Kado yang Indah

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto

foto
Femmy Puontaan, pemilik rumah sekaligus Rumah Makan Majesty ini secara sukarela menyediakan tempat bagi relawan memasak. Ia merasa terharu dengan perhatian dan keramahan relawan Tzu Chi.

Asap mengepul deras dari dua buah tungku di belakang rumah milik Femmy Puontaan, warga Lingkungan V, Kelurahan Tikala Baru, Kecamatan Tikala, Manado, Sulawesi Utara. Rumah yang sehari-harinya dipakai sebagai rumah makan ini sejak 2 hari lalu (27 – 28 Februari 2014) menjadi dapur umum bagi relawan Tzu Chi memasak untuk makan siang warga Tikala Baru yang terlibat dalam Program Solidaritas dan Kerja Bakti.

Femmy Puontaan, pemilik rumah sekaligus Rumah Makan Majesty ini secara sukarela menyediakan tempat bagi relawan memasak. “karena torang (kita) ingin kebersamaan terjalin pascamusibah banjir, supaya ada kebersamaan,” ungkap Femmy yang pada tanggal 27 Februari 2014 tepat berusia 51 tahun. Hal ini menjadi ‘kado terindah’ baginya, karena di usia yang ke-51 ini ia bisa turut bersumbangsih dengan menjadi relawan. “Menjadi relawan dengan melayani orang-orang di sekitar kita dan kita bisa bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. Ini hal yang luar biasa,” tegasnya.

Keramahan yang Berkesan
Bagi Femmy, kehadiran relawan Tzu Chi sangat berkesan dan menyentuh. “keramahan  mereka itu sangat menghibur, khususnya bagi kami masyarakat di Tikala Baru.  Beberapa waktu lalu kita kan kena musibah, tetapi rasa (sedih) itu sedikit hilang  dengan adanya Yayasan Tzu Chi ke wilayah Tikala Baru,” ujar istri dari Danny Montaai (48) ini. Dengan Program Solidaritas dan Kepedulian, dimana warga diajak untuk bekerja membersihkan rumah dan lingkungan tempat tinggalnya, kemudian diberikan dana solidaritas itu sangat membantu warga seperti Femmy. “Dengan uang itu kita bisa memberi kepada sesama. Saya memasak untuk tetangga yang tidak masuk dalam kelompok,” terangnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Para relawan bersama warga memasak bersama untuk 300 orang, yakni: relawan, warga, petugas pemadam, dan juga supir truk yang terlibat dalam kegiatan Bersih-bersih di Kelurahan Tikala Baru (kiri).
  • Siapapun bisa bersumbangsih, baik melalui dana maupun tenaga. Seperti yang dilakukan ibu-ibu dari Kelurahan Tikala Baru yang membantu memasak dan membungkus nasi untuk makan siang (kanan).

Dari kejadian bencana ini, Femmy memetik satu hikmah bahwa harta dan benda tidak akan abadi. “Sekali kena banjir, habis semua,” ujarnya. Ia pun merasakan jika kebersamaan dan kepedulian masyarakat di lingkungannya terjalin lebih erat pascamusibah ini. “Lebih ada kebersamaan. Lebih terasa. Sebelumnya kurang. Mungkin di lorong sebelah kurang akrab, tetapi setelah kejadian ini menjadi lebih akrab satu sama lain.” Terlebih Femmy merasakan sendiri contoh nyata yang dibawa para relawan Tzu Chi, yang bersumbangsih tulus tanpa pamrih, bersikap ramah, sopan, dan baik kepada masyarakat. “Setelah relawan Tzu Chi pulang ke kotanya masing-masing, nanti kita sebagai ibu rumah tangga ingin mengambil contoh dari Yayasan Tzu Chi ini, kepeduliannya kepada masyarakat sangat tinggi,” kata Femmy berjanji.

“Kita yang Lebih Bersyukur”
Sofiani Londa, relawan Tzu Chi asal Manado yang menjadi kordinator konsumsi merasa senang karena banyak orang yang dengan sungguh-sungguh membantu dan menjalankan tugasnya. Sejak kemarin (27 Februari), para relawan yang terlibat ada sebanyak 25 orang, dimana dari Tzu Chi sebanyak 6 orang, relawan Manado 5, dan warga Tikala Baru sebanyak 14 orang. Dalam sehari mereka harus menyiapkan 300 nasi bungkus. Bahan-bahannya sendiri berasal dari Tzu Chi dan warga menyediakan tempat dan membantu memasak.  “Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Mereka tidak menerima imbalan apapun,” puji Sofiani yang akrab disapa Nini.

foto   foto

Keterangan :

  • Dengan bergotong royong segala pekerjaan pun akan mudah diselesaikan. Tepat jam 10 siang (WITA) masakan sudah siap untuk dibungkus (kiri).
  • Lynda Suparto, relawan Tzu Chi mencoba memasak dengan kayu bakar. Sebuah pengalaman baru baginya memasak dengan peralatan yang sederhana ini (kanan).

Hal yang sama dirasakan oleh Lynda Suparto, relawan Tzu Chi Jakarta yang juga Ketua He Qi Timur. Ia merasakan suasana kehangatan di antara mereka, meski baru saling mengenal satu sama lain.  “Ibu-ibu ini bilang kita ramah-ramah, tetapi sebenarnya merekalah yang ramah. Mereka bilang mereka bersyukur kita datang, padahal sebenarnya kita yang bersyukur. Beruntung kita bisa berada di lingkungan ibu-ibu ini,” pujinya. Lynda yang bersama relawan Tzu Chi lainnya turut membantu merasakan sendiri ketulusan Femmy dalam membantu, mulai dari menyiapkan tempat sampai peralatan masak-memasaknya. “Berkesan,  sangat gotong royong. Apa yang kita perlu, mereka selalu bilang ada. Nasi kurang, langsung ada yang berikan nasi dari rumahnya,” tambah Lynda.

Dengan melihat berbagai respon masyarakat Tikala Baru (salah satunya Femmy), Lynda yakin jika bibit-bibit cinta kasih Tzu Chi bisa tumbuh dan berkembang di Manado. “Melihat kesungguhan hati bapak-ibu di sini, ini membangkitkan semangat kita untuk mengembangkan Tzu Chi di Manado,” ujarnya.


Artikel Terkait

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -