinya di Desa Cisewu. Pasalnya, selain pasar tradisonal dan  sarana transportasi, Desa Cisewu juga dilengkapi dengan fasilitas pendidikan dan  kesehatan yang memadai. Hal ini menjadikan mobilitas masyarakat dari Neglasari ke Cisewu cukup tinggi.

Jembatan gantung yang kini berdiri menjadi andalan warga sekitar. Melalui jembatan ini, warga dapat bolak balik antardesa dengan waktu satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua. Jika warga memutar menghindari jembatan, maka waktu perjalanan akan membengkak menjadi empat kali lebih lama. Jembatan juga acap kali digunakan anak-anak Desa Neglasari yang menuntut ilmu di Kecamatan Cisewu mulai dari tingkat SD, SMP, Madrasah Sanawiah/Aliyah, hingga SMA/SMK.

Salah satu kekhawatiran warga adalah putusnya jembatan gantung tersebut. ”Bila ada warga kami yang jatuh sakit apalagi sakit berat, kami bingung harus berbuat apa, karena klinik dan puskesmas terdekat berada di Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. Dan harus kemana kami menjual hasil perkebunan warga? Sangat tidak mungkin untuk dijual ke Kecamatan Cidaun. Apalagi bagi anak-anak sekolah. Bila tidak ada jembatan tersebut, mau tidak mau belajar di rumah,” keluh salah satu warga Neglasari saat relawan Tzu Chi melakukan survei.

Asa yang Terjawab

Melihat kebutuhan masyarakat di dua desa khususnya warga Desa Neglasari, maka pada tanggal 6 Februari 2015, relawan Tzu Chi Bandung melakukan survei lapangan bersama Komando Rayon Militer (Koramil) setempat dan relawan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP).

Peletakkan batu pertama

Relawan Tzu Chi melakukan dialog dengan warga dari dua desa yang dihubungkan oleh jembatan gantung. Para warga mengeluhkan kondisi jembatan yang berbahaya ketika dilintasi.

Survei lapangan ini memperlihatkan kondisi jembatan gantung yang memprihatinkan. Dua pilar dengan lebar satu meter dijadikan sebagai pondasi yang menahan jembatan dengan ketinggian 10 meter tersebut. Jembatan ini beralaskan papan kayu ditambah balok-balok kayu sebagai penyangganya dan dibatasi oleh kawat di samping kiri dan kanannya.  

Alas papan kayu menjadi satu-satunya penahan warga yang melintas di atas Sungai Cilaku berarus deras itu nampak rapuh. Bila berada di tengah jembatan, kita akan merasakan terpaan angin yang menghembus tubuh.  Setiap langkah juga membuat jembatan ini bergoyang tidak stabil. Bila tidak awas, bisa saja tergelincir dan terjatuh dari jembatan yang hanya berpagarkan kawat ini. Tak hanya itu, untuk mencapai jembatan ini, warga harus menempuh jalur yang cukup ekstrim dengan jalan berbatuan tajam dengan banyak tanjakan dan turunan terjal.

Peletakkan batu pertama

Dengan lebar fondasi satu meter, perlu kehati-hatian ekstra saat melintasi jembatan gantung. Belum lagi tali yang menjadi penyangga jembatan bergerak tidak stabil ketika jembatan mendapat beban.

Hal ini mengukuhkan tekad Yayasan Buddha Tzu Chi bekerja sama dengan Komando Daerah Militer (Kodam) III Siliwangi untuk membangun jembatan gantung yang kokoh agar masyarakat dapat menyeberang dengan aman. Hal ini ditandai peletakan batu pertama pada tanggal 7 April 2015.

“Hasil survei melihat bahwa warga yang menggunakan jembatan ini cukup banyak baik dari Kabupaten Cianjur maupun Kabupaten Garut. Jadi jembatan ini sangat dibutuhkan sekali oleh warga. Keadaan jembatannya juga sangat berbahaya, kita lihat jembatan bermaterial dari beberapa kawat saja dengan alasnya juga hanya papan, sungainya pun sangat deras apalagi kalau hujan datang. Jadi kita lihat, memang ini baik untuk kita bangun satu jembatan gantung sehingga buat warga itu aman dan tenteram untuk melintas ke sana,” ujar Herman Widjaja, Ketua Tzu Chi Bandung usai melakukan survei ke jembatan gantung.

Rencananya, jembatan akan dibangun sepanjang 42 meter dengan lebar 1,5 meter dan lama pengerjaan selama 21 hari. Pembangunan jembatan ini diharapkan dapat mengoptimalkan kebutuhan mobilitas warga di kedua desa terutama di bidang perekonomian dan pendidikan.

Peletakkan batu pertama

Para relawan Tzu Chi berharap dengan pembangunan jembatan dapat memberikan manfaat dari segi ekonomi, pendidikan, dan jalinan silaturahmi antar kedua desa.
“Mudah-mudahan dengan pembangunan ini akan memudahkan para warga yang melintasi jembatan dan juga akses jalan yang nanti akan diaspal. Dengan begitu, mudah-mudahan kehidupan warga di sini akan lebih sejahtera serta terjalin silaturahmi antara dua desa pun akan lebih hangat lagi. Selain itu, akan membawa masa depan yang lebih cerah bagi warga di kedua desa ini,” tambah Herman.

Pembangunan jembatan disambut antusias dan syukur oleh warga sekitar. Hal ini diakui oleh Caca Rifai, Camat Cisewu. Menurutnya, dengan apa yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi bagi warga Cisewu serta warga Neglasari akan membuka pintu bagi perkembangan kesejahteraan kedua desa baik dari segi perekonomian, pendidikan, serta terjalinnya silaturahmi.

“Sebagai camat di sini saya ucapkan terima kasih dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa dengan adanya peletakan batu pertama pembangunan ini, mudah-mudahan masyarakat kami di sini bisa mencicipi hasil dari pada pembangunan nanti. Terus, yang selanjutnya, mungkin pembangunan ini yang bisa menghubungkan antara Desa Cisewu dengan Desa Neglasari antara Kabupaten Garut dengan Kabupaten Cianjur, mudah-mudahan pembangunan di dua kabupaten itu bisa berjalan dengan baik,” pungkas Caca.

Peletakkan batu pertama

Jalinan jodoh Tzu Chi yang terjalin dengan warga di Desa Neglasari dan Desa Cisewu diharapkan dapat berkembang membentuk barisan yang ikut menebar cinta kasih.

Senada dengan itu, Letkol. B. Hadi Suseno Dandim 0611/Garut mengutarakan bahwa jembatan ini manfaatnya sangat besar bagi kedua desa. “Untuk pelibatannya, jadi kalau dari material itu, semua murni dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Kemudian, pengerjaannya ini antara Kodim dengan masyarakat bergotong royong untuk mengerjakan jembatan tersebut. Dan ini memang, kita harapkan adanya partisipasi dari masayarakat. Supaya dengan adanya partisipasi tersebut, nantinya mereka sendiri akan memelihara untuk jembatannya,” ujar Hadi.

Semoga dengan adanya jalinan jodoh Tzu Chi dengan masyarakat Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur ini menjadi jembatan dunia Tzu Chi bagi kedua desa tersebut. Dengan harapan adanya bibit cinta kasih Tzu Chi di hati para warga untuk ikut menebarkan cinta kasih kepada masyarakat luas. Pada akhirnya, diharapkan terciptanya dunia yang harmonis serta terbebas dari bencana.


Artikel Terkait

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -