Kamp 4 in 1 2019: Bergerak Bersama, Membantu Sesama

Jurnalis : Metta Wulandari, Meity Susanti (Tzu Chi Palembang, Sufenny (He Qi Utara 1), Fotografer : Anand Yahya, Arimami Suryo A, Yusniaty (He Qi Utara 1)


Ratusan relawan Tzu Chi dari berbagai kota datang ke Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara untuk mengikuti kamp Pelatihan 4 in 1 tahun 2019 yng diadakan akhir pekan kemarin.

Setiap hari, setiap detik kita harus berjuang agar kehidupan bernilai dan bermakna; membuat manusia “sepaham” tentang kebenaran; lebih banyak orang “sepakat” berbuat kebajikan; dan mengajak lebih banyak orang untuk “bertindak bersama”. Inilah pesan penting dari Kamp Pelatihan 4 in 1 Tzu Chi Indonesia tahun 2019 yang diadakan akhir pekan lalu, Sabtu dan Minggu, 27-28 Juli 2019.

Dua hari sudah relawan Tzu Chi dari berbagai kota melatih diri, mendalami visi misi Tzu Chi, dan menyamakan frekuensi untuk terus meningkatkan kualitas diri melalui Kamp Pelatihan 4 in 1. Tahun ini, Kamp Pelatihan 4 in 1 mengambil tema Sepaham, Sepakat, Sejalan. Tema ini diangkat sebagai pengingat bagi para relawan bahwa walaupun sudah menjadi fungsionaris harus terus mendalami Dharma. “Setelah mereka belajar, praktiknya seperti apa, sehingga antara teori dan praktik bisa sejalan,” kata Haryo Suparmun, PIC Kamp Pelatihan 4 in 1.


Haryo Suparmun, PIC Kamp Pelatihan 4 in 1 memberikan sambutan untuk mengawali kegiatan Kamp Pelatihan 4 in 1. Melalui pelatihan-pelatihan relawan bisa mengupdate kualitas diri dan menyamakan persepsi.


Huang Ming Yue, relawan Tzu Chi Taiwan memberikan materi Awal Mula dan Misi Relawan Rumah Sakit.

Pelatihan pada tahun ini difokuskan pada misi kesehatan dan pelestarian lingkungan. Haryo menjelaskan bahwa misi kesehatan dipilih mengingat Tzu Chi Hospital di Indonesia tak lama lagi akan beroperasi. “Di rumah sakit ini kita tahu akan ada relawan pendamping di rumah sakit. Maka sebelum hari-H, relawan sudah mendapatkan bekal bagaimana cara mereka menjadi relawan pendamping di rumah sakit, apa saja yang bisa dilakukan,” jelasnya. Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut, pelatihan ini mengundang pemateri dari Taiwan, yakni Huang Ming Yue, relawan yang sudah 28 tahun konsisten dalam misi kesehatan di rumah sakit.

Kemudian berkaitan dengan pelestarian lingkungan, pelatihan ini juga mengundang relawan Taiwan untuk membimbing para relawan melakukan daur ulang dan pelestarian lingkungan secara baik dan benar. Dalam dua tahun terakhir, pelestarian lingkungan di Indonesia terbilang cukup berkembang. Kurang lebih ada 40 titik pemilahan daur ulang baru dibuka di kantor-kantor penghubung Tzu Chi di luar kota. “Tentu kuantitas saja tidak cukup. Kami juga mau kualitas relawan benar-benar berkembang lebih baik lagi. Jadi kuantitas dan kualitas itu seiring berkembang bersama,” harap Haryo.


Tidak hanya materi yang serius, para peserta juga diajak untuk bersantai sejenak dengan permainan-permainan menarik untuk menghangatkan suasana.

Bukan hanya pemateri dari Taiwan, ada pula pemateri dari Australia dan yang pasti dari relawan senior Tzu Chi Indonesia yang membagi sharingnya kepada 680 peserta training yang diadakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara ini.

Antusias para peserta juga tampak begitu besar. Mereka datang dari Jakarta, Medan, Palembang, Singkawang, Makassar, Bali, Tebing Tinggi, Padang, Lampung, Bandung, Biak, Manado, Batam, Tanjung Balai Karimun, Pekanbaru, Jambi, dan relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas. Walaupun dengan jadwal materi yang padat, relawan tetap bersemangat mendengarkan pemateri. “Capek pasti ada, tapi kalah dengan rasa semangat untuk belajar,” aku Suharjo, relawan abu putih asal Palembang yang langsung terbang dari Sydney untuk ikut pelatihan 4 in 1. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya belajar berbuat baik melalui Tzu Chi. “Saya ingin terus melatih diri dan ingin sekali mendalami ajaran-ajaran Master Cheng Yen. Saat ini yang kami ketahui masih sangat sedikit,” tambahnya.

Saling Dukung Antar Keluarga
Suharjo mengenal Tzu Chi sejak 5 tahun lalu karena sering ikut dalam acara tahunan yang Tzu Chi adakan. Kira-kira dua tahun lalu ia memantapkan hati untuk menjadi relawan Tzu Chi. Sejak saat itu ia benar-benar mengagumi Master Cheng Yen. “Bayangkan pada awal membangun Tzu Chi, Master Cheng Yen adalah seorang wanita masih sangat muda. Saat itu beliau tidak punya apa-apa, baik materi maupun relawan. Master hanya mempunyai satu tekad, menolong mereka yang menderita,” ujar Suharjo. “Master berjuang sedemikian rupa dan membentangkan Jalan ini untuk kita semua. Agar kita dapat menapak di Jalan Bodhisatwa ini, yang akhirnya untuk kebahagiaan kita sendiri dan untuk semua mahluk,” lanjutnya.


Suharjo, relawan Tzu Chi Palembang serius mendengarkan setiap materi. Ia mengaku ingi terus melatih diri dan ingin sekali mendalami ajaran-ajaran Master Cheng Yen karena saat ini yang ia ketahui masih sangat sedikit.

Suharjo juga sangat salut dengan Jalan yang Master Cheng Yen tunjukkan kepada para muridnya untuk membantu tanpa kenal perbedaan. Membantu siapa pun yang membutuhkan. Seperti kisahnya sendiri yang merasa mendapat dukungan yang besar dari keluarga besar.

Beberapa waktu lalu ketika salah satu anak Suharjo dirawat di Singapura, ia menerima dukungan dari relawan Tzu Chi Singapura. Mereka memberikan pendampingan dan menyiapkan segala hal yang keluarganya butuhkan. Bahkan ketika sang anak tiada, ada 52 relawan Singapura datang untuk melakukan doa bersama dan menguatkan Suharjo beserta keluarganya. “Sampai kami diantar ke Bandara Changi untuk terbang ke Palembang,” ungkap Suharjo.

Suharjo sangat tersentuh dengan ketulusan relawan Tzu Chi di manapun mereka berada. Hal itu tidak berbeda ketika anaknya berobat di Jakarta. “Shijie Lulu dan tim, Shixiong Hendra dan tim, saya sangat gan en dengan perhatian seluruh keluarga Tzu Chi,” tuturnya.


Relawan belajar isyarat tangan Zhong Qu.

Itulah mengapa ia sangat tersentuh dengan pembicara Taiwan yang memberikan materi tentang pendampingan kepada para pasien di rumah sakit. “Bagaimana kita mendampingi mereka dengan kasih hingga mereka siap dan bahagia menerima, sampai kematian tiba. Kita harus belajar, bagaimana bisa melakukan hal ini. Mendampingi dengan cinta kasih, kasih sayang,” kata Suharjo.

Menerima dukungan yang sangat berarti untuknya, Suharjo semakin mantap menjalankan Tzu Chi. Ia dan istrinya kini telah menjadi Rong Dong (Komite Kehormatan). Alasannya tidaklah muluk-muluk, hanya ingin bersumbangsih untuk menolong mereka yang membutuhkan dan ingin sekali menjadi murid Master Cheng Yen yang baik.


Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menyampaikan pesan kepada relawan untuk bersama mengukir jejak cinta kasih.

Tak hanya untuk dirinya sendiri, Suharjo berusaha memotivasi relawan untuk menggenggam kesempatan. “Master Cheng Yen sering mengingatkan kita gan dong le, yao xing dong yang artinya mengubah rasa haru menjadi tindakan nyata. Jadi tersentuh saja tidak cukup, kita harus melakukan dan melakukan,” tegas Suharjo.

Hal itu juga yang dipesankan oleh Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Hal-hal terharu dan baik, yang telah kita lihat dan dengar di-training ini, diharapkan bisa disebarkan kepada Shixiong-Shijie, agar bisa diikuti orang lain untuk mengukir jejak cinta kasih mereka masing-masing sehingga Jalan Tzu Chi semakin luas dalam membantu orang-orang yang kurang mampu. Harapan saya ke Shixiong- Shijie bisa, kita bisa sepaham, sepakat, dan sejalan dalam menjalankan Tzu Chi di Indonesia.”

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Kamp 4 in 1: Sebuah Pesan untuk Mewariskan Jalan Kebenaran

Kamp 4 in 1: Sebuah Pesan untuk Mewariskan Jalan Kebenaran

04 Oktober 2024

Stephen Huang, Direktur Eksekutif Relawan Global Tzu Chi berbagi semangat untuk menyamakan persepsi dan menyatukan visi misi agar relawan Tzu Chi terus bisa sejalan dalam berbagi cinta kasih pada sesama.

Kamp 4 in 1 2018: Membekali Diri dengan Dharma

Kamp 4 in 1 2018: Membekali Diri dengan Dharma

20 Agustus 2018
Setiap tahunnya, insan Tzu Chi Indonesia terus meningkatkan kualitas diri dengan mendalami Dharma. Pada tahun ini, relawan tengah mendalami Sutra Makna Tanpa Batas yang merupakan landasan dari semangat Tzu Chi. Berbagai kegiatan pun dilakukan dengan mengusung Sutra Makna Tanpa Batas sebagai temanya.
Kamp 4 in 1: Mengaplikasikan Dhamma Menjadi Bodhisattva dalam Melenyapkan Penderitaan

Kamp 4 in 1: Mengaplikasikan Dhamma Menjadi Bodhisattva dalam Melenyapkan Penderitaan

01 Oktober 2024

Kamp 4 in 1 pada 28-29 September 2024, menghadirkan 4 biksuni dari Griya Jing Si, di antaranya ada De Man dan De Jian Shifu yang juga membawakan materi pelatihan.

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -