Jing Si Talk: Apa yang Kita Tunggu?

Jurnalis : Meihui (He Qi Utara), Fotografer : Metasari, Feranika Husodo (He Qi Utara
 
 

fotoWen Yu Shijie membawakan tema “Mengapa Harus Bertobat?" kepada 80 peserta dalam acara Jing Si Talk di Jing Si Books and Cafe Pluit Jakarta Utara pada tanggal 15 Mei 2011.

Jing-Si Books & Café Pluit di Minggu siang tanggal 15 Mei 2011 terlihat ramai oleh relawan dan pengunjung. Kesibukan ini telah dimulai sejak pagi hari dengan beragamnya kegiatan rutin relawan Tzu Chi dari He Qi (komunitas relawan) Utara yang diselenggarakan di sini. Relawan memanfaatkan hari-hari termasuk setiap akhir minggunya dengan bersumbangsih dalam misi-misi Tzu Chi: amal, pendidikan, kesehatan, dan budaya kemanusiaan.

Siang itu, di lantai dua Jing-Si Books & Café Pluit, Jakarta Utara diselenggarakan acara Jing Si Talk, suatu program bulanan sharing Dharma yang menghadirkan pembicara yang kompeten di bidangnya. Jing Si Talk kali ini adalah edisi keempat, menghadirkan pembicara spesial, yaitu Chia Wen Yu, seorang komite dan relawan Tzu Chi yang bergabung sejak masa-masa awal berdirinya Tzu Chi di Indonesia. Lamanya ia bergabung di Tzu Chi Indonesia sama dengan usia Tzu Chi Indonesia itu sendiri.

Jodie Lienardy Shixiong yang bertindak sebagai MC memulai acara dengan memperkenalkan Wen Yu Shijie yang akan membawakan tema “Mengapa Harus Bertobat?" kepada 80 peserta yang antusias hadir di acara ini, Wen Yu Shijie dengan gaya bicara yang enerjik menyampaikan bahwa sejak bergabung dalam Tzu Chi, hidup menjadi lebih colourful, penuh arti dan lebih berbahagia.

Ia pun bercerita tentang pengalaman masa lalunya. Dahulu ketika marah, ia akan susah melupakannya sampai bertahun-tahun, namun kini setelah menyadari “Mengapa harus membenci, mengapa harus mendendam sampai bertahun-tahun?, Wen Yu dengan mudah melupakannya. “Gunung tidak bisa berputar, jalan bisa diputar, jalan tidak bisa putar maka orang yang berputar, saat orang tidak bisa berputar, maka pikiranlah yang diputar,” kata Wen Yu Shijie mengutip salah satu perkataan Master Cheng Yen.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 80 relawan yang hadir dalam sharing ini tampak antusias memperhatikan setiap materi yang disampaikan oleh Wen Yu Shijie. (kiri)
  • Wen Yu Shijie yang merupakan relawan komite pertama yang dilantik dari Indonesia ini menyampaikan sharingnya di Jing Si Talk kali ini. (kanan)

Tzu Chi selalu menanamkan pikiran positif. Melihat seseorang ibarat melihat gelas yang ada sedikit cacat, namun yang dilihat adalah bagian yang bagus, bukan bagian yang cacat. Hal ini adalah sikap menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap orang memiliki ego, tetapi Master Cheng Yen mengajarkan bagaimana membuat harmonis setiap hubungan. Kita hendaknya menjalin jodoh yang baik dengan semua. Berdana sepuluh ribu rupiah, satu dollar, itu pun adalah satu cinta kasih.  Satu buah senyuman, satu sapaan “hai”, satu sentuhan adalah membina jodoh yang baik.

Di mana kita berpijak, di langit mana kita berlindung, di sanalah kita berkontribusi. Wen Yu Shijie mengisahkan ketika tamu dari Malaysia datang berkunjung ke Indonesia dan terkagum-kagum saat melihat Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng. Rusun Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng dibangun untuk menampung para warga yang terkena relokasi bantaran Kali Angke. Relawan Tzu Chi memberikan perumahan yang layak, dan dilengkapi fasilitas rumah sakit dan sekolah. Anak-anak yang tinggal di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi juga merupakan harapan bangsa yang suatu saat dapat  menjadi pemimpin bangsa. Dengan pendidikan yang baik, kepercayaan diri anak-anak ini sangat meningkat. Mereka pun menjadi lebih berani memiliki cita-cita dan harapan.

Wen Yu Shijie mengatakan di Tzu Chi, setiap pemberian adalah tanpa pamrih. Dari setiap kegiatan, selain bermanfaat bagi penerima bantuan, sesungguhnya yang mendapat manfaat adalah pemberi bantuan itu sendiri. Ia sering melihat relawan yang menemani di bagian kasus dan merasa sangat berbahagia. Dengan bersumbangsih di bagian kasus, memberi kesempatan bagi relawan untuk melihat langsung kenyataan hidup di masyarakat. Setiap insan harus menahan diri dan kembali ke norma-norma kehidupan. Kita sering tidak pernah terpikir bahwa kita telah banyak mengurangi sumber daya bumi dengan banyak memakai sumber daya tersebut. Saat ini empat unsur utama bumi, yaitu air, udara, tanah, dan api sangat tidak stabil.  Tiga bencana besar timbul dari angin, air, dan api. Dan tiga bencana lainnya adalah bencana penyakit, kelaparan, dan peperangan.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam Jing Si Talk ini juga ditayangkan sebuah video mengenai lingkungan yang semakin rusak akibat ulah manusia (penebangan hutan). (kiri)
  • Sebagai penutup acara, para peserta diajak berdoa bagi bumi ini, dan peserta pun beranjali berdoa dalam lagu “Berdoa” yang syahdu. (kanan)

Sharing pun dilanjutkan dengan penayangan video mengenai kondisi lingkungan saat ini. Dalam video tersebut dikatakan Amerika hanya ada tiga juta petani, hasilnya sebagian besar untuk binatang dan biogas, bukan untuk konsumsi manusia.  Di suatu negara, semakin maju, semakin banyak konsumsi daging, membutuhkan peternakan yang banyak. Bisnis peternakan mendatangkan keuntungan yang besar, namun menghabiskan sumber daya yang besar juga. Penebangan hutan 60 persen digunakan untuk peternakan, padahal pohon berfungsi untuk menjaga kualitas udara. Rawa-rawa yang sangat penting untuk bisa menjaga air pun sudah banyak berkurang. Peternakan menjadi salah satu sumber pencemaran tanah dan air bersih. Kondisi tanah tempat peternakan menghasilkan gas metana yang sangat tinggi, yang jauh lebih berbahaya daripada karbodioksida (CO2) dan mempercepat pemanasan global.

Perbuatan manusia akan membuahkan hasil yang harus dibayar mahal. Kita harus melakukan perubahan, tidak banyak waktu lagi, bagaimana kita harus bertanggung jawab terhadap akibat yang ditimbulkan dari perbuatan manusia sendiri. “Waktunya kita bersatu, tidak perlu meratapi apa yang telah tiada. Kita masih ada setengah hutan, kayu, hewan dan sumber daya lain yang bisa diselamatkan. Kita mengetahui bagaimana solusinya, jadi apa lagi yang kita tunggu,” kata Wen Yu Shijie. Dari segi lingkungan, 60 persen hutan Amazon telah dimanfaatkan untuk peternakan. Tanah bekas peternakan telah asam dan tidak dapat ditanami lagi. Hasil peternakan pun menimbulkan penyakit seperti SARS, flu burung.

Dari sisi kewelasasihan, banyak kejadian ternak disuntik hormon, dan hidup di peternakan diperlakukan secara kurang layak. Master Cheng Yen tiada hentinya setiap hari mengimbau kita untuk menyelamatkan bumi dengan bervegetarian. Dari segi anatomi tubuh, manusia bukan pemakan daging (karnivora). Gigi manusia hanya cocok untuk mengonsumsi sayuran, demikian juga usus manusia. Manusia memiliki usus yang panjangnya sebelas kali tinggi tubuh manusia.

Beberapa waktu lalu, Master Cheng Yen menyampaikan Dharma mengenai Karma. Karma ada tiga macam, yaitu: Sekarang berbuat, sekarang terbalas; Sekarang berbuat, di kehidupan yang akan datang terbalas atau sekarang berbuat, pada saat lengah akan terbalas. “Karena itu, setiap saat berbuat baik, maka karma baiklah yang akan diterima. Saat ini terjadi banyak bencana, cepatlah masukkan Dharma ke dalam hati dan bervegetarian,” ujar Wen Yu Shijie. Sharing oleh Wen Yu Shijie dalam Jing Si Talk edisi mengenai pertobatan ini sungguh membuka mata, hati dan pikiran peserta yang hadir, karena dibabarkan secara sistematis dan didukung penayangan video berisi kondisi bumi dan lingkungan saat ini, renungan-renungan, serta Dharma Master Cheng Yen. Sebagai penutup, peserta diajak berdoa bagi bumi ini, dan peserta pun beranjali berdoa dalam lagu “Berdoa” yang syahdu.

  
 

Artikel Terkait

Cinta Kasih yang Menyentuh Hati Masyarakat

Cinta Kasih yang Menyentuh Hati Masyarakat

22 Desember 2014 Baksos pengobatan ke-34 Tzu Chi Pekanbaru diadakan pada hari Minggu, 14 Desember 2014. Sebanyak 49 Bodhisatwa Tzu Chi Pekanbaru (termasuk 4 Dokter, 2 Apoteker dan 2 Perawat) turun ke halaman Rumah Bu Haji untuk bersumbangsih dan berbagi untuk masyarakat Rumbai, tepatnya di Jl. Yos Sudarso.
Pembinaan TIMA Bandung Kepada Relawan Tzu Chi mengenai “Manajemen Stres”

Pembinaan TIMA Bandung Kepada Relawan Tzu Chi mengenai “Manajemen Stres”

17 Februari 2014 Stres merupakan respon secara fisik, mental, atau emosional terhadap suatu kejadian yang menyebabkan terjadinya ketegangan fisik atau mental.
“Terima Kasih Ayah”

“Terima Kasih Ayah”

10 Agustus 2011
Ayah adalah seorang pahlawan di dalam keluarga. Ia berkerja untuk melengkapi kebutuhan anak-anaknya, ingin melihat anaknya tumbuh dewasa, tumbuh menjadi anak yang sukses. Ia menyekolahkan anaknya dengan tetesan keringat di tiap harinya tanpa rasa mengeluh atau bosan.
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -