Kamp 4 in 1 2017: Melatih Diri, Menenangkan Batin

Jurnalis : Yuliati , Fotografer : Arimami SA, Erli Tan

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan pelatihan 4 in 1 selama dua hari di Aula Jing Si, Tzu Chi diikuti oleh relawan Tzu Chi dari seluruh Indonesia. Dalam pelatihan 4 in 1 ini relawan Tzu Chi mendapatkan sharing dari biksuni Griya Jingsi Taiwan.

Pelatihan 4 in 1 memang menjadi agenda rutin bagi relawan Tzu Chi Indonesia. Pasalnya dalam kegiatan ini relawan diajak untuk menenangkan diri. Jika sehari-harinya relawan Tzu Chi terus bergerak bersumbangsih membantu orang lain yang membutuhkan, maka ada kalanya mereka memerlukan waktu sejenak untuk recharge batin dengan menyelami Dharma Master Cheng Yen.

“Pada dasarnya pelatihan 4 in 1 itu kita menyamakan langkah, mengupdate informasi terbaru sekaligus menenangkan diri,” ujar Merry Liang, Koordinator kegiatan.

Pelatihan yang diadakan selama dua hari (16-17 September 2017) ini mengusung tema “Sutra Makna Tanpa Batas.” Dalam sutra ini mengandung tentang pelatihan di masyarakat, dan relawan Tzu Chi terjun ke masyarakat, melayani masyarakat. Seperti yang dilakukan insan Tzu Chi, Master Cheng Yen selalu merasa Sutra Makna Tanpa Batas ini paling dekat dengan Tzu Chi. Dalam pelatihan 4 in 1 ini pun mengundang empat biksuni dari Griya Jingsi dan pembicara dari Tzu Chi Taiwan untuk memberikan sharing.

Sebanyak 786 orang relawan yang mengikuti pelatihan pada hari pertama, Sabtu, 16 September 2017 diajak menyalin penggalan sutra dalam lirik lagu pada sesi istirahat.

“Dengan menyalin (lirik lagu) itu kan mereka benar-benar memahami tulisan itu artinya apa, jadi itu salah satu kesempatan mereka mendalami Dharma Master,” kata Merry.

Pada akhir sesi istirahat juga ditampilkan bahasa isyarat tangan dari tim relawan yang merupakan sepenggal lagu dari Sutra Makna Tanpa Batas. Para peserta yang sudah kembali ke dalam ruangan pun diajak untuk bersma-sama mengikuti gerakan isyarat tangan tersebut sembari menunggu lengkapnya peserta untuk mengikuti sesi berikutnya.

Dalam pelatihan 4 in 1 ini relawan bersama-sama mempraktikkan budaya humanis Tzu Chi mulai dari berjalan, duduk, makan, tidur, dan lain-lain.


Sebanyak 786 orang relawan mengikuti gerakan isyarat tangan usai istirahat sembari menunggu lengkapnya peserta di Aula Jiang Jing Tang pada Sabtu, 16 September 2017.

Ladang Pelatihan Insan Tzu Chi

Ratusan relawan Tzu Chi dari Jakarta, Medan, Padang, Lampung, Bandung, Batam, Tanjung Balai Karimun, Pekanbaru, Pelembang, Surabaya, Singkawang, Bali, Makassar, Biak, Tangerang, dan Sinar Mas diajak untuk menyelami ajaran Jingsi Mazhab Tzu Chi yang mengawali sesi pada pelatihan. Sharing dibawakan oleh De Ning Shifu.

“Dalam forum Tzu Chi kali ini kita bisa meningkatkan keyakinan kita sendiri yang membawa kontribusi yang besar,” ucap De Ning Shifu memberikan semangat kepada relawan Tzu Chi Indonesia.

Lebih lanjut De Ning Shifu menjelaskan bahwa Jingsi itu merupakan ladang pelatihan diri bagi setiap insan. Untuk itu sebagai murid Master Cheng Yen harus menggenggam kesempatan dengan sebaik-baiknya terjun ke masyarakat untuk menolong semua makhluk.

Juga ada sharing tentang Tradisi Jingsi yang diberikan oleh De Jian Shifu. Dalam sharingnya, De Jian Shifu mengajak para relawan untuk melihat apa yang telah dilakukan biksuni di Griya Jingsi Taiwan dan bagaimana menampilkan tradisi Jingsi.

“Mengecilkan diri sendiri, terjun ke dalam masyarakat, menampilkan pelatihan diri dalam hati ke dalam tingkah laku sehari-hari,” ucap De Jian Shifu.

Shifu juga mengatakan bahwa melakukan segala sesuatu jika didasari dengan niat yang kuat maka akan menemukan jalan. “Ada niat mencari jalan, enggak ada niat mencari alasan,” tukasnya, “Melakukan kegiatan Tzu Chi bukan untuk orang lain, tetapi untuk menambah kebijaksanaan diri sendiri.”

De Jian Shifu memberikan sharing inspiratifnya tentang tradisi Jingsi yang dijalani para biksuni di Griya Jingsi Taiwan.


Relawan Tzu Chi dengan sepenuh hati memperhatikan setiap sesi sharing yang dibawakan oleh para pembicara pada kamp pelatihan 4 in 1 tahun 2017 ini.

Suntikan Semangat Baru

Sesi Tradisi Jingsi yang disampaikan oleh De Jian Shifu memberikan kesan tersendiri bagi Erlina, salah satu relawan Tzu Chi Medan. Ia sangat terinspirasi.

“Saya melihat shifu di Taiwan benar-benar memegang teguh prinsip Master (Cheng Yen) satu hari tidak kerja satu hari tidak makan. Mereka benar-benar kasih contoh ke kita,” ujarnya di sela-sela kegiatan.

Penggalaman pertama dalam mengikuti pelatihan 4 in 1 ini memberikan suntikan baru bagi relawan yang bergabung di Tzu Chi sejak 2011 silam ini. “Kita langsung dengar sharing dari Shifu sangat beda seklai dan sangat menginspirasi kita, sehingga merasa lebih yakin berada di jalan Tzu Chi,” ucap wanita 39 tahun ini. “Dengan datang ke sini semangat itu tambah,” tambahnya.

Menjadi Koordinator Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Medan, Erlina juga ingin menerapkan apa yang diperolehnya selama pelatihan 4 in 1 di Jakarta. Tentunya untuk mengembangkan misi pendidikan terutama Kelas Budi Pekerti Tzu Chi di Medan.

“Saya akan bagikan supaya lebih cia you (semangat),” ucapnya mantap.

Berada dalam lingkungan Tzu Chi, belajar Dharma Master Cheng Yen dalam Misi Pendidikan Tzu Chi maupun kegiatan lainnya mengubah Erlina menjadi pribadi yang memiliki tabiat lebih baik.

“Dulu apa yang saya ngomong harus dijalankan, emosi nggak bisa terkontrol. (Barang) apa yang di depan mata bisa melayang,” selorohnya. “Tapi sejak di Tzu Chi saya mengenal yang namanya jalinan jodoh, jadi pribadi pun bisa diatur,” ungkap Erlina tersenyum.

doc tzu chi

Kegiatan ini mengusung tema “Sutra Makna Tanpa Batas”, maka para relawan diajak untuk menyalin penggalan sutra dalam lirik lagu ketika sesi istirahat.


Erlina merasa bersyukur bisa mengikuti pelatihan 4 in 1 ini yang menjadi pengalaman pertamanya. Pengalaman ini juga telah memberikan suntikan semangat bagi dirinya, ia pun bertekad untuk mengembangkan Misi Pendidikan Kelas Budi Pekerti Tzu Chi di Medan.

Bukan saja menjadi pribadi yang gampang tersulut emosi, tetapi Erlina juga mengakui jika dirinya bukannya anak yang berbakti kepada orang tua. Tetapi Tzu Chi telah memberikan pelajaran berarti baginya tetang pentingnya berbakti kepada orang tua. Dan pertama kali diberikan tanggung jawab sebagai Koordinator Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Medan tahun 2015, ia mengajak anak-anak Kelas Budi Pekerti memahami pentingnya bakti kepada orang tua melalui pementasan drama sutra bakti seorang anak.

“Saya merasa dulu saya sangat tidak berbakti, membuat orang tua marah dan bimbang. Saya ajak relawan untuk bikin pementasan sutra bakti seorang anak. Saya berharap mereka lebih berbakti tidak seperti saya,” ujar Erlina.

Enam tahun berada di jalan Tzu Chi membuat Erlina melihat kembali masa lalu yang pernah dilakukannya yang kini telah berhasil melepas emosi-emosi negatif tersebut. “Terkadang berpikir kenapa dulu saya bodoh sekali gitu, apa yang saya ucapkan itu sangat menyakiti orang disekeliling kita,” sesalnya.

Namun ia bersyukur karena memiliki kesempatan untuk mengubah perilaku kurang baik tersebut. Kini Erlina terus memegang teguh ajaran Master Cheng Yen tentang empat sup Tzu Chi: Berpuas hati, bersyukur, berpengertian, dan toleransi. Ia pun menguatkan tekadnya untuk terus bersumbangsih di jalan Tzu Chi. “Jika ada kehidupan yang akan datang saya akan di jalan Master,” tukasnya.


Elly (depan) yang aktif pada kegiatan baksos kesehatan yang diadakan Tzu Chi Batam ini mengaku mendapatkan banyak pelajaran baru yang tentunya bisa diterapkan dalam lingkungan kerjanya.

Belajar dari Misi-misi Tzu Chi

Sementara itu salah satu anggota Tzu Chi International Medical Assocition (TIMA) Indonesia, Elly juga antusias mengikuti kegiatan Pelatihan 4 in 1 bersama 23 relawan dari Kota Industri, Batam. Menjadi salah satu relawan tenaga medis Tzu Chi, ia ingin mengetahui lebih dalam tentang filosofi Tzu Chi.

“Kita bisa mempraktikkan dengan mendengar lebih banyak makanya saya ikut kegiatan-kegitaan Tzu Chi seperti training 4 in 1,” ujarnya.

Elly yang aktif pada kegiatan baksos kesehatan yang diadakan Tzu Chi Batam ini mengaku mendapatkan banyak pelajaran baru yang tentunya bisa diterapkan dalam lingkungan kerjanya. “Di Tzu Chi saya melihat tidak hanya mengobati orang tetapi melihat banyak aspek. Tidak hanya membantu orang lain tapi juga membantu diri sendiri,” ucap dokter umum yang bertugas di salah satu Puskesmas Kota Batam ini.

Menjadi seorang dokter lantas tidak hanya aktif pada misi kesehatan saja. Meski tidak sering, Elly juga terkadang mengikuti kegiatan kunjungan kasih ke rumah penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu). Melakukan kegiatan kunjungan kasih memberikan kesan tersendiri bagi dokter berusia 37 tahun ini. Tidak hanya kegiatan misi amal, Elly juga giat mengikuti pelatihan diri pada kegiatan kebaktian.

“Saya merasa betapa bersyukurnya saya, selain itu banyak hal yang bisa saya pelajari di luar dunia medis,” ungkapnya.

Berprofesi sebagai seorang dokter ternyata Elly bukan termasuk orang yang penyabar, segala sesuatu inginnya serba cepat. Namun, melatih diri di Tzu Chi menjadikan Elly lebih sabar. “Saya belajar banyak untuk menjadi lebih teratur, lebih sabar. Jika mendapatkan suatu masalah sekarang melihatnya lebih luas lebih menyeluruh,” akunya.

Di Tzu Chi pula yang menguatkan tekadnya untuk bervegetaris setiap hari sejak dua tahun yang lalu. “Dulu sudah bervegetaris tapi bolong-bolong. Sejak ikut Tzu Chi saya tahu ternyata (bervegetaris) bukan hanya cinta kasih kepada makhluk hidup tapi juga pelestarian lingkungan. Kita hidup di bumi telah mengambil semua dari bumi, dan saya merasa waktunya menjaga. Sejak itu saya bertekad lebih kuat lagi dan akhirnya full vegetaris,” katanya bangga.

Meski sempat mendapat penolakan dari keluarga, Elly tak patah arang. Pelan-pelan ia menjelaskan kepada orang tuanya akan pentingnya bervegetaris. Seiring berjalannya waktu orang tua Elly pun mendukungnya termasuk mendukung dirinya berkegiatan di Tzu Chi.

“Mereka sangat mendukung, justru jika saya absen dari kegiatan Tzu Chi orang tua mengingatkan,” ucapnya tersenyum.

Dengan mendalami ajaran Jingsi pada kegiatan pelatihan 4 in 1 ini Elly bertekad akan terus menggenggam niat awal dan membina diri bersama Tzu Chi.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Kamp 4 in 1: Menggenggam Setiap Kesempatan

Kamp 4 in 1: Menggenggam Setiap Kesempatan

21 Agustus 2018
Kamp pelatihan relawan 4 in 1 yang diadakan pada tanggal 18 - 19 Agustus 2018 membutuhkan banyak tangan para Bodhisatwa dalam menyukseskan kegiatan yang mengusung tema Sutra Makna Tanpa Batas ini.
Kamp 4 in 1 2019: Bergerak Bersama, Membantu Sesama

Kamp 4 in 1 2019: Bergerak Bersama, Membantu Sesama

29 Juli 2019

Setiap hari, setiap detik kita harus berjuang agar kehidupan bernilai dan bermakna; membuat manusia “sepaham” tentang kebenaran; lebih banyak orang “sepakat” berbuat kebajikan; dan mengajak lebih banyak orang untuk “bertindak bersama”. Inilah pesan penting dari Kamp Pelatihan 4 in 1 Tzu Chi Indonesia tahun 2019 yang diadakan 27-28/7/19.

Kamp 4 in 1: Menjaga Diri dan Mengasihi Kehidupan

Kamp 4 in 1: Menjaga Diri dan Mengasihi Kehidupan

21 Agustus 2018
Selama Kamp 4 in 1 berlangsung, tatapan 515 peserta kamp selalu tertuju pada para pemateri. Sesekali mereka juga menunduk sambil menulis poin-poin penting yang disampaikan. Selain karena materi yang dibawakan adalah materi yang memang penting, materi tersebut juga mempunyai hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari para relawan.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -