Kado Istimewa di Tahun Ajaran Baru
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya * Mansjur Tandiono, relawan Tzu Chi memencet tombol sirene sebagai pertanda dimulainya pembangunan gedung SMA dan SMK Cinta Kasih Tzu Chi pada hari Senin, 14 Juli 2008 yang juga merupakan hari pertama tahun ajaran 2008/2009. | Pagi itu, Senin 14 Juli 2008, puluhan orangtua murid tampak berkerumun di depan pintu gerbang Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Maklum, ini adalah hari pertama siswa/siswi Sekolah Cinta Kasih memulai aktivitas belajarnya. Umumnya mereka adalah orangtua murid baru dari siswa Kelompok Bermain (KB) ataupun kelas 1 Sekolah Dasar (SD) Cinta Kasih Tzu Chi. Sebagian ada yang kecewa karena tak berhasil menemani anaknya hingga ke kelas, tapi akhirnya bisa memaklumi aturan sekolah yang hanya mengizinkan siswa yang boleh memasuki gerbang sekolah. Beberapa orangtua murid memilih pulang, namun ada pula yang memilih bertahan dan menunggu di luar gerbang sekolah sambil menunggui si buah hati memasuki masa-masa awal pendidikannya. |
Upacara Bendera Seperti biasa, upacara bendera mengawali aktivitas rutin siswa-siswi setiap hari Senin. Ribuan siswa dari jenjang KB, SD, SMP, dan SMK Cinta Kasih Tzu Chi dengan tertib dan khidmat mengikuti proses pengibaran bendera merah putih. “Kepada, pembina upacara, hormat graak!” Spontan, ribuan siwa ini memberi hormat. Leo Wiradarma, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang baru dilantik, sebagai pembina upacara, dengan cepat membalasnya. “Tegak graak…!” kata pemimpin upacara sesudahnya. Siswa-siswi pun kembali dalam posisi semula, berdiri tegak. “Selamat datang dan kembali ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi,” kata Leo mengawali sambutannya. Leo yang nantinya diserahi tanggung jawab untuk mengkoordinir semua unit di Sekolah Cinta Kasih ini berharap, di tahun ajaran baru siswa dan siswi Sekolah Cinta Kasih juga memiliki semangat yang baru. “Bapak harap kalian bisa lebih rajin belajar, sehingga nanti apa yang menjadi cita-cita kalian bisa tercapai,” pesan Leo. Leo yang sebelumnya memiliki pengalaman mengajar di sekolah Katolik ini mengaku tertarik dengan prinsip-prinsip di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang sangat mengedepankan disiplin dan menjunjung tinggi budi pekerti yang baik. “Karena masih baru, saya akan melanjutkan dulu apa yang sudah ada, tinggal nanti kami koordinasikan dengan para kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan disiplin, budi pekerti, pelestarian lingkungan, dan budaya humanis yang menjadi ciri khas sekolah ini,” tegas Leo. Selain itu, dalam jangka panjang, Leo berharap dapat memenuhi target dari Tzu Chi dan sekolah untuk menghasilkan generasi-generasi yang cakap, terampil, dan berbudi pekerti yang luhur. “Nantinya akan balance, dimana budi pekerti dan budaya humanis dengan aspek kognitifnya, dari segi kurikulum, prestasi belajar, dan intelektualitas siswa,” kata Leo berharap. Pria yang sejak tahun 1995 mengajar ini pun telah menyiapkan strategi untuk mencapai tujuan ini. “Kita akan berkoordinasi dengan guru-guru bidang studi, dan guru pun akan lebih banyak mengikuti pelatihan-pelatihan, baik internal maupun eksternal,” lanjut Leo. Ket : - Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Leo Wiradarma memberikan sambutan dalam upacara bendera pada Sirene Berbunyi, Pembangunan pun Dimulai Rencananya, di atas lahan seluas 10.000 m2 ini akan berdiri gedung SMA dan SMK Cinta Kasih Tzu Chi. Dengan luas bangunan hampir 9.300 m2 dan terdiri dari 5 lantai, gedung ini akan memiliki 39 ruang kelas, 15 laboratorium, 2 ruang guru, perpustakaan, kantin, dan 3 aula serbaguna. Gedung sekolah ini juga akan dilengkapi dengan lift dan 4 tangga utama. Dana pembangunannya sendiri diperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp 21 miliar. Menurut Mansjur Tandiono, pembangunan gedung SMA/SMK Cinta Kasih Tzu Chi ini dilatarbelakangi oleh kondisi dimana kapasitas lulusan SMP Cinta Kasih yang sudah tidak mencukupi untuk hanya ditampung di SMK Cinta Kasih. “Jadi, kita harus memikirkan kelangsungan pendidikan dan masa depan mereka (anak-anak Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi –red). Meski kita ada SMK, namun kita juga berharap anak-anak ini bisa meneruskan ke pendidikan reguler kita, yakni SMA,” terang Mansjur. Rencananya, pembangunan gedung sekolah ini akan memakan waktu kurang lebih 10 bulan atau kurang dari setahun, sehingga tahun ajaran berikutnya (2009/2010) sudah bisa menampung seluruh lulusan SMP Cinta Kasih Tzu Chi. “Ini akan memberi contoh yang baik kepada masyarakat bahwa kita (Tzu Chi –red) membina seseorang untuk keutuhan seluruhnya. Artinya murid-murid ini juga nantinya akan memiliki kepedulian kepada sesama, lingkungan, berbakti kepada orangtua, dan menghormati gurunya,” ujar Mansjur. Seperti tujuan misi pendidikan di Tzu Chi, dimana tidak hanya mencetak lulusan yang ‘mumpuni’ dalam hal akademik tetapi juga unggul dalam budi pekerti. Ket : - Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Leo Wiradarma memasangkan atribut kepada siswa sebagai tanda Harapan Mendapat yang Terbaik Ketika ditanyakan mengapa memilih SMK Cinta Kasih, gadis ini menjawab bahwa ia mengharapkan mendapat pendidikan yang terbaik. “SMK Cinta Kasih itu budi pekertinya baik-baik dan juga baik pergaulannya,” kata Cindy. Meski tempat tinggalnya cukup jauh dari sekolah, Cindy tetap memilih bersekolah di SMK Cinta Kasih Tzu Chi. “Di sini juga ada bahasa Mandarinnya, jika di sekolah lain belum tentu ada,” imbuhnya. Seperti Cindy, Anugerah juga menaruh harapan besar di sekolah barunya ini. Remaja bertubuh jangkung ini merupakan lulusan dari SMPN 261 Muara Angke, Jakarta Utara. “Harapannya biar setelah lulus bisa langsung dapat kerja,” ungkapnya jujur. Warga Perumahan Cinta Kasih II Muara Angke ini juga ingin menguasai salah satu skill yang diajarkan di SMK Cinta Kasih Tzu Chi, yakni administrasi perkantoran. Ket : - Anugerah Febrian, siswa lulusan SMP 261 Muara Angke ini memilih meneruskan studinya di SMK Cinta Seperti tahu harapan siswa-siswinya, Bety Theresia, Kepala SMK Cinta Kasih Tzu Chi pun telah mengantisipasi dengan kurikulum yang dibutuhkan anak didiknya. Terlebih jika gedung SMK Cinta Kasih selesai dibangun, tentunya fasilitas pendukung seperti laboratorium praktik dan bahasa pun akan semakin lengkap. “Kita harap setelah lulus, siswa-siswi SMK Cinta Kasih bisa siap pakai dan dengan fasilitas yang lengkap di sekolahnya, saat kerja dah nggak canggung lagi,” kata Bety yang sebelumnya pernah mengajar di SMK Imanuel, Pontianak, Kalimantan Barat. Menyikapi banyaknya siswa-siswi dari luar lingkungan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Bety menanggapinya dengan positif. Tercatat tahun ajaran baru ini ada 25 siswa-siswi dari luar yang mendaftar di SMK Cinta Kasih Tzu Chi. “(Hal ini) sangat baik, karena mereka kami pilih yang prestasi akademiknya baik. Selain membawa pengaruh yang baik dalam hal prestasi, dengan adanya mereka juga bisa memotivasi teman-temannya yang ada di rusun Cinta Kasih,” kata Bety. Selain itu, sekolah pun bisa memberi pengaruh positif kepada anak-anak luar ini tentang budaya humanis Tzu Chi dan pendidikan budi pekerti. Karena kebanyakan siswa-siswi dari luar ini tergolong berasal dari keluarga mampu, konsep subsidi silang pun diterapkan untuk mendukung proses belajar-mengajar di Sekolah Cinta Kasih. “Mereka membayar 3-4 kali lebih besar dari anak-anak Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi,” sambung Bety. Dengan semua fasilitas –gedung, laboratorium, dan perpustakaan– yang lengkap, guru yang kompeten, serta dukungan penuh dari yayasan, Bety pun optimis jika lulusan SMK Cinta Kasih Tzu Chi ini nantinya bisa bersaing di dunia kerja. “Harapannya mereka bisa mandiri, buka usaha sendiri ataupun bekerja di perusahaan-perusahaan sesuai bidangnya,” kata Bety. Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang dapat mengubah nasib dan hidup seseorang dan keluarganya, dan karena itulah maka Tzu Chi menaruh perhatian yang amat besar dalam bidang ini. | |
Artikel Terkait
Belajar Berpuas Hati dalam Penutupan Kelas Budi Pekerti
25 November 2022Acara penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan tahun 2022 diadakan di Kantor Tzu Chi Medan pada Minggu, 13 November 2022 dengan tema Berpuas Hati.