Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Dari Langkah Pradaksina Hingga Melangkah Bersama

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Hanifa Nur (He Qi Barat 2), Fotografer : Arimami S.A, Feranika, (He Qi PIK) Wanda (He Qi Tangerang)
Memulai hari dengan pradaksina, para relawan merasa lebih tenang dan fokus.

Setiap langkah yang terayun bukan sekadar gerakan fisik. Setiap suara yang terucap bukan lafal semata. Di hari kedua kamp pelatihan relawan yang digelar di Aula Jing Si Indonesia, 22- 23 Februari 2025, para relawan memulai hari dengan Pradiksina. Bak meditasi berjalan, mereka mengayun langkah, menghayati momen tiap detiknya, memusatkan perhatian pada ketenangan yang hendak diraih.

Hendry Zou membuka materi tentang Sutra Makna Tanpa Batas yang merupakan salah satu kitab ajaran Buddha yang jadi acuan pelatihan diri relawan Tzu Chi. Sutra Makna Tanpa Batas bicara tentang praktik Bodhisatwa, praktik memberi manfaat pada diri sendiri dan makhluk lainnya. Lewat pengembangan praktik enam paramita yakni kemurahan hati, Sila, kesabaran, semangat, konsentrasi dan kebijaksanaan. Dari praktik-praktik itu seseorang menjalin jodoh baik dengan semua makhluk hingga memiliki kualitas luhur.

Hendry Zou memaparkan tentang Sutra Makna Tanpa Batas.

“Di Sutra Makna Tanpa Batas ada dua hal, hakikat dan corak atau nature dan appearance. Kita selalu sibuk di tampilan, misal tampilannya sedang bekerja Tzu Chi, tapi sebenarnya kita harus periksa motivasi kita, benar tidak kita kerja Tzu Chi untuk menerima Dharma. Kalau kita berkegiatan hanya, misal karena suka kegiatan itu atau karena ada waktu, maka sebatas itu. Tapi kalau kita bisa ambil pelajaran di dalamnya, ini adalah satu keuntungan atau manfaat yang lebih buat kita. Ini yang disebut pelatihan diri,” jelas Hendry.

Hendry pun mengajak para relawan untuk terus meningkatkan kualitas diri. Semua makhluk punya potensi KeBudhaan, maka itu semua makhluk punya potensi kebajikan.

Titik Balik Menemukan Arah Kehidupan
Materi lainnya datang dari Lin Xiao Shi, relawan Tzu Chi Malaysia, yang kehidupannya di masa lalu dan saat ini bertolak belakang. Di era 80-an ia sukses menjalankan bisnis game-center, lalu pada 1990-an ia membuka bisnis hiburan berupa tempat karaoke yang termasuk salah satu terbesar di Malaysia. Kesehariannya dipenuhi dengan kehidupan gemerlap dan pesta-pora.



Perjalanan hidup juga prinsip hidup Lin Xiao Shi sangat inspiratif.

Titik terang menghampiri Lin Xiao Shi pada 2004, ketika ia bertemu Ci Lu, Ketua He Qi Malaysia yang meminta izin menggunakan tempat milik Lin untuk sebuah acara. Tak hanya itu, Ci Lu kemudian mengundangnya ke Hualien, Taiwan dan menginap di Griya Jing Si. Lin berkesempatan mendengar ceramah Master Cheng Yen langsung. Di momen itulah ia menyadari bahwa bisnis yang dijalankannya selama ini tak baik dan dapat menjerumuskan orang lain ke arah yang buruk.

“Saya sangat bersyukur dapat mengenal Tzu Chi. Dengan menjalankan kebaikan di Tzu Chi dan membantu sesama saya telah menemukan arah kehidupan saya dan merasakan kebahagiaan,” tutur Lin.

Lin mengungkapkan, di zaman modern saat ini di mana media sosial merajalela dan mudah diakses, sangat penting bagi tiap keluarga menanamkan kesadaran generasi penerus mengenai nilai kebenaran. Semua hal dapat dilihat di media sosial, namun bila seseorang dapat membedakan kebajikan dan keburukan, orang tersebut tentu dapat menemukan kesadaran dalam dirinya untuk melakukan kebaikan.

Jejak langkah Welas Asih
Penampilan isyarat tangan berjudul cí bi de bù fá yang berarti jejak langkah welas asih turut memberikan warna yang indah pada pelatihan relawan kali ini. Di atas panggung, 55 relawan senior yang konsisten melatih diri di Tzu Chi selama 20 tahun lebih, menampilkan isyarat tangan tersebut. Begini lirik lagu cí bi de bù fá;

Mulai dari tidak tahu hingga tumbuh matang,
adalah Tzu Chi yang membuatku melihat hakikat kehidupan.
Makna kehidupan tidaklah sulit untuk ditelusuri.
Kembangkanlah potensi kebajikan dalam hidup ini.

Ikutilah langkah Master dengan mantap, dengan langkah yang mantap.
Berjalanlah ke sudut gelap yang penuh orang-orang yang miskin, sakit, kesepian, dan menderita.
Rangkullah semua makhluk dan tebarkanlah kelembutan.

Mulai dari sedih menitikkan air mata hingga hati gembira,
adalah Tzu Chi yang membuat dunia dipenuhi keharmonisan.
Ulurkanlah sepasang tangan untuk meredakan kesakitan
sehingga wajah bahagia terpancar ke angkasa.

Ikutilah langkah Master dengan mantap, dengan langkah yang mantap.
Semoga masyarakat harmonis dan bebas dari kerisauan,
serta hati manusia tersucikan dan dunia bersatu.
Dunia bersatu.

Para relawan bersama-sama menampilkan isyarat tangan cí bi de bù fá.

Lim Ai Ru, penanggung jawab dari penampilan isyarat tangan cí bi de bù fá ini, jelang Pemberkahan Awal Tahun 2025 lalu mendapat permintaan untuk membuatkan lagu isyarat tangan bagi relawan senior yang kebanyakan berusia 70 tahun ke atas. Mereka belum tentu tahun depan masih bisa menampilkan isyarat tangan di atas panggung. Betul juga, pikir Ai Ru. Ia lalu mencari lagu yang pas, yang tak terlalu panjang, sehingga tak membuat para relawan senior susah menghafalnya.

"Setelah cari-cari, saya dengar ini lagu cocok banget sama relawan Tzu Chi, yang ikut jejak langkah Master Cheng Yen. Jadi saya pilih lagu ini. Saya ngomong ke Wen Yu Shijie boleh tidak lagu ini? Ini kan acara He Xin, jadi harus tanya. Dia bilang, bagus banget,” terang Lim Ai Ru.

Definisi cocok misalnya terlihat pada diri Ai Ru. Sebelum menjadi relawan, Ai Ru adalah seorang ibu rumah tangga yang tak berkecimpung dalam kegiatan kemanusiaan apapun. Setelah menjadi relawan, ia pun jadi tahu bahwa di luar sana masih banyak orang-orang kesusahan yang membutuhkan uluran tangan.  

Airu lalu membuat gerakan isyarat tangan. Dibuatnya simple karena kalau rumit pasti para relawan senior susah mengingat. Ia lalu merekam gerakannya dan membagikan pada koordinator isyarat tangan di tujuh komunitas He Qi di Jabodetabek agar diajarkan pada relawan yang akan tampil. Di kesempatan berikutnya, sebanyak 55 relawan berkumpul untuk berlatih.

Lim Ai Ru (tengah depan), sosok di balik suksesnya penampilan lagu isyarat tangan cí b?i de bù fá.

Di kamp pelatihan, para peserta di sela-sela jam makan siang dan break, diajak untuk berlatih isyarat tangan ini, tepatnya untuk part 2 dari lagu. Tiga kali berlatih saja, para peserta dan para relawan senior yang tampil di atas panggung berhasil menampilkan lagu isyarat tangan dengan sangat indah.

“Itulah di penutupnya, Master Cheng Yen bilang melangkah lah dengan mantap. Usia saya sendiri hampir 70 tahun dan sudah 21 tahun di Tzu Chi dari awal seorang ibu rumah tangga. Makanya Master Cheng Yen bilang asalkan ada niat, apapun bisa,” tegas Lim Ai Ru.

Bertekad Menggalang Banyak Relawan Muda
Mengarukan bukan? Seperti rasa haru yang dirasakan Paulina (24) bersama kakaknya Listania (26) yang hari itu dilantik menjadi relawan berseragam Abu Putih Logo. Kakak beradik ini telah berada di Tzu Chi sejak duduk di bangku SMP. Bemula dari Listania yang mengantar seorang teman berlatih isyarat tangan di Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.

“Setelah lihat mereka latihan isyarat tangan, ada penggalan liriknya yang bikin saya terkagum, kayak sebuah kapal yang ada nahkodanya untuk menyelamatkan orang yang sedang kesusahan,” kata Listania. Top of FormBottom of Form

Isyarat tangan itu diperagakan oleh murid-murid kelas budi pekerti yang masih kecil tapi sangat bersungguh-sungguh. Bahkan ada tiga murid yang rela rambutnya dibotaki hingga bervegetarian selama berlatih untuk menghayati perannya dan menampilkan pesan isyarat tangan kepada para penonton. Listania terpukau dengan apa yang dilihatnya dan membayangkan akan sangat menyenangkan jika ia dapat menjadi bagian dari Tzu Chi. Kegiatan pertama yang Listania ikuti adalah membagikan masker pada masyarakat pasca pascakebakaran hutan di Kepulauan Riau, waktu itu tahun 2015.

Adapun Paulina, sang adik jadi sering mengantar jemput Listania ke Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Biasanya, Paulina hanya menunggu di luar saja, namun kali itu relawan memintanya menunggu di dalam.

“Ya sudah saya masuk dan disambut ramah oleh para relawan. Jadi saya pikir wah Tzu Chi luar biasa ya tata kramanya, kayaknya bagus nih. Jadinya pelan-pelan ikut juga. kalau misalnya ada kesempatan, tidak sibuk antar papa, atau tidak bentrok dengan antar papa pulang ke pelabuhan itu saya ikut kegiatan Tzu Chi,” kata Paulina.

Listania dan Paulina bahagia telah dilantik menjadi relawan berseragam Abu Putih Logo.

Mengikuti sosialisi dan training, kakak beradik ini kemudian mengikuti kelas budi pekerti Tzu Chi. Suasana kekeluargaan yang kental di Tzu Chi membuat keduanya seolah memiliki keluarga baru dan rumah kedua. Yang lebih utama lagi adalah ajaran Master Cheng Yen. Waktu terus berlalu, keduanya masih setia untuk tumbuh dan berkembang bersama Tzu Chi.

Mengenakan seragam Abu Putih Logo untuk pertama kalinya pada Minggu pagi 23 Februari 2025, membuat Paulina dan Listania senyum-senyum sendiri. Mereka diliputi sukacita karena sudah sampai di jenjang ini.

“Ini sebuah berkah yang harus saya hargai, harus saya genggam karena saya benar-benar ingin menjadi murid Master Cheng Yen, jadi kami kan harus melewati ini,” kata Paulina. Baik Paulina dan Listania sudah sangat siap mengemban berbagai tanggung jawab.

“Kalau di Tanjung Balai Karimun itu kami sudah dilatih mengemban tanggung jawab, kami pernah diminta tolong menjadi PIC kegiatan, Paulina bahkan pernah menjadi PIC Pemberkahan akhir Tahun, pun juga dengan saya di tahun sebelumnya. Trus relawan senior itu mendukung sekali. Kalau kita enggak mengerti, mereka sangat membantu dan membimbing, takut ada takut tapi tetap dilewati karena bimbingan dari banyak orang dan juga kerja sama antarrelawan,” tambah Listania.

Dengan dilantik menjadi relawan Abu Putih Logo, kakak adik ini bertekad untuk mewariskan ajaran Tzu Chi dari generasi ke generasi. Apalagi keduanya sudah menjalani dan tahu betul bahwa Tzu Chi dan ajaran Master Cheng Yen sangatlah bagus, jadi kenapa tidak keduanya untuk menggalang banyak relawan muda.

Editor: Arimami Suryo A

Artikel Terkait

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Menyulam Kebaikan, Menemukan Cahaya

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Menyulam Kebaikan, Menemukan Cahaya

25 Februari 2025

Setiap jejak kehidupan mengajarkan pelajaran berharga, dan bagi Luo Ming Xian, relawan Tzu Chi dari Taiwan, perjalanan hidupnya memiliki makna sejati setelah mengenal Tzu Chi.

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Sebuah Perjalanan Penuh Makna di Jalan Bodhisatwa

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Sebuah Perjalanan Penuh Makna di Jalan Bodhisatwa

24 Februari 2025

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025 menjadi momen berharga bagi 682 relawan dari berbagai daerah untuk memperkuat kembali komitmen mereka dalam visi misi Tzu Chi. 

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Dari Langkah Pradaksina Hingga Melangkah Bersama

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Dari Langkah Pradaksina Hingga Melangkah Bersama

25 Februari 2025

Banyak kisah inspiratif yang dibagikan. Seperti Lin Xiao Shi yang meninggalkan kehidupan gemerlap untuk arah hidup yang benar. 

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -