Jing Si Talk: Semangat Pertobatan

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Suhendra (He Qi Utara)

fotoHok Lay Shixiong menceritakan pengalamannya setelah 3 kali berkesempatan kembali ke kampung halaman batin, Hualien, Taiwan.

Nada pengingat khusus  di telepon gengamku  berbunyi, aku membaca pesan di note tersebut: “14 September 2011, pukul 19.00-21.00; Jing Si Talk di RS  Royal Progress, Sunter.” Tanpa membuang waktu, segera aku berkemas untuk hadir di acara tersebut. Jam menunjukkan pukul 18.03 WIB saat aku tiba di RS Royal Progress yang “eksklusif” ini , sebab rumah sakit  ini menyediakan makanan vegetarian bagi seluruh pasiennya termasuk makanan untuk para karyawan, dokter dan suster yang bekerja di sana.

Menaiki lift bagian belakang bangunan rumah sakit yang kokoh ini, akhirnya aku sampai  di lantai 9 dan tampak sebuah ruangan khusus tempat acara ini diadakan.

Sungguh membahagiakan dapat hadir di acara Jing Si Talk ini yang berisikan sharing dari relawan dengan tema, “Pulang kampung halaman batin”, yang diilhami dari sharing yang sama di acara bedah buku beberapa hari sebelumnya. Tepat pukul 19.08 WIB, Jing Si Talk kedua yang diadakan oleh Hu Ai Sunter ini dibuka oleh Aping Rianto Budiman Shixiong dengan mengundang 4 relawan yang akan berbagi cerita saat pulang ke kampung halaman batin.

Acara yang dihadiri oleh 28 orang peserta ini diawali dengan pemutaran video tentang jejak perjalanan para relawan pada saat pulang ke kampung halaman batin (Taiwan). Video tersebut berisi sharing para relawan dari berbagai negara dan acara persamuhan pertobatan Air Samadhi yang berhasil diliput oleh tim 3 in 1  Taiwan.   Sebagian besar peserta acara tampak sangat antusias menyaksikan video tersebut.

Sharing Relawan
Hok Lay Shixiong mendapatkan kesempatan pertama untuk menyampaikan sharingnya. Ia sudah 3  kali pulang ke kampung halaman batin. Pada saat pulang ke Taiwan untuk yang pertama kalinya, ia berikrar untuk berhenti merokok, kemudian tahun lalu saat pulang ke kampung halaman batin yang kedua kalinya, ia pun berikrar untuk bervegetarian, dan bulan lalu adalah ketiga kalinya ia kembali ke kampung halaman batin. Kisah dimulai saat ia diwawancarai oleh staf Da Ai TV Taiwan dan ia pun memberikan pengakuannya. “Kita harus mengakui kesalahan bukan hanya di dalam hati, tetapi harus diungkapkan di depan umum agar dapat berubah menjadi lebih baik, sebab Master Cheng Yen selalu mendorong kita untuk mengutamakan pembinaan diri, bukan hanya mencari berkah saja,“ ucapnya yang telah bergabung menjadi relawan sejak 4 tahun yang lalu.

“Semua tempat karaoke dan klub malam di Jakarta pernah saya kunjungi. Dulu saya sering tidak pulang ke rumah, bahkah dulu pernah istri saya minta berpisah. Sebab saya berpikir duit punya saya, terserah bagaimana saya menggunakannya,” akunya. Tetapi sekarang ia sudah bertobat, ”Sekarang saya menyadari usia sudah tidak muda lagi, kesehatan penting untuk dijaga. Kalau sekarang, saya menolak kalau diajak pergi ke tempat hiburan, walaupun mungkin saya tidak dapat order dari klien tersebut,  saya tidak peduli,”  ungkap Hok Lay Shixiong dengan  mimik wajah yang serius.

foto  foto

Keterangan :

  • Rabu 14 September 2011, relawan Tzu Chi Hu Ai Sunter mangadakan Jing Si Talk di RS Royal Progress Sunter, Jakarta Utara. (kiri)
  • Empat orang relawan hadir sebagai pembicara dalam acara ini dan berbagi pengalamannya saat pulang ke kampung halaman batin.(kanan)

Pertobatan Air Samadhi telah menginspirasinya untuk selamanya berada di Jalan Bodhisatwa dan menjaga ucapannya agar selalu berbicara kata-kata yang baik. Melalui pertobatan ini ia pun akan berusaha menjadi orang yang lebih baik dan bijaksana bagi  keluarga dan semua orang. Para peserta yang hadir malam itu pun kagum dengan pernyataan yang diucapkan oleh Hok Lay Shixiong.

Sharing dilanjutkan oleh Cun Meng Shixiong, seorang relawan He Qi Timur. Ia berkata sejak ia pindah  ke Gading serpong, ia pun jarang mengikuti kegiatan di Kelapa gading, sehingga membuatnya memiliki perasaan bersalah sebelum berangkat ke Taiwan dan belum mempersiapkan diri dengan baik. Tetapi sepulang dari kampung halaman batin, ia pun bertekad akan menjadi “pasukan semut” Master Cheng Yen. Ia yang sudah bervegetarian beberapa tahun yang lalu, juga telah memberikan makanan vegetarian kepada anak Balitanya karena ia tidak mau menanamkan karma buruk bagi putranya. 

“Saya pertama kali pulang ke Taiwan,” demikian Suyanti Shijie memulai sharingnya. Ia mulai bervegetarian sejak dua tahun yang lalu. Saat mengetahui makanan daging kaleng yang terbuat dari daging tidak segar ia pun memutuskan tidak mau makan daging lagi.  Selama di Taiwan, Suyanti Shijie berusaha menghindari makanan seperti cabe, sayur asin, sayur sun, dan lobak. Sejak kecil Yanti memiliki masalah dengan perut dan  penyakit maag beberapa tahun ini. "Bukan karena makanan di Taiwan kurang atau tidak sesuai dengan saya, tetapi saya berusaha menghindari makanan yang sudah diambil tidak terbuang sia-sia, bila tidak dimakan," ungkap Yanti.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Sepulangnya dari Taiwan, Cun Meng Shixiong bertekad menjadi "pasukan semut" Master Cheng Yen dalam menebarkan kebajikan.(kiri)
  • Nony Intan Shijie berikrar akan bervegetarian dan juga bertekad akan menjadi murid Master Cheng Yen di setiap kehidupan. (kanan)

 

Saat menyaksikan Drama Persamuhan Pertobatan Air Samadhi pada babak “Karma”, ia merasa takut sekali akan karma dan sempat meneteskan air mata. ”Tetapi saya malu, takut ketahuan orang kalau saya menangis,” tuturnya.  Bagian lain dari persamuhan ini yang menyentuh hatinya adalah kisah seorang relawan yang menderita kanker lever stadium 4, tetapi masih memiliki semangat kuat dan giat berlatih isyarat tangan sehingga saat meninggal, posisinya digantikan oleh putranya. Cerita tersebut sangat memberikan inspirasi baginya.

Menjadi murid yang baik
Menutup acara Jing Si Talk ini, Nony Shijie memberikan sharingnya. Nony sudah beberapa kali pulang ke Taiwan dan sangat senang kali ini dapat pulang bertiga dengan kakak dan adiknya. “Awalnya hanya kakak dan adik saya yang mau pergi,” ungkap Nony Shijie yang akhirnya berhasil mendapatkan izin dari papanya untuk pergi bertiga.  

Nony Shijie  mendapat berkah duduk di deretan paling depan selama pelatihan di Taiwan, namun merasa menyesal tidak dapat belajar banyak karena saat itu tekanan darahnya sangat tinggi, walaupun sudah banyak minum obat. Nony bahkan menangis karena takut tidak lagi memiliki kesempatan untuk berbuat kebajikan. Menurut Nony Shijie dari sharing dengan relawan senior di Taiwan dikatakan, “Menangis di dunia Tzu Chi adalah hal yang  wajar, justru aneh apabila tidak menangis.”  

Nony Shijie juga mengakui dulu banyak berbuat kesalahan kepada orangtuanya dan dia mengungkapkan penyesalannya dan menyatakan pertobatan yang tulus kepada orangtuanya untuk senantiasa berbakti kepada orang tuanya. Nony Intan Shijie sudah bervegetarian sejak 2 tahun yang lalu ini berikrar akan  bervegetarian di setiap kehidupan, dan juga bertekad akan menjadi murid Master Cheng Yen di setiap kehidupan.  Saat menonton Da Ai TV, ia akan menangis mendengar Master Cheng Yen mengucapkan Gan En, sebab merasa apa yang dilakukan selama ini belum banyak dan merasa tidak pantas menerima ucapan Gan En dari Master Cheng Yen. Sungguh luar biasa ungkapan Nony Shijie yang menyentuh hati dan memberikan semangat inspirasi yang besar kepada para hadirin yang mendengarnya. Tepat pukul 21.00 WIB, acara Jing Si Talk ini diakhiri dengan tepukan hadirin yang meriah.

Aku teringat Kata Perenungan Master Cheng Yen: “Kepintaran adalah kemampuan untuk membedakan untung dan rugi, sedangkan kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan benar dan salah, baik dan jahat.” Sharing para relawan di acara ini telah menambah kebijaksanaan kepada relawannya dan yang terutama adalah semangat pertobatan itu telah menginspirasi jiwa setiap hadirin. Semangat pertobatan ini hendaknya dapat terus membara di hati setiap relawan, khususnya relawan yang telah membagi pengalamannya dan semangat ini agar dapat menjaganya supaya tidak  padam.  

Marilah belajar Dharma dan semangat Master Cheng Yen di acara bedah buku secara rutin  dan menghadiri acara Jing Si Talk agar kita dapat mempraktikkannya dalam kehidupan nyata  untuk meningkatkan jiwa kebijaksanaan, welas asih dan cinta kasih murni, sehingga akhirnya hal ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri untuk menapak di Jalan Bodhisatwa  dan dapat membimbing banyak orang  berbuat kebajikan di ladang berkah Tzu Chi.


Artikel Terkait

Memperkaya Makna Kehidupan

Memperkaya Makna Kehidupan

07 Mei 2018
Pada 29 April 2018, diadakan pertemuan Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) di kantor Tzu Chi Pekanbaru. Pada kegiatan kali ini, materi difokuskan tentang Masa Celengan Bambu Tzu Chi yang dimulai pukul 15.30 WIB di kantor Tzu Chi Pekanbaru.
Bingkisan untuk Hari Raya

Bingkisan untuk Hari Raya

09 September 2011
Untuk membagikan bingkisan tersebut sebelumnya dilakukan survei terlebih dahulu di pemukiman-pemukiman yang penduduknya kurang mampu secara ekonomi.
Semarak Cinta Kasih di Rumah Sakit Baru

Semarak Cinta Kasih di Rumah Sakit Baru

03 November 2014 Antusiasme pengunjung  cukup  tinggi, sebab bazar ini  bukan bazar vegetarian biasa yang rutin diadakan setiap tahunnya. Bazar tahun ini sebuah upaya untuk menggalang dana bagi pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia.
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -