Jika Benar, Lakukan Saja!

Jurnalis : Widya (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Chandra Wijaya, Marcelina (Tzu Ching Jakarta)
 
 

foto
Minggu, 7 Juli 2013, Tzu Ching memulai training dengan melakukan pradaksina.

 “Segala hal adalah berkah asalkan kita rela untuk menjalaninya. Selagi kita merasa benar atas apa yang kita perbuat, zuo jiu dui le (lakukan saja).” Sharing ini dibawakan oleh Hendry salah satu Xuezhang (Kakak seperguruan) dalam Training Tzu Ching pada hari Minggu, 7 Juli 2013 yang diikuti sekitar 86 peserta dari Jakarta dan Tangerang di Fu Hui Ting, Aula Jing SI, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Training Tzu Ching ini diberi untuk memberikan pengajaran dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai Dunia Tzu Chi, Master Cheng Yen, dan Wu Liang Yi Jing (Sutra Makna Tanpa Batas) yang menjadi inti dari ajaran Jing Si. Diharapkan melalui training ini, Tzu Ching dapat menjadi generasi penerus yang dapat membantu Shigong Shangren (Master Cheng Yen) untuk merangkul dunia dengan welas asih dan cinta kasih.

Dalam kesempatan ini, Hendry Xuezhang menjelaskan mengenai apa itu Wu Liang Yi Jing. juga mengajak para peserta  untuk menyimak video mengenai perjalanan Master Cheng Yen dalam membangun Rumah Sakit Tzu Chi di Hualien, Taiwan. Secara geografis letak Hualien berada di daerah pegunungan, sehingga fasilitas pemerintah seperti layanan medis sangat terbatas karena daerahnya yang sangat sulit dijangkau. Oleh karena itu, Master bertekad untuk membangun rumah sakit dengan fasilitas dan kualitas yang terbaik. Tekad Master untuk membangun rumah sakit mengundang cemooh dari sebagian pihak karena menurut mereka sangat mustahil bagi seorang biksuni untuk membangun rumah sakit di daerah tersebut. Tetapi, Master berhasil membuktikannya dengan menghimpun kekuatan cinta kasih yang universal dari masyarakat Taiwan.

Dalam keseharian, Master  tidak henti-hentinya mencuci kotoran batin manusia dengan Dharma, akan tetapi siapakah yang dapat memahami kesendirian dan beban Master dalam menyucikan batin manusia? Pada sesi “Satu Orang Banyak Bodhisatwa”, Phei Se Xuejie,  pun menanyakan, “Maukah kita bersama-sama bertekad untuk tidak membiarkan Master sendirian?” Para peserta pun mengangguk dan bertekad dengan semangat, “Saya tidak mau membiarkan Master sendirian.”

foto  foto

Keterangan :

  • Pada training ini para Xuezhang-Xuejie berbagi tentang semangat Tzu Chi, Master Cheng Yen, dan Sutra Makna Tanpa Batas yang mereka pelajari selama beberapa bulan ini (kiri).
  • Pada training kali ini, Cherryl akhirnya dapat mengenakan seragam Tzu Ching dan ia pun bertekad untuk menumbuhkan bibit Tzu Ching di wilayahnya, Bogor (kanan).

Pada hari itu banyak pula Xuezhang-Xuejie lainnya yang membawa materi mereka dengan menarik. Salah satunya adalah Juliana Xuejie, ia menjelaskan materinya dengan santai melalui sharing mengenai pementasan Wu Liang Yi Jing (Sutra Makna Tanpa Batas) yang akan diadakan pada September mendatang dalam rangka 10 tahun Tzu Ching Indonesia. Wu Liang Yi Jing atau Sutra Makna Tanpa Batas ini adalah intisari yang diberikan oleh Master Cheng Yen kepada semua insan Tzu Chi. “Dari satu menjadi tak terhingga, tak terhingga dimulai dari satu.” Penggalan kata dari Wu Liang Yi Jing ini, seperti menceritakan tentang bagaimana Yayasan Buddha Tzu Chi yang dimulai dari sepasang kaki kecil Biksuni Taiwan dan menyebar hingga ke 48 negara di dunia.

Salah satu peserta Tzu Ching Camp VIII Sisca, yang baru menjalin jodoh dengan Tzu Chi pada bulan Juni lalu juga ikut turut serta dalam pementasan Wu Liang Yi Jing ini. Ia selalu tekun untuk mengikuti kelas Shou Yu (Bahasa Isyarat Tangan) Wu Liang Yi Jing yang diadakan tiap Sabtu, ia juga mengaku saat santai ia menggunakan waktunya untuk mendengar lagu Wu Liang Yi Jing sambil memperagakan Shou Yu.  Berkat ketekunannya, dalam sebulan ia sudah mahir dalam memperagakan Shou Yu Wu Liang Yi Jing.

Dalam training Tzu Ching kali ini, terdapat satu peserta yang berasal dari Bogor, Cherryl yang tahun ini, ia baru genap berusia 18 tahun. Awal perkenalannya dengan  Yayasan Buddha Tzu Chi dimulai dari siaran DAAI TV, drama-drama kisah nyata merupakan program kesukaannya karena mengandung nilai yang positif dan menginspirasinya untuk turut serta menjadi bagian dari keluarga besar Tzu Chi Indonesia. Hingga pada bulan Juni tahun lalu, ia dapat menjalin jodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi  dalam kegiatan kunjungan kasih.Ia juga sudah tahu bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi merupakan sebuah yayasan yang tidak membedakan suku, agama dan ras.  Kemudian, ia juga turut aktif berpartisipasi saat Yayasan Buddha Tzu Chi membuka ladang berkah untuk kakak-kakak pengajar yang mau mengajarkan bimbel kepada anak SD yang kurang mampu. Akhirnya pada tahun ini, ia dapat memantapkan langkahnya di Tzu Ching melalui Tzu Ching Camp VIII. Tahun lalu  ia sempat berpikir untuk menjadi bagian dari kumpulan mahasiswa mahasiswi Tzu Ching, namun dikarenakan tidak mencukupi usia, ia pun mengurungkan niatnya tetapi ia tetap bersumbangsih dan aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Tzu Ching juga diingatkan tentang semangat celengan bambu, usai training mereka pun menuangkan isi celengannya untuk disumbangkan(kiri).
  • Total dana yang di dapat dari celengan bambu tersebut yaitu sebanyak Rp. 1.306.700,- dan disumbangkan untuk dana amal Tzu Chi (kanan).

Ia pun menjelaskan bahwa relawan di Bogor jumlahnya sangat sedikit sekali, melihat hal ini ia bertekad untuk mengajak dan menginspirasi generasi muda yang sama seperti dirinya untuk ikut memajukan Bogor. Saya pun penasaran dan bertanya, “Darimana anda terinspirasi untuk menjalankan tekad sebesar ini?” Ia pun tertawa dan menjelaskan, “Saat Tzu Ching Camp VIII, saya melihat beberapa peserta dari Jambi yang ikut hadir untuk memajukan Tzu Chi di Jambi, lalu terlintas di hati saya, mengapa saya tidak ikut memajukan daerah (Bogor-red) saya sendiri, padahal relawan disana juga sudah ada cuman jumlahnya masih sangat sedikit. Oleh karena itu saya mulai bertekad untuk memajukan daerah saya.” Ujar Cherryl dengan semangat.

Untuk mengikuti training kali ini, ia berangkat dari Bogor jam 04.00 pagi, melewati 25 stasiun untuk sampai ke Jakarta. Ia mengikuti sesi training ini dengan semangat dan tanpa rasa kantuk. Melalui training ini, ia juga berhasil dilantik menjadi Tzu Ching dengan seragam khas biru putihnya. “Saya senang sekali dapat menjadi bagian dari Tzu Ching, akhirnya penantian saya selama ini terjawab.” Ia pun terus bertekad untuk berjalan di jalan Bodhisatwa ini dengan menggalang hati dan dana yang dimulai dari keluarganya sendiri. Hingga saat ini, ibunya juga ikut aktif menjadi relawan Tzu Chi.

Sosok Cherryl dapat menjadi teladan bagi kita semua. Semangat dan tekadnya dalam meneruskan cinta kasih kepada orang lain dapat kita contoh dan kita teladani. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.” Asalkan ada sebersit niat awal yang murni, maka cinta kecil akan berkembang menjadi cinta universal. Semoga kita bisa bersama-sama mengikuti jejak langkah Bodhisatwa dan berjalan di jalan Bodhisatwa ini.

  
 

Artikel Terkait

Pembangunan Jembatan Gantung di Desa Depok

Pembangunan Jembatan Gantung di Desa Depok

17 November 2020

Pada 11 November 2020, Tzu Chi Bandung dan Kodam III/Siliwangi meletakkan batu pertama pembangunan jembatan gantung di Desa Depok, Cisompet, Garut. Awalnya jembatan yang menghubungkan 3 desa tersebut hanyut diterjang banjir bandang pada Oktober 2020. 

Mengenal Lebih Jelas Tentang Vaksinasi Covid 19

Mengenal Lebih Jelas Tentang Vaksinasi Covid 19

29 Juli 2021

Yayasan Buddha Tzu Chi Kp. Palembang mengadakan acara Bincang Kesehatan dengan Tema “Vaksinasi Covid 19 Teman atau Musuh?” Pada Jumat, 23 Juli 2021 Pkl. 19.00 WIB – 21.00 Wib menggunakan Aplikasi Zoom.

Menabur Benih Cinta Kasih Melalui Pendidikan

Menabur Benih Cinta Kasih Melalui Pendidikan

29 Juli 2011
Chia Shixiong kemudian mengajak anak-anak untuk bersama-sama lebih membangunkan kesadaran untuk melestarikan lingkungan, dan semuanya haruslah dimulai dari diri sendiri.
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -