Jiwa Kebijaksanaan yang Terus Dibina
Jurnalis : Agus Lee (Tzu Chi Batam), Fotografer : Bobby (Tzu Chi Batam)
Relawan Komite Tzu Chi Batam, Budianto tengah menjelaskan makna dari seorang relawan calon komite.
Kamp Pelatihan Relawan Komite dan Calon Komite 2017 telah diadakan di Aula Jing Si Tzu Chi Center Jakarta pada 11-12 Maret yang lalu. Kamp selama dua hari tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi 530 relawan yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Batam. Melihat insan Tzu Chi Batam yang bersukacita dalam Dharma usai mengikuti pelatihan, Ketua Hu Ai Batam, Diana Loe mengajak insan Tzu Chi Batam berkumpul bersama. Para relawan diajak mendengarkan pengalaman para calon komite selama mengikuti pelatihan di Jakarta.
Acara ramah tamah kali ini diadakan tiga hari setelah para relawan pulang dari Jakarta. Tepatnya pada Rabu, 15 Maret 2017. Sejak pukul 19.00 WIB, para insan Tzu Chi Batam sudah berkumpul di kantor Tzu Chi Batam. Jessica selaku ketua pelatihan Tzu Chi Batam memulai dengan menjelaskan klasifikasi jenjang relawan. Kepada para relawan calon komite yang baru dilantik, Jessica mengungkapkan, semuanya berkesempatan untuk naik menjadi komite pada tahun 2018 tergantung niat dan usaha setiap relawan.
“Saya berharap bagi yang mau menjadi komite harus memenuhi seluruh persyaratan administrasi rekomendasi komite. Tidak ada pengecualian apabila tidak bisa memenuhi persyaratan,” kata Jessica.
Selain memberikan beberapa materi tentang jenjang relawan, Megawati, relawan komite, juga memberikan presentasi singkat mengenai laporan kegiatan Tzu Chi Batam selama tahun 2016.
Pelantikan menandakan perjalanan sebagai insan Tzu Chi baru dimulai
Dalam ceramah Master Cheng Yen, Master berpesan bahwa pelantikan hanyalah permulaan sebagai insan Tzu Chi di jalan Bodhisatwa ini. Master berharap setiap insan Tzu Chi yang sudah dilantik dapat mengambil peran lebih banyak di lingkungan masyarakat. “Saat kita siap untuk dilantik, kita harus siap untuk menjalani misi kemanusiaan ini. Apabila setelah pelantikan kemudian tidak menjalani misi-misi kita, itu sama halnya dengan tidak dilantik”, jelas Master Cheng Yen.
Di kesempatan ini, salah satu Relawan Komite Tzu Chi Batam, Budianto juga menjelaskan tentang makna seorang relawan calon komite. Salah satunya terlihat melalui seragam yang kini mempunyai logo bambu di dada sebelah kiri.
“Seperti yang kita ketahui, dalam dialek Taiwan, ‘bambu’ (竹) mempunyai nada yang sama dengan ‘kebajikan’ (德). Tiga bambu melambangkan kekuatan yang terhimpun ketika bersatu, yakni ‘zhong zu you li’ (眾竹有力). Master berkata Tzu Chi tidak ada tanpa kehadiran saya, anda, dia. Semoga dengan berkumpulnya banyak insan dapat menumbuhkan tenaga yang lebih kuat sehingga dapat lebih banyak bersumbangsih di masyarakat,” kata Budianto.
Budianto juga menjelaskan arti di balik setiap persyaratan menjadi relawan komite. “Contohnya harus menggalang dana sebanyak 60 donatur, mengapa harus begitu? Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus menjalin jodoh baik dengan orang. Menggalang dana adalah salah satu cara untuk menjalin jodoh dengan para donatur. Selain itu, kita juga dapat melatih kesabaran kita ketika kita tidak mendapatkan perlakuan yang baik saat menggalang dana,” sambungnya.
Melihat antusias para relawan yang baru dilantik menjadi calon komite, Diana Loe juga bersukacita dan memberikan beberapa pesan cinta kasih sebagai penutupan acara.
Selain Sun Hock, relawan dari Selatpanjang, Hardy juga berbagi bagaimana kamp selama dua hari tersebut menjawab pertanyaan yang selama ini tidak didapatkan jawabannya.
Budianto menambahkan bahwa pada dasarnya Tzu Chi adalah sebuah wadah pelatihan diri. Apabila pemikiran ini tidak ditanamkan di benak masing-masing relawan, maka seluruh persyaratan untuk menjadi relawan komite tidak akan tercapai. Selain itu, seorang calon komite juga harus berani mengemban tanggung jawab.
Sebersit niat yang menjadi kenyataan
Sebanyak 32 relawan Tzu Chi Batam yang mengikuti pelatihan di Aula Jing Si Jakarta, semuanya mendapatkan pengalaman dan pembelajaran yang berbeda. Salah satu relawan calon komite yang baru dilantik, Sun Hock mengaku sangat tersentuh atas kerja keras relawan yang ada di Jakarta.
“Semua relawan di sana begitu sepenuh hati menyumbangkan tenaga, pikiran dan waktu untuk menyukseskan kegiatan Tzu Chi. Saya berharap dapat mengikuti semangat para Shixiong shijie di sana dan lebih giat lagi di yayasan ini,” ujar Sun Hock.
Selain Sun Hock, relawan dari Selatpanjang, Hardy juga berbagi bagaimana kamp selama dua hari tersebut menjawab banyak pertanyaan yang selama ini belum didapatkan jawabannya. Sepuluh tahun yang lalu Hardy menjalin jodoh dengan Tzu Chi melalui bakti sosial yang diadakan oleh relawan yang datang dari Jakarta. Saat itu, ia turut menjadi sukarelawan membawa pasien ke baksos. Tiba di sana, ada suatu hal yang membuatnya bingung, mengapa insan Tzu Chi membungkukkan badan dan mengucapkan terima kasih kepada para pasien?
“Ternyata ucapan terima kasih itu memiliki
makna bahwa dengan bertemu dan memberikan bantuan kepada pasien inilah, para
relawan mempunyai kesempatan untuk memupuk berkah dan kebijaksanaan,” ujarnya.
Mulai saat itu pula, terlintas di benak Hardy
bersama dua teman lainnya, “Akan indah sekali apabila ada kantor Tzu Chi
di sini (red-Selatpanjang)”. Tidak hanya berpikir, beliau juga
bertindak dengan berkoordinasi dengan Tzu Chi Batam mengenai bagaimana
syarat untuk membentuk sebuah kantor di Selatpanjang. Akhirnya sebersit
niat menjadi kenyataan dengan dibentuknya Perintisan Kantor Penghubung
Selat Panjang pada tanggal 3 September 2016.
Walaupun
sudah sekian tahun bergabung di Tzu Chi, namun ada satu hal yang membuat
Hardy gelisah. Sebagai seorang umat Buddha aliran Maitreya, beliau
merasa tidak leluasa ketika mengikuti kebaktian di Tzu Chi yang selama
ini berbeda dengan yang dilakukannya di vihara. Hal itu membuatnya
bingung.
"Sebenarnya Yayasan Buddha Tzu Chi ini lebih mementingkan ke
sosial atau ke agama?" Hardy menceritakan pengalamannya selama mengikuti
kamp di Jakarta, “Saat itu ada satu sesi kebaktian di Lt.4 Aula Jing
Si. Kala itu seorang panitia kamp mengatakan bagi yang merasa tidak
leluasa, diperbolehkan untuk ke samping. Saat itu saya merasa sangat
lega”, ungkap Hardy.
“Saat kebaktian dimulai, dilantunkan syair‘立愿文’,
walaupun saat itu saya tidak mengikuti kebaktian, namun saya kenal lagu
itu, sambil melantunkan lagu itu, saya meneteskan air mata. Seakan-akan
tidak lagi penting Tzu Chi adalah organisasi sosial atau bukan, tetapi
apa yang dilakukannya hanya demi mewujudkan tiga harapan Master Cheng
Yen (mensucikan hati manusia, masyarakat aman dan tenteram, dunia bebas
dari bencana),”lanjutnya.
Melihat antusias para relawan yang baru dilantik menjadi calon komite, Diana Loe juga bersukacita dan memberikan beberapa pesan cinta kasih sebagai penutup acara. “Para relawan agar semakin giat dalam menggalang hati para masyarakat dan selalu hadir dalam kegiatan Tzu Chi. Dengan demikian, berkah dan kebijaksanaan setiap insan akan terus bertambah dan berkembang setiap hari,” ujarnya.
Artikel Terkait
Pelatihan Komite dan Calon Komite: Sharing tentang Karma
16 Maret 2017Pembahasan tentang karma, menjadi salah satu materi sharing yang disampaikan relawan Hendry Chayadi di depan peserta pelatihan calon komite dan komite 2017. Pelatihan Komite dan Calon Komite digelar di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK dan diikuti oleh 580 relawan.
Kamp Pelatihan Relawan Komite & Calon Komite 2017: Tzu Chi sebagai Ladang Pelatihan Diri
13 Maret 2017Selama dua hari, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Kamp Pelatihan Relawan Komite & Calon Komite 2017. Kamp berlangsung di Gedung Aula Jing Si, Tzu Chi Center. Kamp dibuka tanggal 11 Maret 2017 dan dihadiri oleh 580 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.