Kamp Humanis DAAI TV 2018: "Tidak Ada Kolam Lumpur, Tidak Ada Teratai"
Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo AKeceriaan karyawan saat mengikuti kegiatan Kamp Humanis DAAI TV 2018 hari ketiga di ruang Xi She Ting, Aula Jing Si, PIK.
Banyak sekali cerita dalam perjalanan DAAI TV Indonesia. Empat tahun pertama merupakan masa paling berat. Saat ini pun seluruh jajarannya terus mengembangkan diri supaya senantiasa dapat menyebarkan cinta kasih kepada masyarakat. “Tidak ada kolam lumpur, tidak ada teratai. No mud, no lotus,” inilah ungkapan yang dilontarkan oleh CEO DAAI TV Indonesia, Hong Tjhin saat memberikan sambutan dalam Kamp Humanis DAAI TV di ruang Xi She Ting, Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK. Minggu, 11 Maret 2018.
Ungkapan tersebut bukan tanpa alasan, perjalanan DAAI TV selama 11 tahun mengudara pastilah melewati berbagai hambatan dan rintangan. Dalam kesempatan yang sama, Hong Tjhin juga mengungkapkan Kamp Humanis DAAI TV memang untuk saling mengisi dan melengkapi sesama karyawan.“Dalam kamp humanis ini kita belajar bersama merasakan apa yang sudah kita perbaiki, apa yang harus kita perbaiki,” tambahnya.
Keindahan bunga Teratai pun hadir dalam Kamp humanis yang bertajuk Menjalin Jodoh, Menggenggam Kesempatan ini. Para pemirsa yang terinspirasi dengan tayangan-tayangan dari DAAI TV ikut berbagi dengan peserta kamp. Salah satunya adalah Aheng dan Yuli. Mereka adalah orang tua dari anak yang memiliki kebutuhan khusus. Awalnya, kedua orang tua tersebut selalu menutup diri dan minder. Setelah menonton drama dan beberapa tayangan di DAAI TV, lambat laun mereka terinspirasi dan terjun ke komunitas untuk berbagi.
“Pada tahun 2002 kami mengenal DAAI TV dari Tzu Chi. Dari situ kami mulai bangkit. Awalnya saya dan istri merasa kita paling menderita dengan kondisi anak kami, tetapi setelah melihat tayangan DAAI TV banyak yang lebih susah lagi kondisinya,” cerita Aheng.
CEO DAAI TV Indonesia, Hong Tjhin memberikan pesan cinta kasih kepada 229 peserta kamp.
Sesi sharing dari pemirsa yang terinspirasi dengan tayangan-tayangan DAAI TV. Aheng dan Yuli (kiri) juga ikut menceritakan pengalamannya dalam sesi ini.
Cobaan untuk Aheng dan istrinya tidak sampai di situ saja. Pada tahun 2009, Tuhan punya rencana lain untuk buah hati mereka. Di usia 9 tahun, anak mereka meninggal dunia. Sejak anaknya meninggal, Aheng dan Yuli terus bersemangat untuk ikut peduli dengan anak-anak berkebutuhan khusus. “Setelah anak kami meninggal, kami juga melayani anak-anak difabel di komunitas,” cerita Aheng.
Zulfril Adha Putra, Produser Program Inspirasi di DAAI TV ikut senang dengan hadirnya pemirsa DAAI TV dalam kamp ini. Di sela-sela kesibukannya sebagai panitia kamp, ia mengungkapkan misi dari program-program DAAI TV untuk masyarakat.
“Tentu kita bisa tahu ya, teman-teman di DAAI TV yang selama ini bekerja memberikan tayangan-tayangan yang positif kepada masyarakat. Dari sini ternyata hasil kerja teman-teman tersebut bisa menginspirasi orang lain. Kita sebagai satu tim di DAAI TV ditantang untuk membuat tayangan yang bisa menginspirasi orang tanpa menggurui. Bagaimana caranya menyampaikan cinta kasih dengan cara Benar, Bajik, dan Indah,” kata karyawan yang sudah 10 tahun bekerja di DAAI TV ini.
Semangat Benar, Bajik, dan Indah ini juga diamini oleh Hong Tjhin dalam rangkaian sambutannya. Ia berpesan agar para karyawan DAAI TV supaya bersungguh-sungguh dalam menyebarkan cinta kasih. “Memang sudah seharusnya kita sepenuh hati dalam menjernihkan hati dengan cara bersatu hati,” ungkap Hong Tjhin. Ia pun bangga karena tayangan-tayangan DAAI TV sudah bisa menginspirasi masyarakat. “Kalian insan DAAI TV itu sudah berjasa besar untuk membangun kebaikan,” tambahnya.
Dengan mengenakan seragam DAAI TV yang baru, para karyawan juga mengisi kuisioner dari panitia kamp.
Kebahagiaan Dian Putri (kacamata) saat mengikuti salah satu games dalam Kamp Humanis DAAI TV 2018.
Membentuk Pribadi Yang Sabar dan Humanis
Kamp humanis ini memberi kesan tersendiri bagi para karyawan DAAI TV Indonesia, apalagi karyawan yang baru pertama kali mengikuti kegiatan tersebut. Salah satunya adalah Dian Putri atau yang akrab disapa Dian, reporter program Halo Indonesia. Ia merasakan kegiatan-kegiatan di DAAI TV khususnya kamp membuatnya belajar untuk lebih baik lagi dalam menjalani hidup.
“Awalnya kaget, beda banget sama kehidupan sehari-hari yang bisa dibilang berantakan. Di sini kita harus menerima budaya baru. Efeknya pun jadi lebih lembut, lebih menghargai orang lain. Sekarang jadi ada ritmenya, biasanya itu grabak-grubuk,” ungkap reporter yang sudah 6 bulan bergabung dengan DAAI TV tersebut.
Bagi Dian, kegiatan-kegiatan dalam Kamp Humanis DAAI TV 2018 ini juga membuatnya belajar hal-hal baru. “Yang berkesan ya waktu kegiatan di kelas-kelas seperti merangkai bunga, kaligrafi, serta penuangan teh,” pungkasnya.
Selain kamp, pengalamannya selama bekerja di DAAI TV juga memberi pengaruh positif serta mendapatkan pelajaran bukan dalam dunia kerja saja. “Beda banget sama media mainstream pada umumnya. Di sini bukan hanya hard skill, tetapi soft skill dan moralnya juga diasah. Budayanya juga berbeda, lebih menyentuh etika,” tutup wanita yang tertarik untuk belajar bahasa Mandarin tersebut.
Artikel Terkait
Kamp Humanis DAAI TV 2018: "Tidak Ada Kolam Lumpur, Tidak Ada Teratai"
12 Maret 2018Kamp Humanis DAAI TV: Merekatkan Kembali Kebersamaan
06 September 2022Setelah sempat dilaksanakan secara online selama 2 tahun karena pandemi Covid-19, Kamp Humanis DAAI TV (Organization Culture Training) kembali diadakan di tahun 2022 ini secara offline.