Kamp Komite dan Cakom 2019: Menjadi Lebih Terbuka

Jurnalis : Yuliati, Metta Wulandari, Henny Yohanes (He Qi Utara 2), Fotografer : Anand Yahya, Arimami Suryo A, Henry Surya (He Qi Pusat)


Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei dan Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma melantik 174 relawan Calon Komite pada Minggu, 17 Maret 2019 di Jiang Jing Tang, Tzu Chi Center, PIK.

“Saya senang sekali, semua yang diberikan di training itu membuka banyak pengetahuan baru,” ungkap Kok Pon, salah satu relawan Tzu Chi Pekanbaru yang dilantik menjadi Calon Komite.

Di tahun 2019 ini, Kok Pon yang tidak suka dengan training, hadir dalam training dan pelantikan relawan cakom di Aula Jing Si. Walaupun awalnya ia ikut karena Hayati yang mendaftarkannya, Kok Pon justru akhirnya berterima kasih pada istrinya itu. "Kalau bukan karena dibohongi, saya tidak mungkin bisa dapat ilmu baru," katanya tertawa.

Hayati dan Kok Pon adalah pasangan suami istri yang bergabung menjadi relawan Tzu Chi sejak tahun 2008. Mereka kemudian aktif di berbagai kegiatan di Pekanbaru. Hayati bisa dibilang lebih aktif karena menjajal semua kegiatan Tzu Chi. Amal, kunjungan kasih, training, dll. Sehingga istrinya juga lebih dulu dilantik menjadi komite dan mendapat tanggung jawab sebagai Ketua Xie Li.


Kok Pon juga dilantik menjadi relawan Calon Komite tahun ini. Ia datang bersama sang istri, Hayati mengikuti Kamp Pelatihan Relawan Komite dan Calon Komite.

Sementara itu Kok Pon adalah orang lapangan, ia lebih suka kerja langsung dan menganggap teori itu bukan hal yang penting. Makanya sejak tahun 2009 ia hanya aktif di kegiatan Pelestarian Lingkungan. Sekali-kali ia membantu baksos untuk tim logistik.

Kok Pon sangat konsisten sekali di kegiatan PL. Sudah 10 tahun ia menjalankannya. Ia merupakan perpanjangan tangan para relawan untuk menjemput barang-barang daur ulang dari rumah-rumah warga. Begitu Shijie Wismina mengabarinya ada orang yang barang daur ulangnya minta dijemput, tak menunggu lama, dia langsung ambil dengan menggunakan motor. "Jam berapapun itu, saya langsung datang," kata Kok Pon.

Konsisten dengan PL, bukan tanpa alasan. Kok Pon kerap melihat Daai Tv Taiwan menyiarkan ceramah master yang mengulas tentang lingkungan yang semakin lama semakin memprihatinkan. Kita harus kerja PL supaya bisa membantu bumi, sehingga imbauan dari master itu benar-benar ingin ia terapkan.

Baru-baru ini, sudah kurang lebih 6 bulan, Kok Pon membuka satu titik pemilahan sampah yang bertempat di rumahnya. Hal ini sejalan dengan program yayasan di mana satu Xie Li, masing-masing bisa membuka titik pemilahan sampah. Apalagi dirinya juga sudah pernah ikut training PL ke Tzu Chi Malaysia.


Para relawan peserta kamp bersama-sama meregangkan otot di sela-sela kegiatan.

Satu sekat pada ruko Kok Pon yang juga merupakan tempat usahanya itu dialokasikan untuk kegitan daur ulang dan menampung barang-barang dari warga. "Kebetulan kantor yayasan kan baru pindah, jadi warga yang biasanya antar sendiri, jadi kejauhan sekarang. Kami buka di rumah biar lebih dekat," jelas Kok Pon. Semua keluarga setuju walaupun awalnya sang anak agak keberatan karena rumah mereka menjadi penuh sampah daur ulang.

Dua di antara tiga anak Kok Pon dan Hayati juga merupakan relawan Tzu Chi. Mereka tergabung dalam Tzu Ching. Sehingga bukan hal yang sulit untuk meyakinkan anak-anaknya berjalan di jalan yang sama. Di Pekanbaru, ia sudah terlebih dahulu mengemban tanggung jawab sebagai penanggung jawab pelestarian lingkungan.

Hayati yang juga datang mengikuti kamp bersama Kok Pon pun merasa bersyukur karena sang suami begitu bahagia. Ia menerima ajakannya walaupun dengan sedikit kebohongan.

"Saya ingin pikiran dia menjadi terbuka dengan mendengar banyak sharing," tutur Hayati.

Selama ini Kok Pon memang sudah sangat banyak berubah. Emosinya sudah sangat berbeda jauh. Dulu sebentar-sebentar marah. Apalagi kondisi perekonomian mereka dulu tidak sebagus sekarang. Menggarap berkah di Tzu Chi ternyata juga mengubah perekonomian mereka. "Sekarang usaha terasa lancar, tidak banyak risau," kata Hayati.


Dolivien dan sang suami Tjendra yang juga dilantik menjadi relawan Calon Komite merasa makin mantap berada di Tzu Chi. 

Sharing dalam kamp juga mengubah pemikiran Hayati. Walaupun baru memegang tanggung jawab sebagai Ketua Xie Li selama satu tahun, ia sudah ingin sekali melepasnya.

"Banyak dari sana sini yang begini begitu. Ini diomong, itu diomong," katanya. Tapi setelah mendengar sharing dari Hui Na (Medan) dan Megawati (Batam) tentang 4in1, ia seperti mendapatkan jawaban. "Sharing tadi itu seperti menasehati saya. Sekarang saya sudah kokoh, tidak mau lagi lepas tanggung jawab," lanjutnya.

Tahu Rasa Bersyukur

Adapula Dolivien dan Tjendra Dermawan yang juga dilantik menjadi relawan cakom. Pasangan suami istri ini aktif di Misi Amal di Tzu Chi Medan. Sebelum menjadi relawan misi amal, Dolivien lebih dulu bergabung di tim Zhong Gu (genta dan genderang), kemudian ia mengajak sang suami untuk bersama-sama bergabung di tim genderang.

Menjadi relawan Misi Amal, mereka melakukan kegiatan survei kasus, kunjungan kasih, dan kegiatan amal lainnya. Misalnya melakukan survei kasus, dalam satu hari saja Dolivien dan Tjendra bersama relawan lainnya mengunjungi 13 lokasi calon gan en hu yang membutuhkan waktu seharian penuh bahkan hingga malam. Meski begitu mereka sangat bahagia melakukannya.


Talkshow tentang 4 in 1 bersama Desnita Shijie dan Megawati Shijie telah mengubah pikiran Hayati dan makin kokoh mengemban tanggung jawab sebagai Ketua Xie Li di Pekanbaru.

“Kami berdua sangat senang dan terharu karena bisa terjun langsung dan melihat penderitaan para gan en hu,” ucap Dolivien. “Sehingga kami tahu rasa bersyukur,” timpal sang suami Tjendra. “Sekarang setiap hari saya selalu bersyukur dan tidak banyak permintaan,” tukasnya.

Tidak hanya merasa bersyukur karena bisa bersumbangsih di Misi Amal saja namun juga bahagia karena ketiga anaknya turut bergabung dalam tim genderang dan kelas budi pekerti. “Bahkan sekarang sudah bervegetaris,” ungkap Dolivien bahagia.

Dua hari mengikuti kamp dan dilantik menjadi relawan cakom membuat mereka makin mantap berjalan di jalan Tzu Chi. “Melakukan kebajikan adalah berkah. Jadi kami mau mengikuti jalannya Master,” ucap Dolivien. “Saya mau gan en sama Master karena telah membuka jalan ini sehingga kami tinggal mengikutinya,” lanjut sang suami.


Dipenghujung kegiatan kamp, seluruh relawan bersama-sama mengucapkan janji bakti mereka.

Kok Pon, Dolivien, dan Tjendra adalah tiga di antara 174 relawan yang dilantik menjadi Calon Komite sore itu usai mengikuti berbagai sesi dalam Kamp Pelatihan Relawan Komite dan Calon Komite, Minggu 17 Maret 2019 di Jiang Jing Tang, Tzu Chi Center, PIK. Satu per satu maju ke atas panggung untuk disematkan nametag dari Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei dan Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma.

Ketua Yayasan BuddhaTzu Chi Indonesia, Liu Su Mei berpesan kepada para relawan yang mengikuti kamp maupun relawan yang dilantik menjadi calon komite, “Semoga kita semua bisa mempunyai ‘Kesepahaman, Kesepakatan, Kebersamaan dalam tindakan’ dan selanjutnya dapat mengembangkan ‘Keyakinan, Tekad, dan Praktik Nyata’.”


Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Kamp Komite dan Cakom 2019: Menjadi Lebih Terbuka

Kamp Komite dan Cakom 2019: Menjadi Lebih Terbuka

20 Maret 2019

Sebanyak 174 relawan dilantik menjadi relawan Calon Komite usai mengikuti berbagai sesi dalam Kamp Pelatihan Relawan Komite dan Calon Komite, Minggu 17 Maret 2019. Satu per satu maju ke atas panggung untuk disematkan nametag dari Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei dan Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -