Kamp Anak Asuh Beasiswa Karir (bagian 2)

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
 

foto
 Dua hari yang singkat namun dapat menimbulkan kebahagian dan kebersamaan di antara setiap orang.

Menjadi  Agen Perubahan
Anak muda yang menempuh pendidikan di tingkat universitas maupun sekolah tinggi ini, diharapkan setelah lulus nanti mereka bukan menjadi anak-anak pencari kerja, tapi mereka dapat menjadi agen perubahan untuk masyarakat, mereka dapat bersumbangsih di masyarakat dan membawa perubahan  yang positif. Anak-anak yang dapat melawan kelemahan yang ada dalam diri menjadi sebuah kekuatan.

“Saya dulu tinggal di lokasi yang kumu,h yaitu di bantaran Kali Angke dan sepertinya tidak ada harapan atau tidak ada gambaran bagaimana ke depannya saya bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tapi semenjak Tzu Chi membangun Perumahan Cinta Kasih dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, barulah ada titik terang di kehidupan saya,” cerita Dede Juwita.

Sejak bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi hingga selesai, prestasinya sangat baik, sehingga ia selalu mendapatkan beasiswa. Ia tidak ingin membebankan biaya pendidikan kepada orang tuanya, karena ia selalu berusaha untuk belajar dengan tekun, seperti bangun jam 3 pagi untuk mengerjakan apa yang harus ia kerjakan dan membuka buku pelajaran untuk penambahan materi sebelum mengikuti kelas di sekolah.

foto  foto

Keterangan :

  • Dede Juwita Sari yang telah mengenal Tzu Chi sejak ia pindah ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di tahun 2005 (kiri).
  •  Relawan Tzu Chi dari berbagai misi datang untuk menjelaskan apa yang dilakukan disetiap misinya (kanan).

Sosok ayah dan ibu menjadi penyemangat dirinya untuk terus maju. Meski saat ini ibunya berada jauh karena sedang bekerja di Malaysia, ia menggantikan tugas ibunya mengurusi adik-adiknya. “Mama paling hebat, dia bisa membimbing anaknya, dan aku juga bisa kuliah meskipun tanpa biaya orang tua. Aku pengennya nggak membuat mereka terbebani dengan diri aku. Dulu waktu aku lulus SMA, aku nggak mau kuliah karena mau bantu mereka, tapi ayah bilang kamu harus maju, salah satu anak ayah harus ada yang dapat gelar sarjana. Aku maju untuk mendapatkan gelar tersebut, dan aku juga mengajarkan adik-adiku juga untuk jangan pernah putus asa, meskipun mama jauh kita mesti buat bangga dia.”

Saat ini Dede mengambil kuliah keperawatan di STIK Saint Carolus, Salemba. “Tadinya saya bukan ambil keperawatan, tapi kata mama, lebih baik saya ambil keperawatan, karena itu sesuai cita-cita kamu. Saya sering cerita ke mama apa yang aku cita-citakan, dari aku SD sampai SMA, saya selalu bilang aku pengen bantu orang, saya selalu bilang begitu ke mama, karena mama juga jiwa sosialnya sangat tinggi sekali. Sebenarnya banyak cara untuk membantu orang, tapi kalau menurut saya dengan saya menjadi perawat, saya bisa membantu orang-orang lebih dekat, kan klo perawat itu bisa langsung terjun ke pasien. Saya senang dengan dunia sosial, saya senang yang turun langsung ke masyarakat, bisa menghibur mereka, itu bisa menjadi kebanggaan di diri saya,” cerita Dede.

foto  foto

Keterangan :

  • Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, memberikan pesan cinta kasih dan angpau berkah bagi setiap peserta (kiri).
  • Setiap relawan yang mendampingi merupakan orang tua asuh bagi peserta beasiswa karir ini (kanan).

Dede menyadari bahwa berkah yang ia dapatkan hinggal hari ini adalah karena orang tuanya, sehingga ia pun ingin berbagi berkah ini dengan yang lainnya. “Saya ingin menjadi orang yang berguna untuk siapapun, ingin membahagiakan ayah dan mama saya, saya tidak ingin melihat mereka susah, saya ingin membuat derajat mereka diangkat dengan adanya diri saya yang bisa sekolah hingga S1. Saya juga mau membaktikan diri saya ke sini, Tzu Chi, karena Tzu Chi sudah membiayai diri saya, dari saya SD hingga kuliah. Jadi saya sangat bersyukur sekali,” Tambah Dede.

Membuka Hati
Dua hari mengenal Tzu Chi melalui sebuah kamp, anak-anak tersebut mampu membuka pandangannya tentang Tzu Chi dan kehidupan yang bermakna. Pada awalnya diantara mereka ikut karena merasa kegiatan ini adalah kewajiban yang harus mereka ikuti sebagai penerima beasiswa, namun setelah mengikuti kamp mereka mulai mengubah pemikirannya. Mereka ingin terlibat menjadi relawan Tzu Chi dan menjadi orang-orang yang mampu bersumbangsih dan membawa perubahan positif di masyarakat.

Di akhir kegiatan, Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan pesan cinta kasih bagi anak-anak yang berprestasi ini. “Dalam dua hari kita mendapatkan pelajaran bahwa cinta kasih universal tidak membeda-bedakan dan tanpa pamrih. Kedua yang harus kita pelajari adalah bersyukur kepada orang tua dan keluarga kita yang membesarkan kita. Tentu bersyukur juga bisa bertemu dengan jodoh Tzu Chi untuk menapaki masa depan yang lebih baik. Kita harus  bisa mengatur diri sendiri dan mensyukuri berkah. Setelah kita tahu bersyukur, langkah berikutnya kita bersumbangsih, atau menyumbangkan cinta kasih universal kepada orang lain,” tuturnya dan berharap semua dapat berusaha lebih baik lagi.

  
 

Artikel Terkait

Ikhlas Memberi dengan Sukacita (Bag.2)

Ikhlas Memberi dengan Sukacita (Bag.2)

11 Oktober 2012 Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei Shijie memimpin barisan, dengan didampingi Li Ping Shijie dan diikuti oleh relawan lainnya. Tepuk tangan meriah meramaikan suasana yang disambut dengan senyuman hangat oleh para staf Jing Si.
Sepekan Berkeliling Dunia Bersama Sekolah Tzu Chi

Sepekan Berkeliling Dunia Bersama Sekolah Tzu Chi

03 November 2015

Setelah empat hari menerima pemaparan informasi mengenai masing-masing wilayah, pada hari terakhir atau puncak kegiatan Pekan Gabungan Hari Perserikatan Bangsa-bangsa dan Pesta Seni Budaya, murid TK Sekolah Tzu Chi akhirnya menampilkan pertunjukkan dari wilayah yang mereka wakili. Seperti kelas K2 Kindness yang menampilkan pertunjukkan Tari Topeng dari Jakarta.

Lebih Giat di Usia ke-47 Tzu Chi

Lebih Giat di Usia ke-47 Tzu Chi

06 Mei 2013 Walaupun sempat terjadi gangguan jaringan selama beberapa saat, namun hal tersebut tidak memudarkan semangat relawan untuk tetap menjalankan kebaktian.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -