Kado dan Harapan Baru Andri di Tahun yang Baru
Jurnalis : Kho Ki Ho (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Asnani, Fera, Lim Tjap Bu (Tzu Chi Pekanbaru)Pada 1 januari 2018, Andri akhirnya mendapatkan kaki palsu yang dibantu oleh Tzu Chi pekanbaru.
Andri Sinaga adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Tohang Sinaga dan Hena Sitompul. Ayahnya bekerja sebagai tukang parkir dan ibunya mencari kara-kara (barang bekas). Andri yang lahir pada tahun 2002 dengan kondisi sehat, saat berusia 4 tahun, tumbuh bisul di kaki kanannya. Orang tuanya membawanya berobat ke rumah sakit selama satu setengah tahun tapi tak kunjung sembuh. Mereka juga pernah membawanya berobat ke pengobatan alternatif. Hari demi hari kondisinya tambah parah.
Pengobatan di rumah sakit tidak dilanjutkan karena sudah tidak memiliki biaya. Hingga sekitar tahun 2009 mereka berjodoh dengan Tzu Chi saat relawan datang mengunjungi tetangga mereka yang sakit yang merupakan penerima bantuan Tzu Chi. Jodoh keluarga Andri dengan Tzu Chi pun dimulai dari saat itu.
Relawan Tzu Chi memberitahu kepada keluarga Andri bahwa ada fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah yaitu Jamkesda. Dengan menggunakan Jamkesda, pengobatan tidak dikenai biaya. Relawan mendampingi keluarga Andri untuk mengurus ke Rukun Tetangga (RT) hingga pengobatan ke rumah sakit. Waktu itu kondisi kaki Andri sudah bengkak dan urat-uratnya mengikat antara paha dengan betis sehingga menjadi bengkok dan sulit untuk berjalan.
Andri sedang belajar berjalan di tempat pemasangan kaki palsu.
Andri bersama kedua orang tua dan relawan Tzu Chi (Asnani) setelah pulang dari pemasangan kaki palsu.
Akhir tahun 2017, relawan Tzu Chi membawa Andri yang sudah berusia 15 tahun untuk mengukur kaki palsu dengan pertimbangan kondisi yang sudah matang dan pertumbuhan yang sudah tidak terlalu signifikan. Harapannya dengan menggunakan kaki palsu, Andri bisa lebih leluasa dalam beraktivitas. Tahun baru 2018 benar-benar menjadi awal yang baru dan harapan baru buat Andri dan orangtuanya. Tepat tanggal 1 Januari 2018, Andri bersama Ibunya dibawa relawan Tzu Chi untuk dipasangkan kaki palsu yang sudah didesain untuk kaki Andri. Andri dipasangkan kaki palsu dan diajarkan cara-cara berjalan dan menggunakan kaki palsunya di tempat pemasangan kaki.
Lima hari setelah Andri memiliki kaki palsu, relawan Tzu Chi mengunjungi keluarga Andri. Terlihat Andri sudah mulai sedikit beradaptasi dengan kaki palsunya. Lim Tjap Bu memberikan semangat kepada Andri bahwa saat sakit dokter sudah membantu menyembuhkannya, dan saat tidak ada kaki, Tzu Chi sudah memberikan kaki palsu kepadanya.
“Saat ini semua tergantung dari semangat Andri untuk giat berlatih supaya bisa lebih leluasa berjalan,” kata Lim Tjap Bu.
“Harapan untuk Andri bisa sukses dan menginspirasi dan menjadi anak yang bisa mandiri, tidak perlu bersandar kepada kakak dan adiknya,” kata Hena Sitompul, sang ibu.
Ibunya juga berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi karena dengan dukungan relawan, Andri bisa berobat. Ia juga berharap mudah-mudahan Andri bisa melakukan apa yang relawan lakukan yakni berbagi kasih untuk mereka yang membutuhkan.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Kasih Ibu Tiada Tara
26 Juli 2017Kasih ibu tiada tara, demi sang buah hati ia rela mengorbankan segalanya: waktu, uang, tenaga, dan bahkan kehidupannya. Demi merawat sang buah hati Nova Ambar (27) yang berkebutuhan khusus, Suparmi mesti menahan diri untuk bisa bepergian, beraktivitas, dan bahkan sekadar untuk melepaskan kejenuhan.
Ketabahan Seorang Ibu
11 Desember 2017Dewi (31) adalah ibu dari bayi mungil bernama Aisyah Naila yang terlahir dengan fisik luar yang cacat. Perjuangannya dalam membesarkan Aisyah yang hingga kini harus menjalani serangkaian operasi mengingatkan bahwa cinta dan pengorbanan orang tua kepada anak tak terbatas apapun.
Hadiah Natal untuk Agatta
22 Desember 2017Lima hari menjelang Hari Natal, belasan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur, Kelapa Gading bersiap menuju Jalan Enggano, Tanjung Priok. Para relawan melakukan Kunjungan Kasih sekaligus mengantarkan ranjang untuk pasien Agatta, seorang remaja yang merupakan salah satu umat gereja St. Fransiskus Xav