Jing Si Talk: Mengembangkan Kebijaksanaan

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)

fotoPosan Shixiong memberikan sharingnya ketika menemani pasien dan selalu mengingatkan mereka untuk bersyukur dalam kegiatan Jing Si Talk di Jing Si Books & Cafe Pluit, Jakarta Utara.

“Sungguh suatu keberuntungan, Lulu Jong Shijie akan membawakan Jing Si Talk  hari ini.” Sambutan dari Po San Shixiong sebagai MC acara ini dengan senyuman khasnya menyapa para peserta sekaligus membuka acara Jing Si Talk yang diadakan pada hari Minggu, 23 Oktober dan dihadiri 20 orang peserta di Jing Si Books & Café, Pluit, Jakarta Utara.

 

Shixiong-Shijie, topik yang akan dibawakan adalah “Bodhicita”,” demikian suara merdu dari Lulu Shijie membuka acara siang hari itu. Bodhicita berarti kebijaksanaan (berasal dari kata Bodhi artinya bijaksana dan Citta adalah pikiran). Kebijaksanaan diperoleh dari menggali welas asih dalam diri kita sendiri dan dapat ditingkatkan selanjutnya dengan pemahaman mana yang benar dan mana yang salah. Hanya mengetahui saja tanpa dipraktikkan belum dapat disebut sebagai bijaksana.

Dengan melihat, mendengarkan dengan hati dan turut merasakan penderitaan orang lain dan makhluk lainnya seperti hewan, dan merasakan penderitaan mereka sebagai penderitaan kita sendiri, maka akan menimbulkan jiwa welas asih dan timbul rasa bersyukur dalam diri kita. Menggali rasa bersyukur dan rasa welas asih ini akan memunculkan kebijaksanaan. Jiwa kebijaksanaan akan melekat di dalam diri dan akan mengikuti kita pada kehidupan berikutnya, sedangkan wadah kebijaksanaanya adalah tubuh kita yang akan musnah sebab kehidupan manusia tidaklah kekal (meninggal).

foto  foto

Keterangan :

  • “Dengan melihat, mendengarkan dengan hati dan turut merasakan penderitaan orang lain dan makhluk lainnya seperti hewan sebagai penderitaan kita sendiri, maka akan menimbulkan jiwa welas asih dan timbul rasa bersyukur dalam diri kita," ucap Lulu Shijie.(kiri)
  • Mengembangkan jiwa kebijaksanaan tidak serta merta diperoleh, tetapi harus senantiasa diperjuangkan dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapainya. (kanan)

Master Cheng Yen dengan penuh welas asih telah memberikan Jalan Bodhisatwa melalui Tzu Chi agar setiap relawan dapat belajar melatih diri dan menggali jiwa kebijaksanaannya dalam menghadapi kasus pasien yang sakit, menolong orang lain seperti pada saat kunjungan kasih, baksos kesehatan, kunjungan ke panti asuhan dan rumah jompo. Kebijaksanaan yang diajarkan oleh Master Cheng Yen terbagi dalam empat hal utama. Hal pertama adalah “Bersyukur”, melihat dan mendengar penderitaan orang lain dan sebagai langkah awal timbulnya kebijaksanaan. Kemudian mengembangkan sifat positif kita menjadi “Toleransi”, yang dapat menghasilkan berkah sesungguhnya. Selanjutnya mengembangkan “Hati yang lapang” dan niat yang tulus, dan yang terakhir adalah mengembangkan “Hati penuh welas Asih.”

Rasa cinta welas asih yang tulus akan menimbulkan cinta universal bukan hanya kepada sesama umat manusia, tetapi juga terhadap bumi. Oleh sebab itu Master Cheng Yen sering mendengungkan kata “Tidak ada waktu lagi”. Memang benar Master Cheng Yen sudah berusia lanjut, tetapi maksud tersirat dari ungkapan tersebut adalah di saat kini bencana sudah terjadi di mana-mana, dunia sedang mengalami pemanasan global dan kemunduran moral yang sangat signifikan, maka Master Cheng Yen mengharapkan kita semua untuk terus menerus melakukan banyak perbuatan baik, memupuk jasa kebajikan sebanyak-banyaknya agar dapat menghindari karma buruk kolektif tersebut. Jika hal tersebut tidak segera dilakukan, maka kita tidak ada waktu lagi. Sebab bencana-bencana dan kerusakan yang lebih dashyat lagi akan dialami oleh semua umat manusia di masa mendatang.

Menghargai dan Menciptakan Berkah
Master Cheng Yen senantiasa mengimbau semua murid-muridnya agar bervegetarian dan melakukan pertobatan atas semua kesalahan yang pernah diperbuat. Bila seseorang tidak dapat berubah dan selalu melakukan perbuatan-perbuatan tidak baik, bukan saja menyebabkan berkah yang sudah dimilikinya dari kehidupan lampau akan habis terkikis, namun juga tidak dapat memunculkan jiwa welas asih dalam dirinya. Sebagai murid Master Cheng Yen yang baik kita harus menyadari, menghargai dan selalu dapat menciptakan berkah. Berkah bukan hanya berbentuk materi, tetapi juga mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan. Menghargai berkah dan menciptakan berkah di ladang kebajikan ini juga merupakan praktik nyata dari pemahaman tentang kebijaksanaan.

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta yang hadir mendengar dan mencatat setiap sharing yang diberikan oleh Lulu Jong Shijie.(kiri)
  • Untuk meningkatkan keakraban antar peserta, di akhir acara diputar lagu “Qian Shou Lai Qian Shou” (Bersama-sama Bergandengan Tangan) dan memeragakan isyarat tangan.(kanan)

Krisis pangan yang melanda sebagian negara di dunia mengakibatkan penduduknya sangat menderita akibat kelaparan. Tubuh mereka hanya terbungkus dengan kulit saja dan ajal kematian setiap saat datang menjemput. Melihat dan mendengar situasi seperti ini, apakah kita masih akan menghambur-hamburkan uang dengan pola hidup konsumtif dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat? Beberapa waktu lalu, Master Cheng Yen mengimbau kita untuk makan 80% saja dan sisa 20% makanan tersebut dapat di hemat untuk membantu mereka yang tidak mampu. Sungguh sebuah langkah yang penuh welas asih dan sangat bijaksana, dan sebagai murid Master Cheng Yen tentu kita harus mendukungnya.

Para peserta yang hadir tampak sangat puas dengan pencerahan luar biasa tentang kebijaksanaan dan pemahaman untuk peningkatan kebijaksanan. Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan yang salah, serta mana yang baik dan jahat. Sedangkan kepintaran adalah kemampuan untuk membedakan mana yang untung dan rugi.

Semua langkah besar dimulai dari langkah kecil dan kita harus segera mulai dari sebuah niat yang tulus dan tanpa pamrih untuk menolong orang lain. Dengan pikiran yang baik, menimbulkan hati welas asih dan melakukan perbuatan di jalan yang benar dengan mempraktikkan kebijaksanaan secara nyata dalam kehidupan ini secara berkesinambungan. Mengembangkan jiwa kebijaksanaan tidak serta merta diperoleh, tetapi harus senantiasa diperjuangkan dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapainya, karena setiap memiliki tekad maka pasti ada kekuatan. “Dengan menghapus kegelapan batin yang berwujud keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, kita dapat mencegah kemerosotan moral manusia. Atasi keserakahan dengan berdana,  atasi kebencian dengan jiwa welas asih dan atasi kebodohan dengan kebijaksanaan. (Master Cheng Yen).

Semoga jiwa kebijaksanaan dapat memenuhi batin dari setiap insan Tzu Chi yang selalu tulus ikhlas dan tanpa pamrih melangkah di Jalan Bodhisatwa ini. Setiap orang adalah sebuah Sutra, oleh karenanya kita harus menjalin jodoh dan karma yang baik dengan orang lain, sebab cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.

 

  
 

Artikel Terkait

“Harta Boleh Hilang, Semangat Tetap Harus Ada” (Bag. 1)

“Harta Boleh Hilang, Semangat Tetap Harus Ada” (Bag. 1)

05 Maret 2014 Relawan Tzu Chi Supriadi Marthaen memberi semangat Jab Boen Tiong dan istrinya. Keduanya mengalami sedikit depresi akibat musibah yang menimpa mereka. Akibatnya, mereka pun kurang bersemangat untuk menata kembali hidup mereka.
Suara Kasih: Menciptakan Kehidupan yang Bermakna

Suara Kasih: Menciptakan Kehidupan yang Bermakna

10 Agustus 2012 Hidup di dunia ini, kita harus menjaga pola pikir kita untuk dapat menciptakan kehidupan yang cemerlang. Inilah tujuan kita. Meskipun dunia ini penuh dengan penderitaan, kita harus memanfaatkan tubuh yang sehat ini untuk memperluas dan memperdalam makna kehidupan kita.
Menghirup Dharma

Menghirup Dharma

09 Mei 2023

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 berkumpul di ruangan Budaya Humanis Sekolah Cinta  Kasih Tzu Chi, Cengkareng Jakarta Barat. Mereka mengadakan kegiatan Xun Fa Xiang (menghirup harumnya Dharma) pada 30 April 2023.

Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -