Kado Istimewa untuk Aqil
Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A, Kho Ki Ho (Tzu Chi Pekanbaru), dok. pribadiAqil ditemani Poppy di ruang pemulihan pascaoperasi pemasangan implan di kedua telinganya.
“Aku punya anjing kecil. Kuberi nama Helly. Dia senang bermain-main. Sambil berlari-lari. Helly! Guk! Guk! Guk! Kemari! Guk! Guk! Guk! Ayo lari-lari...” senandung Poppy Morina (32) saat menceritakan lagu yang pernah dinyanyikan putranya, Muhammad Raqilla Al Abrar Wijaya (6) atau yang akrab disapa Aqil di ruang pemulihan pascaoperasi implan telinga di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Aqil yang semenjak lahir menderita tunarungu ini sebelumnya juga telah menjalani berbagai terapi sejak usianya 1 tahun. Terapi tersebut dilakukan di Pekanbaru, Malang, Surabaya, dan sekolah di tempat anak-anak berkebutuhan khusus di wilayah Jakarta pada tahun 2016. Saat tinggal di Jakarta inilah, keluarga Aqil mengenal Tzu Chi dari tayangan DAAI TV.
“Di Jakarta kita ngekost waktu itu. Saat melihat tayangan TV, kami menonton DAAI TV. Jadi tahu ada yayasan kemanusiaan yang suka membantu dan lintas agama. Apalagi salah satu teman sekolahnya Aqil saat itu juga pernah dibantu oleh Tzu Chi, jadi saya semakin tahu,” kata Poppy.
Poppy awalnya bekerja menjadi seorang guru, tetapi melihat perjalanan dan perkembangan anaknya, ia memutuskan untuk berhenti dan fokus kepada Aqil. Perkembangan diri Aqil juga semakin baik, sehingga ia ditunjuk untuk bernyanyi pada salah satu pentas di sekolah. Kebutuhan mendengar dan berbicara Aqil semakin hari pun semakin kompleks. Alat bantunya saat itu dirasa tidak lagi bisa mengcover kebutuhan mendengarnya. Aqil disarankan memakai implan yang lebih baik secara teknologi di telinga kirinya.
Saat itulah Poppy teringat dengan Yayasan
Buddha Tzu Chi yang kerap kali membantu sesama. Ia kemudian mencari keberadaan
Tzu Chi di Pekanbaru. “Saat mengajukan bantuan ke Buddha Tzu Chi, sempat ragu
karena yayasan ini berlatarbelakang agama Buddha, nanti kalau lihat pakai
jilbab begini, takut ditolak,” kenang Poppy.
Keakraban Atek, relawan Misi Amal Tzu Chi Pekanbaru saat menyampaikan bantuan untuk Aqil disetujui oleh Yayasan Buddha tzu Chi Indonesia.
Setelah mengajukan bantuan dan melengkapi berkas di kantor Tzu Chi Pekanbaru pada bulan Agustus 2017, Poppy dan suami menunggu pengajuannya diproses. “Harap-harap cemas juga karena permohonan bantuannya besar banget,” kata Poppy. Relawan misi amal Tzu Chi Pekanbaru kemudian menanggapi permohonan tersebut dengan melakukan survei ke rumah mereka di daerah Rumbai Pesisir, Pekanbaru. Beberapa minggu setelah survei, jalinan jodoh baik pun menghampiri Aqil.
Aqil yang lahir pada tanggal 2 September 2011 ini mendapatkan “kado istimewa” dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Mawie Wijaya atau yang kerap disapa Atek, relawan misi amal Tzu Chi Pekanbaru bersama empat orang relawan lainnya berkesempatan memberikan kado tersebut saat melakukan kunjungan kasih ke rumah Aqil pada tanggal 5 September 2017. “Yayasan Buddha Tzu Chi memberikan hadiah ulang tahun untuk Aqil berupa bantuan implan rumah siput (koklea) untuk telinga sebelah kiri. Karena kebetulan Aqil baru berulang tahun,” ungkap Atek.
Suasana haru pun menyelimuti Poppy dan
suami saat relawan memberitahu kabar tersebut. Atek menyampaikan sebenarnya
Tzu Chi yang berterima kasih karena dengan adanya permohonan bantuan ini
memberikan kesempatan kepada relawan untuk mempraktikkan kebajikan.
Setelah itu, awal Oktober 2017, Aqil menjalani
pemeriksaan pra-implan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Observasi kesehatan pra-implan yang dilakukan oleh Aqil di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Cobaan
Untuk Aqil
Sebelumnya, Erdi Wijaya (35) dan Poppy Morina (ayah dan ibu Aqil) terlihat cemas
menunggu detik-detik operasi pemasangan implan di kedua telinga putra semata wayang
mereka di ruang tunggu operasi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo,
Rabu siang, 1 November 2017. Kecemasan tersebut bukan tanpa sebab, pasalnya ada musibah yang
menipa Aqil. Implan yang tertanam di dalam telinga kanan tercabut dan rusak akibat
kesalahan prosedur medis pada pertengahan bulan Oktober 2017 saat sedang membersihkan telinga. Akibat kesalahan tersebut, terdapat magnet bekas alat implan yang
tertinggal di dalam telinga kanan Aqil.
“Keseimbangan badannya langsung tidak stabil setelah tercabut. Aqil langsung bilang ‘aku pusing… aku pusing’ sambil meluk saya,” cerita Poppy. Sebagai ibu, Poppy pun merasa anaknya menjadi bingung karena satu-satunya alat bantu dengar untuk memperlancar komunikasi Aqil saat itu rusak. “Alat itu (implan) kan satu-satunya media untuk Aqil mendengar, ia saat itu kesulitan tanpa alat itu. Harganya pun cukup mahal, sedangkan saya dan suami bingung harus mencari biaya untuk membeli alat baru lagi,” ungkap Poppy. Perkembangan pendengaran Aqil yang cukup bagus pun harus terhambat. “Enggak ada suara, baterai habis,” kata Poppy menirukan Aqil yang saat itu kesulitan mendengar karena telinga sebelah kiri belum memakai implan.
Akibat kejadian ini, Poppy dan suami pun mencoba berkonsultasi dengan dokter-dokter yang pernah menangani Aqil di Jakarta dan Pekanbaru. Karena saat itu, Poppy pun bingung harus berbuat apa pascakerusakan implan telinga Aqil. “Kalau rusak harus cepat diganti, kalau tidak, jalur masuk elektroda ke rumah siput (koklea) di dalam telinga akan tersumbat. Efeknya Aqil pun tidak punya pengalaman mendengar sebaik yang dulu jika jalurnya tertutup,” ungkap Poppy menceritakan hasil konsultasinya dengan para dokter.
Akhirnya pihak medis yang bersangkutan bersedia memberikan ganti rugi sesuai dengan harga implan. Secara keseluruhan, penanganan terhadap Aqil harus dilakukan secepatnya karena terkait dengan menutupnya saluran di rumah siput (koklea) di dalam telinga kanannya.
Ditemani sang ayah, Erdi Wijaya, Aqil siap melakukan operasi pemasangan implan di kedua telinganya.
Pemasangan Implan
Telinga
Proses pemasangan implan telinga untuk
Aqil pun
melalui beberapa
prosedur. Beberapa minggu sebelum
tanggal 1 November 2017, Aqil beserta keluarga memang sudah berada di Jakarta untuk melakukan serangkaian
tes kesehatan untuk operasi pemasangan implan telinga yang baru.
Observasi dan tes kesehatan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dalam hal ini, Aqil akan menjalani 2 operasi di telinganya. Setelah serangkaian tes kesehatan dan administrasi selesai, Aqil masuk ke ruang perawatan untuk persiapan operasi yang pertama. Pada 31 Oktober 2017, proses operasi pertama dilakukan yaitu operasi membuka magnet dari implan lama yang tertinggal di dalam telinga kanan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat gambaran struktur rumah siput (koklea) di dalam telinga tersebut.
“Jika rumah siput (koklea) di telinga kanannya masih layak, maka bisa dipasang implan baru. Tapi kalau tidak ya seperti yang disampaikan dokter, pengalaman mendengar Aqil akan berbeda dari yang dulu,” kata Poppy menceritakan kondisi operasi yang pertama. Beberapa jam setelah operasi, diperoleh hasil bahwa magnet yang tertinggal sudah terangkat dan kondisi jalur elektroda bekas implan yang rusak dalam rumah siput (koklea) di telinga kanan Aqil masih dapat digunakan.
Rasa syukur tak henti diucapkan oleh Poppy dan suami. “Alhamdulillah, salurannya belum menutup. Ketakutan saya di awal ya kalau salurannya menutup. Sel-sel di badan kan pasti memperbaiki jaringannya kalau ada luka atau lubang di organ tubuh dengan sendirinya. Tapi saya bersyukur masih diberikan kemudahan,” kata Poppy. Kemudian Aqil dibawa menuju ruang pemulihan untuk persiapan operasi yang kedua, yaitu pemasangan implan baru di kedua telinganya.
Keesokan harinya, pada 1 November 2017, Aqil sudah siap untuk melakukan operasi pemasangan implan baru. Kedua orang tuanya mengantar Aqil menuju ruang operasi. Setelah dibius, mereka pun keluar dan menunggu di luar ruang operasi sambil memperhatikan informasi selanjutnya dari dalam ruang operasi. Sesekali Poppy dipanggil ke dalam untuk berdiskusi dengan tim dokter yang sedang menangani Aqil.
Sekitar pukul 15.00 WIB, Aqil keluar dari ruang operasi. Ia kemudian dibawa menuju ruang pemulihan. “Alhamdulillah, sudah selesai pemasangan implan di kedua telinganya,” ungkap Poppy sambil memandangi Aqil yang terbaring di tempat tidur. Beberapa jam pascaoperasi, Aqil sudah bisa diajak berinterkasi namun kondisinya belum begitu stabil. Untuk switch on (pengaktifan) implan baru yang telah dipasang diperlukan waktu 2 minggu setelah operasi dengan dibantu oleh dokter dan tim dari penyedia alat implan untuk tunarungu.
Dengan pemasangan implan di kedua telinga Aqil diharapkan berkembang semakin pesat dan bisa bernyanyi kembali. Erdi Wijaya, ayahnya juga berterimakasih atas dukungan dan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kepada anaknya yang senang menggambar ini. “Dengan bantuan dari Tzu Chi semoga saya dan keluarga bisa termotivasi untuk membantu sesama tanpa membedakan ras, suku, dan agama,” ungkapnya.
Artikel Terkait
Kado Istimewa untuk Aqil
07 November 2017Muhammad Raqilla Al Abrar Wijaya (Aqil), merupakan salah satu penerima bantuan Tzu Chi. Ia merupakan tunarungu yang mendapat bantuan implan telinga dan pemasangannya dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada 1 November 2017.