Kado Terindah untuk Shigong Shangren

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando, Stephen Ang, Johnsen (He Qi Utara)
 
 

foto
Pada tanggal 7 September 2013 pada pukul 19.00 WIB di Aula Jing Si, Tzu Ching mementaskan Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas sebagai wujud syukur untuk 10 tahun Tzu Ching Indonesia.

Hadiah pada umumnya berbentuk sebuah bingkisan, kue, ataupun benda-benda unik dan mahal lainnya, namun kado yang diberikan oleh muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Indonesia bagi Shigong Shangren (Master Cheng Yen) berbeda: Persamuhan Dharma dari Sutra Makna Tanpa Batas (Wu Li Yang Yi Jing). Sebuah kado yang spesial, unik, dan menyentuh, dimana persamuhan dharma ini menunjukkan kesungguhan hati barisan insan Tzu Ching Indonesia dalam mengenggam tanggung jawab untuk mewariskan dharma dan ajaran Master Cheng Yen.

Spesial karena kegiatan ini sudah dirancang sejak awal tahun 2013 lalu. Proses latihannya pun sudah dimulai sejak hampir 9 bulan lalu. Unik, karena persamuhan dharma ini dibawakan generasi muda: 108 anggota Tzu Ching Indonesia. Dan menyentuh, karena lewat pertunjukan ini muncul ‘harapan’ bahwa Tzu Ching Indonesia pada khususnya, dan relawan Tzu Chi pada umumnya dapat mewariskan ajaran Master Cheng Yen.

“Kita berharap lewat persamuhan dharma ini kita bisa memberikan kado terindah buat Shigong Shang Ren. Sebuah kado yang sederhana, supaya Shigong Shangren bisa sedikit merasa tenang karena murid-muridnya di Indonesia sudah bisa mendalami ajaran Tzu Chi. Tidak hanya berbuat keluar (berbuat kebajikan, tetapi juga membina diri ke dalam diri. Melihat dan mengetahui hal ini, saya percaya pasti Master Cheng Yen akan sangat terhibur,” kata Hendry Chayadi, salah seorang anggota Tzu Ching yang menjadi penerjemah dan penjelasan dari Sutra Makna Tanpa Batas.

foto  foto

Keterangan :

  • Sekitar 8 bulan lamanya Tzu Ching berlatih untuk mempersiapkan persamuhan Dharma ini, baik dengan latihan ataupun mengikuti bedah lagu untuk mendalami isi dari lagu yang akan mereka pelajari (kiri).
  • Acara ini dihadiri oleh sebanyak 420 orang penonton. Para pemain dan relawan yang terlibat sendiri tak kurang dari 465 orang. Total pemain dan pengunjung 885 orang. Semua orang bersatu hati menampilkan keindahan individu sehingga tercipta keharmonisan kelompok (kanan).

Menggenggam Jalinan Jodoh Saat Ini
Acara Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas ini sendiri diadakan pada Sabtu, 7 September 2013, pukul 19.00 – 21.00 WIB di Aula Jing Si Lt. 4, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Acara ini dihadiri oleh sebanyak 420 orang penonton. Para pemain dan relawan yang terlibat sendiri tak kurang dari 465 orang. Total ada 885 orang yang hadir malam itu. Kegiatan ini sendiri merupakan rangkaian dari Hari Ulang Tahun Tzu Ching Indonesia yang ke-10, dimana selain mengadakan Tzu Ching Camp, muda-mudi Tzu Chi ini juga mementaskan persamuhan dharma sebagai wujud kesungguhan hati mereka berjalan mengikuti jejak langkah Shigong Shangren.

Untuk mementaskan persamuhan Dharma sebesar ini tentu tidak mudah. Terlebih begitu banyak orang yang berpartisipasi dan mengambil bagian dari setiap perannya. Satu saja tidak menjalankan fungsi dan tugasnya maka pertunjukan pun akan terganggu. Setiap gerakan membutuhkan konsentrasi dan kesungguhan hati sehingga terciptalah sebuah keharmonisan gerakan yang indah. Seperti yang dikatakan Master Cheng Yen bahwa keindahan sebuah kelompok bergantung kepada keindahan setiap individunya. Dan 108 anggota Tzu Ching yang mementaskan persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas telah membuktikannya malam itu. Peran relawan dan penonton pun tak kalah besarnya, sebanyak 357 anak-anak Sekolah Cinta Kasih dan relawan turut bersama-sama melakukan gerakan isyarat tangan dari tempat duduk mereka (miao yin).

Franciska, anggota Tzu Ching yang menjadi penanggung jawab di bagian isyarat tangan menyampaikan kesan-kesannya selama terlibat dalam kegiatan ini, mulai dari proses persiapan, pembuatan video tutorial untuk peserta sampai ke pementasan. “Ada banyak suka dan dukanya. Teman-teman yang sama-sama berlatih untuk membuat video tutorial tidak pernah lelah, tapi kita sama-sama belajar terjemahin gerakan buat teman-teman. Sampai saatnya kita tampil, dan ini semoga jadi kado terindah bagi Shigong Shangren,” katanya.  Franciska yang mulai bergabung di Tzu Ching sejak Tzu Ching Camp VII (tahun 2012) ini mengaku bahwa saat itu ada perasaan capek, dimana pulang bekerja ia harus langsung latihan. Belum lagi jarak rumahnya di Bekasi yang harus ke lokasi latihan di Jakarta Utara. “Tapi kalau aku capek dan melepaskan pasti aku nggak akan ada sekarang. Intinya kita jangan melepaskan jalinan jodoh baik. Selalu genggam jalinan jodoh baik ini,” kata Franciska, “Ini akan jadi catatan buku indah di kehidupanku.”

foto  foto

Keterangan :

  • Anggota Tzu Ching yang bertanggung jawab untuk pementasan ini. Ini menunjukkan keberanian mereka dalam memikul tanggung jawab untuk mewariskan ajaran Master Cheng Yen (kiri).
  • Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia merasa sangat terharu dengan apa yang dipersembahkan Tzu Ching Indonesia. Liu Su Mei berharap Tzu Ching indonesia bisa terus mengikuti langkah Master Cheng Yen, memegang teguh hati dan tekad awal yang polos sebagai Tzu Ching (kanan).

Dalam memperingati HUT 10 Tahun Tzu Ching Indonesia ini bukan hanya melibatkan relawan Tzu Ching saja, tetapi juga para “alumni” Tzu Ching yang kini sudah menjadi relawan biru putih, dan bahkan komite. Salah satunya adalah Martha Khosyahri yang menjadi koordinator keseluruhan dari acara Persamuhan Dharma ini. “Tiap kali ditanya kenapa mau mengambil tanggung jawab sebagai koordinator Wu Liang Yi Jing, saya sampai bingung. Dua kali ditanya makin bingung, tapi semakin banyak ditanya itu menjadi bahan pemikiran saya, bisa disimpulkan saya mengambil tanggung jawab ini karena saya ingin menggenggam kesempatan yang sudah dipercayakan kepada saya,” tegasnya.

Hal lain yang mendorongnya berani memikul tanggung jawab ini adalah dimana ini merupakan salah satu kesempatannya untuk berterima kasih atas jalinan jodohnya dengan relawan Tzu Chi, Tzu Ching, dan Master Cheng Yen. “Kita ingin (pementasan ini) menjadi kado yang terindah untuk Shigong Shang Ren, karena adanya Shigong Shangren, kita selama 10 tahun ini, bisa berkumpul. Semoga dengan adanya persamuhan dharma ini, ajaran dari Shigong Shang Ren bisa terus diwariskan dari masa ke masa, dan Shigong Shangren tidak merasa khawatir,” ujar Martha, yang kini sudah menjadi relawan biru putih Tzu Chi.
 
Memegang Teguh Tekad
Kesungguhan Tzu Ching dalam menampilkan persamuhan Dharma ini membuat Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tak kuasa menahan air mata. Di atas panggung, dalam sambutannya Liu Su Mei memuji para Tzu Ching yang meski ‘kurang mendapat perhatian’ namun ternyata mampu memberikan yang terbaik. Dalam kesempatan itu Liu Su Mei juga memberikan support kepada para Tzu Ching untuk menjaga kerja sama dan kesatuan hati dengan semua insan Tzu Chi Indonesia, “Sebenarnya sepuluh tahun lalu Tzu Chi Indonesia juga dijalankan dengan penuh perjuangan. Setelah jodoh baik di jakarta banjir besar, banyak pengusaha yang bergabung, dan Shixiong-Shijie yang lain bisa bergabung dan bersumbangsih sehingga bisa berkembang. Ini kerjasama dan kesatuan hati semua insan Tzu Chi Indonesia, dan inilah yang harus diteladani oleh Tzu Ching Indonesia.”

Tzu Ching Indonesia juga bisa dikatakan cukup beruntung, mengingat kini insan Tzu Chi Indonesia memiliki ladang pelatihan diri yang besar, sebuah rumah yang sangat agung. “Lebih beruntung lagi, dalam usia yang masih begitu muda kita bisa mengenal Tzu Chi. Semoga Tzu Ching Indonesia bisa terus mengikuti langkah Master Cheng Yen, memegang teguh hati dan tekad awal yang polos sebagai Tzu Ching,” tegasnya.

  
 

Artikel Terkait

Bersatu Hati Melalui Donor Darah

Bersatu Hati Melalui Donor Darah

13 Oktober 2023

Relawan Tzu Chi Palembang komunitas Xie Li Taman Kenten bekerja sama dengan PMI Kota Palembang mengadakan kegiatan donor darah pada Minggu, 8 Oktober 2023 di Sekolah Kusuma Bangsa.

Indah di Awal, Tengah, dan Akhir

Indah di Awal, Tengah, dan Akhir

21 Januari 2011 Bedah Buku di Jing Si Books & Café Pluit, Jakarta Utara pada Kamis malam, 13 Januari 2011. Selanjutnya dengan telaten Posan menguraikan isi buku biografi Master Cheng Yen berjudul ”Teladan Cinta Kasih” yang malam itu memasuki bab kelima kepada lebih dari dua puluh orang peserta yang hadir.
Agatta Kini Jadi Relawan Tzu Chi

Agatta Kini Jadi Relawan Tzu Chi

06 April 2022

Keinginan Agatta untuk menjadi relawan Tzu Chi akhirnya terlaksana pada Minggu 3 April 2022. Kegiatan pertama yang ia ikuti adalah Gathering Penerima Bantuan Tzu Chi di Komunitas He Qi Timur yang dilaksanakan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading.

Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -