Juara 2 (Artikel): Manusia Berharap, Tuhan yang Menentukan

Jurnalis : Nuraina (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)

Awan putih dan langit biru melintasi cakrawala. Sejuknya daerah pegunungan, hijaunya pepohonan, asrinya udara yang kita hirup di daerah tanah Karo hanyalah tinggal kenangan. Sebuah penantian yang tidak tahu kapan akan kembali, kapan udara pegunungan yang dingin dan sejuk akan menemani masyarakat tanah karo kembali, kapan embun pagi akan hinggap di daun yang tak berdebu seperti dulu lagi, tak ada seorangpun yang bisa menjawabnya.

Tidak terasa sudah setahun gunung Sinabung bangun dari tidurnya dan selama ini pulalah Sinabung tidak berhenti mengeluarkan isi perutnya berupa guguran lava pijar dan asap putih tebal, sehingga yang dulunya dari kejauhan nampak Gunung sinabung yang gagah berdiri dengan dihiasi hutan yang hijau, sekarang hanya tinggal kenangan karena Gunung Sinabung sekarang bagaikan batuan yang hangus terbakar, tidak ada lagi hutan hijau yang menemaninya, semuanya kering dan hanya nampak asap tebal yang keluar bergantian di titik-titik yang berbeda. Masih teringat sembilan bulan yang lalu, tepatnya tanggal 21 Januari 2014, ketika para relawan membawa bantuan berupa matras dan selimut, pada waktu yang bersamaan ketika melewati kaki gunung, Gunung Sinabung lagi erupsi, antara takut dan niat membantu, akhirnya para relawan memutuskan tetap mengantarkan bantuan sampai ke posko pengungsian.

Minggu, 14 September 2014, sebanyak empat orang relawan Tzu Chi Medan berangkat dari penginapan di kota Brastagi menuju ke kota Kabanjahe. Cuaca hari ini sangat cerah, maka para relawan segera menuju ke lokasi dekat Gunung Sinabung karena mereka takut kalau cuaca akan tiba-tiba berubah seperti ketika mereka tiba di kota Brastagi sehari sebelumnya tanggal 13 September 2014, dimana seharian mereka ditemani hujan lebat dan kabut tebal dan ketika mereka menuju ke sekitar gunung Sinabung, sama sekali tidak kelihatan bentuk dari pada gunung Sinabung karena tertutup kabut tebal.

Adapun tujuan dari pada para relawan kesana adalah untuk melihat bagaimana situasi gunung Sinabung dan bagaimana keadaan masyarakatnya dan bagaimana keadaan di pengungsian.

Sesampainya di gudang jeruk Desa Surbakti, sudah tidak nampak lagi posko penampungan. Hari ini karena cuaca begitu cerah sehingga gunung Sinabung kelihatan sangat jelas, namun semua relawan sangat terkejut melihat keadaan gunung yang rusak total dan hangus terbakar. Nampak asap tebal menyembur di beberapa titik dan yang terbesar adalah semburan dari tengah gunung.

Ketika relawan Tzu Chi mengamati keadaan gunung, seorang bapak bersama dua orang anaknya dan isterinya yang baru pulang dari Gereja menghampiri mereka. "Bagaimana keadaan gunung Sinabung dan apakah ada terdengar suara letusan sekarang ini? Tanya Nuraina Shi Jie kepada Bapak tadi. Bapak Tarigan menjawab dengan santai" Sinabung setiap hari menyemburkan asap putih tebal setinggi 100 sampai 300 meter dan kalau malam hari akan kelihatan guguran lava pijar sejauh 300 sampai 2.000 meter kearah Selatan dan Tenggara serta jika malam tiba dan suasana sekitar sini sudah hening maka akan terdengar suara gemuruh seperti suara guntur".

Para relawan melanjutkan perjalanannya mendekati gunung Sinabung. Ketika melewati Tiga Pancur, kecamatan Simpang Empat, kabupaten Karo, posisi gunung kelihatan semakin dekat. Dalam jarak yang dekat, ada timbul rasa takut juga melihat tebalnya asap yang melambung tinggi di langit. Namun lain halnya dengan penduduk disekitar gunung yang seakan-akan tidak terjadi apa-apa, mereka berlalu lalang tanpa menghiraukan keadaan gunung, apakah mereka sudah terbiasa atau apakah mereka sudah bosan didalam penantian yang tak kunjung berhenti dimana aktivitas gunung Sinabung masih belum bersahabat, tak tahukah mereka kalau sewaktu-waktu gunung Sinabung bisa meletus dasyat dan bencana selalu mengintai mereka, hanya doa yang bisa mereka sampaikan ke Sang Pencipta

Walaupun gunung Sinabung masih selalu erupsi, namun dua puluh desa sudah dipulangkan, tinggal delapan belas posko yang masih menampung pengungsi sebanyak 2.210 kepala keluarga atau total 7.572 jiwa.

Adapun asal desa dari ke delapan belas posko tersebut adalah: Desa Kuta Tengah dari Kecamatan Simpang Empat, Desa Kuta rayat, Desa Kuta Gugung, Desa Suka nalu, Desa Sigarang-garang, Desa Kebayakan dari Kecamatan Namanteran dan Desa Selandi Baru dari Kecamatan Payung.

Ada tujuh desa yang direlokasi yaitu mendapat sewa rumah atau sewa lahan yaitu: Desa Suka Meriah, Desa Bekerah, Desa Simacam, Desa Kuta Tonggal, Desa Berastepu, Desa Gamber dan Desa Kinayan.

Walaupun Erupsi Gunung Sinabung yang kedua kali ini sudah setahun, namun pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara menjamin kebutuhan pengungsi tetap terpenuhi.

Sebetulnya tujuan para relawan adalah akan berkunjung ke posko pengungsian yang masih ada, tapi menurut masyarakat disana bahwa hari Minggu kebanyakan pengungsi kembali ke desanya walaupun sekedar melihat-lihat dan membersihkan rumah mereka.

Walaupun para relawan tidak melanjutkan perjalanannya ke posko pengungsian, namun mereka akan kembali lagi ke posko pengungsian di lain waktu dan akan mengajak para pengungsi untuk melakukan doa bersama.

Tidak banyak yang dapat kita bantu dan kita berikan, namun hanya doa yang dapat kita panjatkan, semoga bencana ini cepat berlalu seperti kata perenungan Master Cheng Yen " Kehidupan manusia bagaikan panggung sandiwara, ada orang yang hidupnya susah dan harus bekerja keras seumur hidup, ada yang awalnya menderita namun kemudian hidup senang, juga ada yang hidup senang pada awalnya tetapi menderita kemudian. Bagaimanakah kita memutuskan siapa yang paling berbahagia? Hanya orang yang penuh dengan cinta kasih yang paling berbahagia".

 


Artikel Terkait

Juara 2 (Artikel): Manusia Berharap, Tuhan yang Menentukan

Juara 2 (Artikel): Manusia Berharap, Tuhan yang Menentukan

27 November 2014 Bapak Tarigan menjawab dengan santai, "Sinabung setiap hari menyemburkan asap putih tebal setinggi 100 sampai 300 meter dan kalau malam hari akan kelihatan guguran lava pijar sejauh 300 sampai 2.000 meter kearah Selatan dan Tenggara serta jika malam tiba dan suasana sekitar sini sudah hening maka akan terdengar suara gemuruh seperti suara guntur."
Juara 3 (Artikel): Kehidupan Lain di Tengah Hingar Bingar Kota

Juara 3 (Artikel): Kehidupan Lain di Tengah Hingar Bingar Kota

27 November 2014 Ketika truk pembawa sampah datang warga berbondong-bondong keluar rumah untuk memilah dan mengumpulkan sampah yang mereka cari. Mereka bergerak cepat untuk mencari sampah yang dapat dijual seperti botol minuman, kaleng, kertas, kardus, plastik bahkan barang-barang yang menurut mereka masih dapat digunakan mereka kumpulkan.
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -