Joyful Living

Jurnalis : Amelia Devina (He Qi Utara), Fotografer : Feranika Husodo (He Qi Utara)
 

fotoPara peserta bedah buku bertepuk tangan layaknya anak-anak untuk merasakan rasa bahagia yang polos, tanpa beban apa pun. Orang dewasa sering menjadi tidak bahagia karena banyak beban.

 

 

“Kembali hadir relawan dan pembicara hebat asal Malaysia, Ji Shou Shixiong akan bersama kita menyelami ‘Joyful Living’ dan bagaimana kita dapat menggunakan kekuatannya dalam tiap langkah hidup kita. Hadirlah di….”

Demikianlah bunyi pesan singkat undangan yang disebar untuk datang ke acara bedah buku He Qi Utara Kamis malam itu, 22 Oktober 2009. Lalu Ji Shou pun bertanya, “Apakah kita datang untuk belajar karena membaca adanya kata ‘hebat’ di sana? Master Cheng Yen pun cukup hebat, bukan? Apakah kira-kira beliau menunggu kedatangan orang yang lebih hebat dari beliau lagi barulah beliau hendak belajar? Sesungguhnya Master Cheng Yen mengajarkan bahwa tiap manusia adalah sebuah kitab.”

 

 

 

Are You Happy?
Bedah buku malam itu dibuka dengan cukup meriah. Karena berhubungan dengan kesenangan dan kebahagiaan, para peserta diminta oleh pembawa acara untuk tersenyum lebar dan lepas, mengikuti senyum seorang nenek tua dengan gigi ompong yang fotonya tertampang di slide show. Kemudian, pembawa acara pun mengajak seluruh hadirin untuk bertepuk tangan selayaknya anak kecil yang sedang gembira. Tepuk tangan yang natural, heboh, penuh suara, dengan mimik penuh keceriaan. Seusai bertepuk tangan, tentu saja, seluruh peserta merasa lebih bersemangat! Walaupun tersenyum dan bertepuk tangan terkesan mudah, ternyata kedua perkara ini tidak sesederhana yang kita perkirakan kalau kita melihat pemandangan para peserta di malam hari itu. Ya, untuk tertawa saja terkadang kita masih harus berpikir. Padahal, kita hanya perlu merasakan; dan tawa yang tulus pun akan dengan hangatnya terdengar dari mulut kita!

Ji Shou malam itu membuka sharingnya dengan bertanya, “Are you happy? Apakah Anda bahagia?” Kalau Anda yang ditanya, apa jawaban jujur Anda? Malam itu, terlihat beberapa perserta mengacungkan tangan, sedangkan selebihnya memilih untuk menjawab dalam hati mereka masing-masing. Kebahagiaan memang selalu menjadi pembahasan menarik yang tak pernah usang untuk dibicarakan. Namun pertanyaannya, apakah kita tahu kebahagiaan itu? Dan apakah kita telah mencari kebahagiaan di tempat yang tepat, di arah yang benar?.

Seperti Anak Kecil
Sering kita berpikir, alangkah indahnya kalau bisa kembali lagi ke masa kecil dulu. Sesungguhnya untuk kembali menikmati masa itu, kita hanya perlu mengubah pola pikir dan perilaku kita serupa seorang anak kecil. Ji Shou mengilustrasikannya dalam sebuah video klip iklan popok bayi. Terlihat dalam video itu, seberapa berat pun anak-anak tersebut terlibat dalam masalah (mulai dari dipecat bos sampai kehilangan kunci rumah), mereka tetap bersikap tenang dan santai. Mereka seakan-akan bernyanyi dan berbicara pada kita, “Take it easy, friend!” Ya, dengan sebuah senyuman dan pikiran santai, masalah yang teramat runyam pun akan lebih mudah untuk dihadapi.

Dalam hidup, banyak kali kita diekspos pada tips-tips tentang kebahagiaan. Kita mungkin tahu banyak, tapi apakah kita sudah melakukan apa yang kita ketahui? Sudahkah kita melakukan hal-hal yang sesungguhnya bisa membuat kita bahagia? Menurut Ji Shou, tahu banyak tetapi tidak bisa melakukan hanya akan menimbulkan kerisauan hati kita. Dengan cara melakukan, kita diharapkan dapat senantiasa merasakan perasaan, menjadi sadar dan kenal dengan emosi kita setiap saat. Begitu pula sebaliknya. Dengan cara lebih mengenali perasaan diri sendiri, kita dapat dengan sadar memutuskan untuk memilih menjadi bahagia.

foto  foto

Ket: - Lim Ji Shou mengungkapkan bahwa ia bisa menemukan arti kata bahagia ketika pada awal bergabung Tzu            Chi merasakan rasa aneh ketika bisa membuat bahagia seorang nenek janda. (kiri).
        - Tiap orang memiliki persepsi sendiri tentang arti kata bahagia dan kapan perasaan itu datang. (kanan)

Memahami Emosi dan Kebahagiaan
Bagaimanakah keadaan emosi kita setiap hari? We become what we think, dan perasaan kita terlihat dari penampilan kita.

Ji Shou menceritakan tentang kisah bergabungnya ia di Tzu Chi. Setelah tiga bulan berturut-turut menolak untuk hadir pada kegiatan apapun setelah ditelepon oleh seorang relawan, suatu hari Ji Shou berpikir, “Kasihan juga orang ini. Baiklah, saya ‘entertain dia’. ” Dari dua buah kata “entertain dia”, Ji Shou menemukan sebuah dunia yang selama ini belum pernah dikenalnya, namun yang ternyata mampu menghadiahkan sebuah kebahagiaan untuk jiwanya.

Saat itu, 14 tahun yang lalu, Ji Shou bertugas membagikan sembako ke rumah yang hanya ditinggali oleh seorang nenek tua, suaminya sudah meninggal. Rumah nenek itu full star alias beratap bolong sehingga ketika malam hari, kilau bintang pun semarak terlihat. Setiap kali sebelum sang nenek makan, ia akan menaruh sebuah hidangan di suatu tempat khusus diperuntukkan sebagai hidangan bagi almarhum suaminya. Sungguh mengharukan! Seluruh kejadian itu meninggalkan kesan yang dalam pada Ji Shou. Mulai hari itu hingga saat ini, ia terus berdiri bergabung dalam barisan Tzu Chi. Jujur ia akui, “Saat itu saya merasa aneh. Perasaan apakah ini yang saya rasakan? Ternyata itu adalah perasaan bahagia.” Baru saat itulah Ji Shou merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, saat ia berbagi kasih sayangnya dengan orang lain.

Master Cheng Yen mengajarkan bahwa kebahagiaan adalah saat kita merasa bahwa diri ini berguna bagi orang lain. Dengan kata lain, kebahagiaan dapat kita rasakan ketika berbagi dengan orang banyak. Sebagai seorang relawan, Ji Shou pun pernah bertanya-tanya, “Apakah kalau tidak datang ke Tzu Chi, saya akan lebih bahagia?” Setelah merenungi pertanyaan ini, Ji Shou berani menjawab, “Tidak! Karena sebelumnya saya tidak tahu apa itu kebahagiaan. Saya pikir saya bahagia, padahal tidak.” Ya, sama seperti kebanyakan orang, Ji Shou pun pernah mengalami masa ketika ia selalu mengejar kebahagiaan-kebahagiaan yang bersifat semu dan sesaat. Ketika pesta usai, hati tetap terasa hampa.

foto  foto

Ket: - Para peserta dengan serius mendengarkan bahasan tentang cara meraih kebahagiaan, suatu tema yang            sangat sering terdengar tapi tetap saja tidak usang dimakan waktu. (kiri).
      - Joyful–Soulful–Wise: hidup yang penuh dengan kebahagiaan juga adalah hidup dengan jiwa yang penuh,           dimana keduanya membuat kita menjadi lebih bijaksana.(kanan) 

Cara Menjadi Bahagia
Tentunya setiap orang punya cara dan gaya mereka sendiri untuk menjalani hidup penuh kebahagiaan. Berikut adalah tips agar hidup bahagia ala Ji Shou:

1. Budaya humanis Tzu Chi
Bagi mereka yang sudah akrab dengan Tzu Chi tentu tahu apa ketiga pesan di balik budaya humanis Tzu Chi. Ketiganya adalah bersyukur, menghormati, dan cinta kasih. Ketiga unsur ini begitu penting, dan walaupun Tzu Chi mempunyai begitu banyak misi dan kegiatan, tanpa adanya ketiga budaya ini, semua kegiatan yang kita lakukan akan berkurang maknanya.

2. Don’t judge (jangan menghakimi)
Untuk pesan yang satu ini, Ji Shou khusus memutarkan 3 buah klip sekaligus. Intinya adalah, kita sebagai manusia seringkali menghakimi orang lain sebelum kita tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kita menjadi orang yang sok tahu dan berpikir bahwa kitalah yang paling benar. Padahal, tidak semua hal harus berjalan sesuai dengan persepsi kita dan setiap manusia toh mempunyai kepentingan dan cara pandang masing-masing.

Pernahkah Anda mendengar nama Susan Boyle? Ia adalah seorang runner up untuk acara televisi “British Got Talent” yang sangat populer. Ketika pertama kali melihat Susan, para dewan juri dan seluruh hadirin menatap wanita 40-an tahun ini dengan tatapan sinis. Mereka tidak percaya Susan yang secara fisik kelihatan kurang menarik bisa mempersembahkan kualitas bakat yang bisa mereka kagumi. Namun, sekali Susan Boyle membuka mulut dan bernyanyi, seisi gedung pun bertepuk tangan riuh penuh kekaguman dan keharuan. Ya, seringkali kita berpandangan sempit dan negatif terhadap orang lain. Padahal, perasaan suka dan tidak suka justru membuat kita menderita.

3. Segalanya merupakan takdir yang baik, segalanya akan berlalu
Hidup memang penuh dengan pasang surut, dan seringkali kita mengalami hal-hal yang begitu menyakitkan dan membuat kehidupan kita porak poranda. Namun, apabila kita bisa melihat semua yang terjadi sebagai sesuatu yang sesungguhnya baik, kita akan belajar menjalani hidup dengan lebih rela dan ikhlas. Kita belajar untuk let go; melepas rasa sakit hati, dan tahu sesakit apapun perasaan kita, pada saatnya nanti semua itu akan berlalu.

4. Tidak perlu memiliki, tapi nikmati saja
Dalam hidup, takdir memang memegang peranan. Ada kalanya kejadian atau benda yang kita impikan untuk didapatkan tak dapat kita raih. Sesungguhnya kita toh tidak harus memiliki sesuatu tersebut untuk dapat menikmatinya. Dan yang terpenting, apa yang sudah kita miliki, harus kita syukuri dan nikmati keberadaannya.

foto  foto

Ket: - Ji Shou membagian 7 resep agar para peserta bedah buku bisa menemukan kebahagiaan seperti apa yang            pernah ia rasakan.(kiri).
      - Seorang peserta bedah buku berbagi cerita tentang kebahagiaan yang pernah ia rasakan.(kanan) 

5. Mencari peluang untuk menolong orang lain
Alkisah ada seorang pria dan wanita berpasangan yang sedang berpacaran dan berjalan-jalan ke luar kota. Mereka naik bus bersama para penumpang lainnya. Di tengah perjalanan, mereka melihat ada sebuah tempat yang indah dan memutuskan untuk turun dari bus karena ingin berfoto. Turunlah mereka berdua, dan bus pun kembali melaju. Tak lama kemudian, kecelakaan yang naas terjadi. Tanah longsor tiba-tiba berjatuhan menimpa bus dan seluruh penumpang diketemukan tewas. Jika Anda menjadi pasangan tersebut, apa yang Anda pikirkan atau rasakan?

Apakah Anda merasa beruntung karena nyawa kalian berdua telah terselamatkan? Ya, hal itu benar. Namun, terpikirkah oleh Anda apa jawaban pasangan tersebut? Mereka berkata, “Ah, seandainya saja kami masih ada dalam bus tersebut.” Mengapa demikian? Karena pikir mereka, apabila mereka tidak turun dari bus tersebut, tentunya bus itu sudah melaju dan dengan demikian akan terhindar dari malapetaka tanah longsor.

Ya, memang betul bahwa kita harus senantiasa bersyukur atas kesempatan hidup yang telah diberikan pada kita. Namun, akan lebih baik lagi kalau kita bersyukur bahwa dengan adanya kita, akan ada banyak orang yang dapat merasakan pertolongan dan kasih sayang kita. Berpikirlah dari banyak sudut yang berbeda, dan ingat selalulah cari peluang untuk menolong orang lain.

6. Enjoy life’s gifts (nikmatilah hadiah kehidupan)
Slow down (perlambat): melihat diri sendiri
Relax (santai): menerima diri sendiri
Let go (lepaskan): mencintai diri sendiri

7. Be in nature (berada bersama alam)
Tidak hanya mencintai alam, namun Master Cheng Yen juga mengajarkan kita untuk menghormati alam; langit dan bumi.

Seluruh aktivitas Tzu Chi bermuara pada satu hal, yaitu cinta kasih. Hendaknya langkah kita tidak pernah surut dan tidak pernah padam untuk hidup dalam aktivitas yang penuh cinta kasih (live to love activities). Dengan demikian, kita selalu dapat untuk berbagi, dan dengan berbagilah kita dapat terus hidup diliputi rasa kebahagiaan. Joyful–Soulful–Wise: hidup yang penuh dengan kebahagiaan juga adalah hidup dengan jiwa yang penuh, dimana keduanya membuat kita menjadi lebih bijaksana. Joyful–mindful: hidup penuh kebahagiaan pun harus senantiasa diikuti dengan sebuah kesadaran; senantiasa merasakan perasaan.

Pola hidup bahagia memang tidak semudah yang sudah dijabarkan. Dalam hidup, seringkali kita jatuh dalam ketakberdayaan dan penyesalan. Tak jarang juga kita lalai dan melakukan kembali kesalahan yang sama. Namun, percayalah bahwa Anda tidak sendirian. Hidup bahagia memang perlu latihan. Dan bukankah hidup itu sendiri adalah pelatihan sepanjang masa?

Semoga hidup bahagia ala Ji Shou ini dapat menginspirasi sekaligus menggerakkan kita semua untuk menjalani hidup dengan lebih bahagia lagi. Akhir kata, have a joyful life, everyone!

.

 

 
 

Artikel Terkait

Kacamata untuk Warga Dayak Kenyah

Kacamata untuk Warga Dayak Kenyah

03 Desember 2012 Selama 4 hari kegiatan yang terhitung sejak 20 hingga 23 November 2012, sebanyak 63 relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas telah melayani 1.318 warga masyarakat yang membutuhkan bantuan kacamata di kecamatan.
Menemukan Makna Hidup (Bag. 1)

Menemukan Makna Hidup (Bag. 1)

24 Januari 2011
Meski awalnya sempat ada pergulatan batin untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi, akhirnya setelah mengenal Tzu Chi lebih dalam keraguan itu pun pupus sudah.  Tzu Chi tidak membeda-bedakan agama.
Mendidik dengan Hati

Mendidik dengan Hati

08 April 2014 Kebaikan orang tua adalah segalanya. Orang tua mengajarkan banyak pengetahuan kepada anak-anaknya dan mengasihi anaknya dengan sepenuh hati. Itulah pesan moral yang dipetik dari cerita yang dibawakan oleh seorang guru Sekolah Tzu Chi Indonesia dalam peragaan pengajaran yang humanis pada anak didik.
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -