Kamp Anak Asuh Beasiswa Karir (bagian 2)
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
|
| ||
“Saya dulu tinggal di lokasi yang kumu,h yaitu di bantaran Kali Angke dan sepertinya tidak ada harapan atau tidak ada gambaran bagaimana ke depannya saya bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tapi semenjak Tzu Chi membangun Perumahan Cinta Kasih dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, barulah ada titik terang di kehidupan saya,” cerita Dede Juwita. Sejak bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi hingga selesai, prestasinya sangat baik, sehingga ia selalu mendapatkan beasiswa. Ia tidak ingin membebankan biaya pendidikan kepada orang tuanya, karena ia selalu berusaha untuk belajar dengan tekun, seperti bangun jam 3 pagi untuk mengerjakan apa yang harus ia kerjakan dan membuka buku pelajaran untuk penambahan materi sebelum mengikuti kelas di sekolah.
Keterangan :
Sosok ayah dan ibu menjadi penyemangat dirinya untuk terus maju. Meski saat ini ibunya berada jauh karena sedang bekerja di Malaysia, ia menggantikan tugas ibunya mengurusi adik-adiknya. “Mama paling hebat, dia bisa membimbing anaknya, dan aku juga bisa kuliah meskipun tanpa biaya orang tua. Aku pengennya nggak membuat mereka terbebani dengan diri aku. Dulu waktu aku lulus SMA, aku nggak mau kuliah karena mau bantu mereka, tapi ayah bilang kamu harus maju, salah satu anak ayah harus ada yang dapat gelar sarjana. Aku maju untuk mendapatkan gelar tersebut, dan aku juga mengajarkan adik-adiku juga untuk jangan pernah putus asa, meskipun mama jauh kita mesti buat bangga dia.” Saat ini Dede mengambil kuliah keperawatan di STIK Saint Carolus, Salemba. “Tadinya saya bukan ambil keperawatan, tapi kata mama, lebih baik saya ambil keperawatan, karena itu sesuai cita-cita kamu. Saya sering cerita ke mama apa yang aku cita-citakan, dari aku SD sampai SMA, saya selalu bilang aku pengen bantu orang, saya selalu bilang begitu ke mama, karena mama juga jiwa sosialnya sangat tinggi sekali. Sebenarnya banyak cara untuk membantu orang, tapi kalau menurut saya dengan saya menjadi perawat, saya bisa membantu orang-orang lebih dekat, kan klo perawat itu bisa langsung terjun ke pasien. Saya senang dengan dunia sosial, saya senang yang turun langsung ke masyarakat, bisa menghibur mereka, itu bisa menjadi kebanggaan di diri saya,” cerita Dede.
Keterangan :
Dede menyadari bahwa berkah yang ia dapatkan hinggal hari ini adalah karena orang tuanya, sehingga ia pun ingin berbagi berkah ini dengan yang lainnya. “Saya ingin menjadi orang yang berguna untuk siapapun, ingin membahagiakan ayah dan mama saya, saya tidak ingin melihat mereka susah, saya ingin membuat derajat mereka diangkat dengan adanya diri saya yang bisa sekolah hingga S1. Saya juga mau membaktikan diri saya ke sini, Tzu Chi, karena Tzu Chi sudah membiayai diri saya, dari saya SD hingga kuliah. Jadi saya sangat bersyukur sekali,” Tambah Dede. Membuka Hati Di akhir kegiatan, Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan pesan cinta kasih bagi anak-anak yang berprestasi ini. “Dalam dua hari kita mendapatkan pelajaran bahwa cinta kasih universal tidak membeda-bedakan dan tanpa pamrih. Kedua yang harus kita pelajari adalah bersyukur kepada orang tua dan keluarga kita yang membesarkan kita. Tentu bersyukur juga bisa bertemu dengan jodoh Tzu Chi untuk menapaki masa depan yang lebih baik. Kita harus bisa mengatur diri sendiri dan mensyukuri berkah. Setelah kita tahu bersyukur, langkah berikutnya kita bersumbangsih, atau menyumbangkan cinta kasih universal kepada orang lain,” tuturnya dan berharap semua dapat berusaha lebih baik lagi. | |||
Artikel Terkait
Sebenih Tekad Mampu Menumbuhkan Akar Kebijaksanaan
13 Februari 2019Saat dilantik menjadi murid Master Cheng Yen di Taiwan November tahun lalu, Foeng Jie Tju dan Wylen berikrar untuk mengadakan acara Xun Fa Xiang bagi relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Pusat. Melalui segala pertimbangan maka acara Xun Fa Xiang untuk daerah He Qi Pusat diadakan di ITC Mangga Dua setiap hari Selasa dan Jumat pukul 07.30 pagi.
Mengobati Tanpa Perbedaan
06 April 2011Bekerja sama dengan RS Sentra Medika Cibinong, Tzu Chi mengadakan baksos selama 2 (dua) hari, yaitu pada tanggal 19-20 Maret 2011. Baksos ini dapat terlaksana dengan baik atas partisipasi para relawan yang telah menyumbangkan tenaga dan pemikirannya.