Kevin saat pertama kali melihat dan terkesan dengan budaya humanis relawan Tzu Chi. Ketika itu ia sedang mencuci mobil pada waktu Tzu Chi sedang melakukan baksos pembagian paket beras di Kelurahan Krukut.
Welas asih adalah kesediaan untuk bersumbangsih tanpa memikirkan kesulitan dan susah payah yang harus dihadapi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
Jagalah pikiran dan hati dengan baik, maka jodoh baik akan dating karena apa yang kita pikirkan bisa menjadi kenyataan. Seperti kisah Kevin.
Cerita ini berawal pada hari Sabtu, 16 April 2022 yang merupakan hari libur bagi kebanyakan orang. Di hari yang sama, relawan Tzu Chi juga tengah mangadakan pembagi paket beras di Kelurahan Krukut, Jakarta Barat. Di hari itu pula, Kevin tengah mencuci mobilnya di bengkel besar, tepat di samping Kantor Kelurahan Krukut. Sambil menunggu mobilnya selesai dicuci, Kevin melihat langsung ada beberapa relawan Tzu Chi yang melayani seorang nenek tua renta bertongkat satu, bernama Nenek Tika. Saat itu, relawan membantu Nenek Tika sejak keluar dari kelurahan hingga naik ke becak. Kevin menjadi tertarik dengan pelayanan budaya humanis Tzu Chi yang dipraktikkan para relawan.
Sontak setelah itu, Kevin tergerak dan memanggil relawan lalu mulai bertanya tentang berbagai kegiatan Tzu Chi. “Wow, ternyata Tzu Chi tidak hanya memberi bantuan materi saja, namun mau membantu dengan totalitas dengan memastikan bantuan apalagi yang dibutuhkan oleh si penerima paket beras,” kata Kevin terkesan. Ia pun bertanya bagaimana caranya untuk menjadi relawan Tzu Chi karena dia ingin ikut menjadi relawan.
Sebelumnya Kevin yang bekerja di sebuah bank dari Thailand bersama Amanda sang istri sudah tertarik dengan Tzu Chi sejak melihat bangunan Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk. Mereka lalu mengikuti perkembangan Tzu Chi lewat website www.tzuchi.or.id dan Instagram @tzuchiindonesia, juga melihat banyak donatur bergabung di Tzu Chi.
Budi Suparwongso, relawan Tzu Chi (kanan) sedang memberikan pertanyaan kepada Kevin dan Amanda mengenai acara sosialisasi relawan baru di Tzu Chi.
Sementara itu, pengalaman baik pertama dari Amanda terjadi kira-kira dua bulan lalu saat datang ke RSCK Tzu Chi Cengkareng untuk mengobati asisten rumah tangga yang sakit lambung lumayan parah. Ia terkesan karena rumah sakit ternyata menyediakan bantuan pembuatan BPJS yang akan meringankan beban pasien, tidak mengedepankan keuntungan semata, melainkan memprioritaskan perhatian atau solusi.
“Kalau ada rencana mau memakai jasa BPJS, tulis saja dulu tindakan akan membuat BPJS, jadi kalau nanti ada tindakan yang serius, bisa langsung dibuatkan BPJS dan pihak RSCK Tzu Chi Cengkareng akan membantu prosesnya,” kata Amanda mengingat perkataan dari petugas administrasi.
“Di saat itu saya langsung merasa tergerak. Wah, padahal itu bukan pekerjaan dia, harusnya dia cuma melakukan administrasi tapi dia melakukan extra miles untuk menolong kami. Itu adalah sebuah good gesture yang membuat saya salut,” lanjut Amanda menceritakan perasaannya waktu itu.
Pengalaman baik kedua Amanda adalah ketika hendak melakukan general check-up di Tzu Chi Hospital. Amanda mendapat pelayanan ramah dan tulus dari seorang relawan Tzu Chi yang sangat baik hati, itu pun membuat kesan tidak terlupakan sehingga hati Amanda semakin tergerak. Sehingga ketika Amanda mengetahui bahwa Kevin sudah bertekad menjadi relawan Tzu Chi (dengan mengikuti Sosialisasi terlebih dahulu), sang istri menyambut gembira dan langsung mau ikut sang suami menjadi relawan Tzu Chi juga.
Bergabung Menjadi Relawan
Herty menjelaskan mengenai kegiatan Tzu Chi pada saat sosialisasi relawan baru Tzu Chi tanggal 7 Mei 2022 melalui Zoom.
Cerita ini berlanjut ketika keduanya merasa gembira bisa ikut terdaftar sebagai peserta sosialisasi Tzu Chi hingga setiap hari, keduanya saling mengingatkan supaya tidak lupa tanggalnya. Pada saat sosialisasi Tzu Chi tanggal 7 Mei 2022 melalui Zoom, Kevin dan Amanda memutuskan untuk tidak ikut acara keluarga dan tidak pergi keluar rumah. Sebaliknya, mereka dengan senang hati mengikuti tahapan sosialisasi. “Kami fokus, yang namanya orang tergerak pasti belajarnya dari dalam hati. Kami mau belajar lebih banyak dari Tzu Chi,” kata Kevin.
Pandemi belum berakhir namun peserta sosialisasi sudah berjumlah 38 orang, di antaranya 26 orang berasal dari wilayah He Qi Pusat dan 12 orang lainnya dari luar kota seperti Pontianak dan Sukabumi. Anne Lie, Koordinator Bidang Pelatihan pada kesempatan lain mengatakan bahwa sosialisasi relawan ini bisa dikatakan sebagai pintu gerbang menyambut para calon relawan yang memiliki keinginan untuk bergabung di barisan Tzu Chi. Sosialisasi relawan bertujuan untuk memperkenalkan para calon relawan tentang visi dan misi Tzu Chi juga berbagai kegiatan yang dilakukan di komunitas.
Dari sosialisasi itu, Kevin senang dengan berbagai aktivitas yang ada di komunitas. Amanda paling suka dengan bagian pelestarian lingkungan dan Kevin senang dengan diskusi buku, bagian dokumentasi misalnya untuk ambil foto, juga yang berhubungan dengan pelatihan medis. Mereka berdua terlihat antusias dengan kegiatan Tzu Chi.
“Dari sisi milestone yang akan dilakukan, kami rasa masih panjang sekali perjalanannya dan harus belajar banyak. Jadi kalau bisa untuk sosialisasi selanjutnya, bisa dibuat milestone atau visualisasi tahapan apa saja yang bisa atau harus dilakukan oleh relawan baru. Bisa dengan memberikan semacam timeline atau petunjuk tahap demi tahap apa saja yang bisa kami lakukan sejauh 6 bulan atau satu tahun agar memudahkan kami untuk berkegiatan,” ungkap Amanda dan Kevin yang menanti berkegiatan bersama relawan lainnya.
Editor: Metta Wulandari