Kamp Humanis DAAI TV: Menyelami Budaya Humanis Perusahaan

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Henry Surya (He Qi Pusat), Teddy Lianto, Yuliati

Komisaris DAAI TV, Mansjur Tandiono membagikan souvenir kepada satu persatu peserta kamp humanis DAAI TV yang diadakan selama tiga hari, 6-8 Maret 2015.

Sudah 8 tahun DAAI TV menjadi stasiun televisi yang menyebarkan cinta kasih untuk menjernihkan hati manusia dan mencerahkan dunia. Selain menjadi televisi keluarga, DAAI TV juga menyiarkan berita kemanusiaan dan humanis kepada masyarakat. Untuk bisa memberikan suguhan program humanis tentu tidak mudah, karyawan yang dari berbagai latar belakang yang berbeda juga harus memahami budaya humanis yang diterapkan oleh DAAI TV. Agar frekuensi semua staf menjadi sama, maka DAAI TV mengadakan sebuah kamp humanis yang diperuntukkan kepada seluruh karyawan.

Pada kamp DAAI TV yang kedua ini diadakan pada hari Jumat-Minggu, tanggal 6-8 Maret 2015 di lantai 2 Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Dalam kamp lebih kurang selama 3 hari ini, selain sharing dari para relawan Tzu Chi dan DAAI TV juga dikenalkan tentang kelas budaya humanis merangkai bunga, kelas kaligrafi, dan kelas minum teh. “Rencana ke depan diadakan setahun sekali, di indoor dan outdoor. Di indoor lebih penekanan pada kamp humanis dan outdoor lebih penekanan pada tim building,” ujar Elisa Tsai, koordinator kegiatan.

Elisa berharap para karyawan bisa memahami budaya perusahaan dan memiliki budaya humanis seperti yang diterapkan DAAI TV. “Kita pengen setiap karyawan memahami budaya perusahaan menuju target yang sama, sehingga memiliki pegangan yang kuat,” ucap Elisa. “Kita (DAAI) juga keluarga besar (Tzu Chi) dan banyak berhubungan dengan relawan. Dengan adanya kamp ini agar semua bisa saling memahami dan saling belajar,” tukasnya.

Elisa Tsai, Koordinator kegiatan, berharap para karyawan dengan mengikuti Kamp Humanis DAAI TV, dapat memahami budaya perusahaan dan memiliki budaya humanis seperti yang diterapkan DAAI TV


Sebanyak 200 karyawan DAAI TV dengan sukacita mengikuti kamp yang diadakan di lantai 2 Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Kesan yang Mendalam

Salah satu host DAAI TV dalam program paman dongeng, Heru Prakoso memberikan sharing di hadapan 200 peserta kamp. Sudah tujuh tahun ia bersama DAAI TV dalam membawakan dongeng untuk anak-anak. “Dongeng paling susah menembus pertelevisian, dan acara anak-anak (DAAI TV) paling keren. Saya salut sama DAAI, kecil tapi hebat, sedikit tapi hebat,” ujar Heru.

Ia juga menceritakan suka duka yang dirasakan selama bergabung dengan televisi cinta kasih ini. “Selama tujuh tahun bekerjasama tidak pernah kejadian walaupun ada mis (kesalahpahaman), ada salah tapi selesai semuanya tidak ada marah, nyakitin orang, nyalah-nyalahin orang,” ungkap paman dongeng ini. “Di dalam sejarah saya bekerjasama, hanya di DAAI yang paling keren. Semuanya kayak saudara,” imbuhnya. Heru juga memberikan apresiasi kepada para kru yang sudah bekerja keras untuk menyukseskan program paman dongeng ini. menurutnya tidak mudah bagi para kru untuk masuk ke dimensi anak-anak dalam menyuguhkan acara yang bisa diterima dan disenangi anak, sehingga untuk menyampaikan kebaikan dan ketulusan melalui film yang berdurasi tidak lama ini semua saling bekerja keras.


Dalam kamp ini juga dikenalkan kelas budaya humanis Tzu Chi: Seni meracik teh.


Paman dongeng, Heru Prakoso memberikan sharing pengalamannya di hadapan ratusan karyawan DAAI TV.

Nilai Kebersamaan

Ersita Susanti yang akrab disapa Ossy merupakan salah satu karyawan fresh graduate yang sudah 1,5 tahun bergabung dengan DAAI TV, sehingga baru pertama kali mengikuti kamp humanis DAAI TV. Ia mengaku senang mengikuti kamp humanis ini karena bisa belajar mendalami dan membangun budaya humanis dalam diri sendiri. “Ternyata kamp (humanis) seperti ini, so far happy-happy saja. Di sini saya mendapat pelajaran tentang kebersamaan. Selain itu, ilmu untuk membuat DAAI lebih bagus lagi, karena saya di kids, bagaimana (acara) bisa diminati dan menjadi terfavorit keluarga,” ungkap Ossy.

Kamp humanis yang diadakan oleh DAAI TV memang memiliki peran penting untuk membantu karyawan memahami budaya perusahaan. “DAAI TV tidak seperti media lain, (DAAI TV) unik. (kamp) ini sebuah momen untuk mengenal keunikan itu,” tutur reporter kreatif kids DAAI TV ini. Menurut Ossy, budaya humanis Tzu Chi juga mesti dipahami setiap insan, bagaimana menjaga kerapian diri sendiri, bagaimana menghargai makluk lain. Ossy mengaku bersyukur bisa bergabung dengan DAAI TV. “Ini adalah ladang kerja saya yang diberikan Tuhan. Saya harus membajak sawahnya dan menaburkan bibitnya dengan hal-hal yang baik. Saya juga mengucapkan bersyukur di hari Senin kita bisa bekerja bukan cari kerja,” akunya dalam sharing.

Dalam kamp ini, Ossy juga mengajak para rekan kerjanya untuk bersama-sama menggarap ladang berkah yang dimiliki. “Ini ladang berkah kita, rumah kita, jadi taburlah hal-hal yang baik. Ini kesempatan untuk berbuat baik, skill banyak diasah karena di luar banyak tantangan,” ujarnya.

Ossy (kanan) mengaku senang mengikuti kamp humanis ini karena bisa belajar mendalami dan membangun budaya humanis dalam diri sendiri.


Selain menjadi peserta pada kamp DAAI TV, Satria juga bertugas memandu acara games disela-sela kegiatan kamp.

Hal senada juga disampaikan oleh Satria Adi Surendra. Menurutnya di DAAI TV ia merasakan budaya perusahaan memiliki fungsi mengembangakan diri secara profesional dan mengasah kepekaan sosial terhadap lingkungan. Pria yang akrab disapa Memet ini sudah tujuh tahun bersama DAAI TV. Menurutnya kegiatan kamp humanis yang diadakan oleh DAAI TV ini sangat penting bagi karyawan, khususnya para karyawan baru untuk mengenal budaya perusahaan sehingga menjadi selaras dalam berkarya.

Memet mengaku kamp seperti ini menjadi ajang untuk mendalami kembali tentang budaya humanis Tzu Chi. “Ini seperti pendalaman materi dan recharge saya untuk kembali kepada yang seharusnya saya lakukan di DAAI TV,” tukas bapak empat anak ini. “Dalam kamp ini diajarkan bagaimana cara makan, tidur, berkomunikasi dengan orang lain,” imbuhnya. Ia juga mengaku senang bisa bersama DAAI TV dalam menjernihkan hati manusia. “DAAI TV membuat nyaman orangtua karena tidak berisi tayangan yang negatif dibanding televisi lain yang lebih banyak berita negatif untuk menaikkan rating,” kata Memet.

Di tengah-tengah kesibukannya di bagian Audio Visual Art ini, ia juga beberapa kali mengikuti kegiatan lain Tzu Chi salah satunya mengisi acara isyarat tangan. “Ada kebersamaan latihan, kedekatan pada momen-momen DAAI TV dengan relawan. Kesempatan seperti ini sangat sedikit jadi sayang jika dilewatkan,” ungkapnya tersenyum. Dalam kamp humanis ini, ia juga berharap karyawan lainnya bisa menikmatinya. “Awal-awal kamp selalu berat. Merubah sesuatu kebiasaan sangat berat, tapi harus kita lakukan karena ini merubah ke kebaikan, sehingga tinggal jalinan jodoh yang merubah kita,” pungkasnya.


Artikel Terkait

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -