Kado Terindah untuk Shigong Shangren
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando, Stephen Ang, Johnsen (He Qi Utara)
|
| ||
Spesial karena kegiatan ini sudah dirancang sejak awal tahun 2013 lalu. Proses latihannya pun sudah dimulai sejak hampir 9 bulan lalu. Unik, karena persamuhan dharma ini dibawakan generasi muda: 108 anggota Tzu Ching Indonesia. Dan menyentuh, karena lewat pertunjukan ini muncul ‘harapan’ bahwa Tzu Ching Indonesia pada khususnya, dan relawan Tzu Chi pada umumnya dapat mewariskan ajaran Master Cheng Yen. “Kita berharap lewat persamuhan dharma ini kita bisa memberikan kado terindah buat Shigong Shang Ren. Sebuah kado yang sederhana, supaya Shigong Shangren bisa sedikit merasa tenang karena murid-muridnya di Indonesia sudah bisa mendalami ajaran Tzu Chi. Tidak hanya berbuat keluar (berbuat kebajikan, tetapi juga membina diri ke dalam diri. Melihat dan mengetahui hal ini, saya percaya pasti Master Cheng Yen akan sangat terhibur,” kata Hendry Chayadi, salah seorang anggota Tzu Ching yang menjadi penerjemah dan penjelasan dari Sutra Makna Tanpa Batas.
Keterangan :
Menggenggam Jalinan Jodoh Saat Ini Untuk mementaskan persamuhan Dharma sebesar ini tentu tidak mudah. Terlebih begitu banyak orang yang berpartisipasi dan mengambil bagian dari setiap perannya. Satu saja tidak menjalankan fungsi dan tugasnya maka pertunjukan pun akan terganggu. Setiap gerakan membutuhkan konsentrasi dan kesungguhan hati sehingga terciptalah sebuah keharmonisan gerakan yang indah. Seperti yang dikatakan Master Cheng Yen bahwa keindahan sebuah kelompok bergantung kepada keindahan setiap individunya. Dan 108 anggota Tzu Ching yang mementaskan persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas telah membuktikannya malam itu. Peran relawan dan penonton pun tak kalah besarnya, sebanyak 357 anak-anak Sekolah Cinta Kasih dan relawan turut bersama-sama melakukan gerakan isyarat tangan dari tempat duduk mereka (miao yin). Franciska, anggota Tzu Ching yang menjadi penanggung jawab di bagian isyarat tangan menyampaikan kesan-kesannya selama terlibat dalam kegiatan ini, mulai dari proses persiapan, pembuatan video tutorial untuk peserta sampai ke pementasan. “Ada banyak suka dan dukanya. Teman-teman yang sama-sama berlatih untuk membuat video tutorial tidak pernah lelah, tapi kita sama-sama belajar terjemahin gerakan buat teman-teman. Sampai saatnya kita tampil, dan ini semoga jadi kado terindah bagi Shigong Shangren,” katanya. Franciska yang mulai bergabung di Tzu Ching sejak Tzu Ching Camp VII (tahun 2012) ini mengaku bahwa saat itu ada perasaan capek, dimana pulang bekerja ia harus langsung latihan. Belum lagi jarak rumahnya di Bekasi yang harus ke lokasi latihan di Jakarta Utara. “Tapi kalau aku capek dan melepaskan pasti aku nggak akan ada sekarang. Intinya kita jangan melepaskan jalinan jodoh baik. Selalu genggam jalinan jodoh baik ini,” kata Franciska, “Ini akan jadi catatan buku indah di kehidupanku.”
Keterangan :
Dalam memperingati HUT 10 Tahun Tzu Ching Indonesia ini bukan hanya melibatkan relawan Tzu Ching saja, tetapi juga para “alumni” Tzu Ching yang kini sudah menjadi relawan biru putih, dan bahkan komite. Salah satunya adalah Martha Khosyahri yang menjadi koordinator keseluruhan dari acara Persamuhan Dharma ini. “Tiap kali ditanya kenapa mau mengambil tanggung jawab sebagai koordinator Wu Liang Yi Jing, saya sampai bingung. Dua kali ditanya makin bingung, tapi semakin banyak ditanya itu menjadi bahan pemikiran saya, bisa disimpulkan saya mengambil tanggung jawab ini karena saya ingin menggenggam kesempatan yang sudah dipercayakan kepada saya,” tegasnya. Hal lain yang mendorongnya berani memikul tanggung jawab ini adalah dimana ini merupakan salah satu kesempatannya untuk berterima kasih atas jalinan jodohnya dengan relawan Tzu Chi, Tzu Ching, dan Master Cheng Yen. “Kita ingin (pementasan ini) menjadi kado yang terindah untuk Shigong Shang Ren, karena adanya Shigong Shangren, kita selama 10 tahun ini, bisa berkumpul. Semoga dengan adanya persamuhan dharma ini, ajaran dari Shigong Shang Ren bisa terus diwariskan dari masa ke masa, dan Shigong Shangren tidak merasa khawatir,” ujar Martha, yang kini sudah menjadi relawan biru putih Tzu Chi. Tzu Ching Indonesia juga bisa dikatakan cukup beruntung, mengingat kini insan Tzu Chi Indonesia memiliki ladang pelatihan diri yang besar, sebuah rumah yang sangat agung. “Lebih beruntung lagi, dalam usia yang masih begitu muda kita bisa mengenal Tzu Chi. Semoga Tzu Ching Indonesia bisa terus mengikuti langkah Master Cheng Yen, memegang teguh hati dan tekad awal yang polos sebagai Tzu Ching,” tegasnya. | |||
Artikel Terkait
Melayani Ibu dan Anak Melalui Posyandu
25 April 2018Indonesia Ladang yang Tepat
02 Maret 2011 Sabtu, 26 Februari 2011, sebanyak 22 pengusaha dari Kuala Lumpur, Malaysia dalam rangka menjalin persahabatan dan mengenal Tzu Chi berkunjung ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Pada dasarnya, sebagian besar peserta rombongan ini telah mengenal Tzu Chi di Malaysia.Menjalin Tali Silaturahmi dengan Para Seniman Bangunan
17 April 2023Pembangunan Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun tak lepas dari peran dan kerja keras para seniman (pekerja) bangunan. Untuk mengapresiasi mereka, relawan Tzu Chi mengadakan kegiatan buka puasa bersama.