Kacamata untuk Warga Dayak Kenyah

Jurnalis : Rudi Suryana (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Rudi Suryana (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)
 
 

fotoSejak tanggal 20 hingga 23 November 2012, relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas melakukan baksos pemeriksaan mata dan pemberian kacamata di kecamatan Kong Beng, Kecamatan Wahau dan Kecamatan Telen, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

Raut wajah nenek Ipung berubah ketika ditanyakan oleh relawan optician Iis Siswanto Shixiong, ”Kelihatan lebih jelas nek?” lalu sang nenek pun menjawab, “Ya, nampak lebih jelas.” Saat ditanya mana yang lebih jelas, sekarang atau yang tadi?  Nenek pun menjawab dengan wajah sumringah, “Jelas yang sekarang…” Betapa tidak, sudah bertahun-tahun matanya buram, tidak dapat melihat jelas, baik jauh ataupun dekat. Kini setelah diperiksa, ternyata nenek berusia 65 tahun ini harus menggunakan kacamata dengan dua fokus,   jauh dan dekat.

Selama 4 hari kegiatan yang terhitung sejak 20 hingga 23 November 2012, sebanyak  63 relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas telah melayani 1.318 warga masyarakat yang membutuhkan bantuan kacamata di kecamatan Kong Beng, Kecamatan Wahau dan Kecamatan Telen kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur.  

Untuk mencapai kabupaten Kutai Timur, dari Jakarta menggunakan pesawat ke Berau dengan transit di Balikpapan terlebih dahulu. Dari Berau harus menempuh 6 jam perjalanan darat lagi dengan melewati hutan Kalimantan Timur yang kiri kanannya jurang. Selama perjalanan panjang tersebut tidak hentinya saya mengagumi keindahan bumi Kalimantan.

Sesampainya di Kecamatan Kong Beng di mana menjadi titik temu para relawan yang tersebar di 3 kecamatan lainnya, langsung diadakan training relawan sebagai dasar untuk menyamakan visi misi ketika berkegiatan. Pada training ini pula pembagian kelompok kerja dilakukan karena baksos harus dijalankan secara paralel mengingat lokasi yang berjauhan dan banyaknya jumlah peserta yang akan diperiksa.

Keunikan dari bakti sosial pemeriksaan mata dan pembagian kacamata kali ini adalah para peserta yang merupakan suku Dayak Kenyah. Di beberapa tempat, ditemui orang tua yang masih memiliki daun telinga panjang menjuntai khas suku Dayak.  Kegiatan pemeriksaan ini mendapatkan antusiasme dari masyarakat karena selama ini mereka tidak terpikir untuk memakai dan mendapatkan kacamata sebagai alat bantu untuk melihat. Lain halnya dengan di tempat lain biasa mengadakan baksos kacamata untuk membantu orang agar dapat belajar atau membaca lagi, di sini para suku Dayak Kenyah membutuhkan kacamata untuk membuat kerajinan manik-manik, mengukir kayu serta membuat atau atau memperbaiki jaring ikan.

foto   foto

Keterangan :

  • Keunikan dari bakti sosial pemeriksaan mata dan pembagian kacamata kali ini adalah para peserta yang merupakan suku Dayak Kenyah. Di beberapa tempat, ditemui orang tua yang masih memiliki daun telinga panjang menjuntai khas suku Dayak (kiri).
  • Lain halnya dengan di tempat lain biasa mengadakan baksos kacamata untuk membantu orang agar dapat belajar atau membaca lagi, di sini para suku Dayak Kenyah membutuhkan kacamata untuk membuat kerajinan manik-manik, mengukir kayu serta membuat atau atau memperbaiki jaring ikan (kanan).

Pelaksanaan kegiatan baksos yang biasanya menggunakan ruangan kelas sekolah, kali ini dilakukan di balai desa atau rumah adat yang disebut juga ‘lamin adat’. Lamin adat berfungsi sebagai tempat berembug warga dalam menyelesaikan masalah di dalam desa. Selain itu, juga merupakan tempat untuk melangsungkan upacara adat besar setiap tahunnya. Lamin adat ini terbuat dari kayu hitam atau kayu ulin yang merupakan pohon asal  hutan Kalimantan. Interior dalamnya penuh dengan ukiran dan kerajinan tangan suku Dayak Kenyah.

Walau berada jauh di pedalaman Kalimantan, cinta kasih Tzu Chi tetap bergulir. Semangat para relawan pun sebenarnya ditularkan oleh Kumarasamy Gobal Shixiong yang baru saja dilantik menjadi relawan biru putih pada  4 November 2012 lalu. Ia mengatakan, “Kita datang dengan niat untuk membantu masyarakat semata karena didasari oleh semangat kekeluargaan. Melalui kegiatan ini kita semua menjalin tali persaudaraan, tidak ada perbedaan di antara kita karena sesungguhnya di bawah langit di atas bumi semua sama.” Pernyataan terakhir yang ia kutip dari buku Ilmu Ekonomi Kehidupan.

Pada akhir kegiatan didapat jumlah peserta yang mengikuti kegiatan baksos ini sebanyak 1.392 orang yang terdiri atas masyarakat umum di delapan belas desa dan tiga kecamatan. Dari jumlah tersebut yang mendapatkan kacamata sebanyak 1.318 orang dan terdapat dua puluh delapan pasien rujukan. Para pasien rujukan ini nantinya akan ditindaklanjuti dengan prosedur misi amal.

Berkali- kali mengadakan kegiatan baksos pemeriksaan mata dan pembagian kacamata gratis ini kadang membuat kita tidak lagi mendalami makna interaksi dengan para penerima bantuan. Sejatinya dalam setiap langkah kehidupan harus dapat berguna untuk sekeliling kita dan memaknai kesuksesan tidak hanya sekedar tercapainya tujuan dan materi yang diinginkan, semakin tinggi jam terbang kegiatan seharusnya menjadikan kita pribadi yang penuh welas asih dan kebijaksanaan. Seperti yang Master Cheng Yen katakan, bahwa segala sesuatu di jagad raya yang mahaluas ini merupakan pelajaran bagi kita. Segala sesuatu adalah bagian dari Dharma dan pengembangan batin. Sukses adalah kemauan untuk bepikir, mengembangkan diri dan bekerja sama dengan sungguh.

  
 

Artikel Terkait

Pandemi Bukan Penghalang dalam Menyerap Dharma Sutra Makna Tanpa Batas

Pandemi Bukan Penghalang dalam Menyerap Dharma Sutra Makna Tanpa Batas

08 Desember 2020

Tzu Chi Medan mengadakan Persamuhan Dharma “Sutra Makna Tanpa Batas” Bab “Sepuluh Pahala”. Sutra Makna Tanpa Batas merupakan sebuah sutra yang sangat sederhana, tapi mengandung makna yang sangat dalam.

Cinta Kasih Menghapus Derita

Cinta Kasih Menghapus Derita

17 September 2018

Kejadian kurang menyenangkan menimpa keluarga Acek Apheng ketika sepupu dari istrinya dari Kota Medan datang ke rumahnya di Karang Sari, Kabupaten Simalungun, 8 September 2018. Di sore yang cerah itu, sekitar pukul 15.00 WIB, tak ada angin kencang, tak ada hujan lebat, pohon di samping rumah acek rubuh menimpa rumahnya. 

Tangan-tangan Peduli Lingkungan

Tangan-tangan Peduli Lingkungan

29 Maret 2009 Udara Minggu siang itu, tanggal 29 Maret 2009, cukup panas, apalagi depo daur ulang Tzu Chi di Summarecon Gading Serpong, Tangerang, Banten yang baru saja diresmikan yang luas bangunannya 315 meter persegi tak cukup menampung ratusan relawan yang sedang memilah sampah-sampah daur ulang.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -