Jing Si Talk: Semangat Pertobatan
Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Suhendra (He Qi Utara)Hok Lay Shixiong menceritakan pengalamannya setelah 3 kali berkesempatan kembali ke kampung halaman batin, Hualien, Taiwan. |
| |
Menaiki lift bagian belakang bangunan rumah sakit yang kokoh ini, akhirnya aku sampai di lantai 9 dan tampak sebuah ruangan khusus tempat acara ini diadakan. Sungguh membahagiakan dapat hadir di acara Jing Si Talk ini yang berisikan sharing dari relawan dengan tema, “Pulang kampung halaman batin”, yang diilhami dari sharing yang sama di acara bedah buku beberapa hari sebelumnya. Tepat pukul 19.08 WIB, Jing Si Talk kedua yang diadakan oleh Hu Ai Sunter ini dibuka oleh Aping Rianto Budiman Shixiong dengan mengundang 4 relawan yang akan berbagi cerita saat pulang ke kampung halaman batin. Acara yang dihadiri oleh 28 orang peserta ini diawali dengan pemutaran video tentang jejak perjalanan para relawan pada saat pulang ke kampung halaman batin (Taiwan). Video tersebut berisi sharing para relawan dari berbagai negara dan acara persamuhan pertobatan Air Samadhi yang berhasil diliput oleh tim 3 in 1 Taiwan. Sebagian besar peserta acara tampak sangat antusias menyaksikan video tersebut. Sharing Relawan “Semua tempat karaoke dan klub malam di Jakarta pernah saya kunjungi. Dulu saya sering tidak pulang ke rumah, bahkah dulu pernah istri saya minta berpisah. Sebab saya berpikir duit punya saya, terserah bagaimana saya menggunakannya,” akunya. Tetapi sekarang ia sudah bertobat, ”Sekarang saya menyadari usia sudah tidak muda lagi, kesehatan penting untuk dijaga. Kalau sekarang, saya menolak kalau diajak pergi ke tempat hiburan, walaupun mungkin saya tidak dapat order dari klien tersebut, saya tidak peduli,” ungkap Hok Lay Shixiong dengan mimik wajah yang serius.
Keterangan :
Pertobatan Air Samadhi telah menginspirasinya untuk selamanya berada di Jalan Bodhisatwa dan menjaga ucapannya agar selalu berbicara kata-kata yang baik. Melalui pertobatan ini ia pun akan berusaha menjadi orang yang lebih baik dan bijaksana bagi keluarga dan semua orang. Para peserta yang hadir malam itu pun kagum dengan pernyataan yang diucapkan oleh Hok Lay Shixiong. Sharing dilanjutkan oleh Cun Meng Shixiong, seorang relawan He Qi Timur. Ia berkata sejak ia pindah ke Gading serpong, ia pun jarang mengikuti kegiatan di Kelapa gading, sehingga membuatnya memiliki perasaan bersalah sebelum berangkat ke Taiwan dan belum mempersiapkan diri dengan baik. Tetapi sepulang dari kampung halaman batin, ia pun bertekad akan menjadi “pasukan semut” Master Cheng Yen. Ia yang sudah bervegetarian beberapa tahun yang lalu, juga telah memberikan makanan vegetarian kepada anak Balitanya karena ia tidak mau menanamkan karma buruk bagi putranya. “Saya pertama kali pulang ke Taiwan,” demikian Suyanti Shijie memulai sharingnya. Ia mulai bervegetarian sejak dua tahun yang lalu. Saat mengetahui makanan daging kaleng yang terbuat dari daging tidak segar ia pun memutuskan tidak mau makan daging lagi. Selama di Taiwan, Suyanti Shijie berusaha menghindari makanan seperti cabe, sayur asin, sayur sun, dan lobak. Sejak kecil Yanti memiliki masalah dengan perut dan penyakit maag beberapa tahun ini. "Bukan karena makanan di Taiwan kurang atau tidak sesuai dengan saya, tetapi saya berusaha menghindari makanan yang sudah diambil tidak terbuang sia-sia, bila tidak dimakan," ungkap Yanti.
Keterangan :
Saat menyaksikan Drama Persamuhan Pertobatan Air Samadhi pada babak “Karma”, ia merasa takut sekali akan karma dan sempat meneteskan air mata. ”Tetapi saya malu, takut ketahuan orang kalau saya menangis,” tuturnya. Bagian lain dari persamuhan ini yang menyentuh hatinya adalah kisah seorang relawan yang menderita kanker lever stadium 4, tetapi masih memiliki semangat kuat dan giat berlatih isyarat tangan sehingga saat meninggal, posisinya digantikan oleh putranya. Cerita tersebut sangat memberikan inspirasi baginya. Menjadi murid yang baik Nony Shijie mendapat berkah duduk di deretan paling depan selama pelatihan di Taiwan, namun merasa menyesal tidak dapat belajar banyak karena saat itu tekanan darahnya sangat tinggi, walaupun sudah banyak minum obat. Nony bahkan menangis karena takut tidak lagi memiliki kesempatan untuk berbuat kebajikan. Menurut Nony Shijie dari sharing dengan relawan senior di Taiwan dikatakan, “Menangis di dunia Tzu Chi adalah hal yang wajar, justru aneh apabila tidak menangis.” Nony Shijie juga mengakui dulu banyak berbuat kesalahan kepada orangtuanya dan dia mengungkapkan penyesalannya dan menyatakan pertobatan yang tulus kepada orangtuanya untuk senantiasa berbakti kepada orang tuanya. Nony Intan Shijie sudah bervegetarian sejak 2 tahun yang lalu ini berikrar akan bervegetarian di setiap kehidupan, dan juga bertekad akan menjadi murid Master Cheng Yen di setiap kehidupan. Saat menonton Da Ai TV, ia akan menangis mendengar Master Cheng Yen mengucapkan Gan En, sebab merasa apa yang dilakukan selama ini belum banyak dan merasa tidak pantas menerima ucapan Gan En dari Master Cheng Yen. Sungguh luar biasa ungkapan Nony Shijie yang menyentuh hati dan memberikan semangat inspirasi yang besar kepada para hadirin yang mendengarnya. Tepat pukul 21.00 WIB, acara Jing Si Talk ini diakhiri dengan tepukan hadirin yang meriah. Aku teringat Kata Perenungan Master Cheng Yen: “Kepintaran adalah kemampuan untuk membedakan untung dan rugi, sedangkan kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan benar dan salah, baik dan jahat.” Sharing para relawan di acara ini telah menambah kebijaksanaan kepada relawannya dan yang terutama adalah semangat pertobatan itu telah menginspirasi jiwa setiap hadirin. Semangat pertobatan ini hendaknya dapat terus membara di hati setiap relawan, khususnya relawan yang telah membagi pengalamannya dan semangat ini agar dapat menjaganya supaya tidak padam. Marilah belajar Dharma dan semangat Master Cheng Yen di acara bedah buku secara rutin dan menghadiri acara Jing Si Talk agar kita dapat mempraktikkannya dalam kehidupan nyata untuk meningkatkan jiwa kebijaksanaan, welas asih dan cinta kasih murni, sehingga akhirnya hal ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri untuk menapak di Jalan Bodhisatwa dan dapat membimbing banyak orang berbuat kebajikan di ladang berkah Tzu Chi. |