Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Menyulam Kebaikan, Menemukan Cahaya

Jurnalis : Triana putri (He Qi Pluit), Indrawati (He Qi Pusat) , Fotografer : Arimami S.A, Henry Tando (He Qi Muara Karang), Mery Hasan (He Qi Barat 2)

Luo Ming Xian menceritakan pengalamannya menjalani tugas-tugas di Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi.

Dalam setiap jejak kehidupan yang dilewati, terdapat pelajaran berharga yang tak ternilai. Bagi Luo Ming Xian, relawan Tzu Chi dari Taiwan, perjalanan hidupnya penuh dengan makna yang baru ditemukan setelah ia menyadari tujuan sejatinya. Hidupnya kini terasa lebih berarti, tidak lagi sia-sia, karena ia telah menemukan panggilan hatinya, menjadi relawan Tzu Chi.

Di tahun 1992 ia menjadi seorang relawan Tim tanggap darurat dengan membawa tekad menjadi mata, tangan dan kaki Master Cheng Yen dalam membantu sesama.  

“Ketika saya menjalankan kegiatan di Mongolia yang dinginnya di –30 derajat ada kejadian yang menyentuh hati saya. Banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya dan memakai jaket dengan bergantian. Ada seorang ibu dan anak-anaknya yang kedinginan di pojok pabrik. Sang ibu berusaha memberi kehangatan kepada anak-anaknya dengan cara yang beliau bisa. Di situlah saya berpikir bahwa ibu akan memberikan segala cara untuk anaknya,” ungkapnya.

Dengan melihat penderitaan barulah kita akan menghargai berkah yang kita punya. Kejadian di Mongolia sungguh menyadarkan Luo ming Xian untuk dapat berbuat banyak dengan membantu yang membutuhkan. Dirinya telah mengunjungi berbagai negara yang tertimpa bencana.

Tekad yang dimilikinya pun membuatnya selalu bersedia apabila ditunjuk untuk mengunjungi suatu negara. Walaupun keadaan dan sistem di negara itu sangat rumit, dirinya tetap memegang teguh prinsip Tzu Chi yaitu mengadakan survey dan menyerahkan bantuan secara langsung.

“Keadaan di sana, membuat kita merasa kasihan. Karena anak-anak yang kekurangan gizi di sana maka kita programkan bantuan beras. Namun pemerintah di sana tidak memberikan izin kepada relawan untuk turun terlalu banyak relawan sehingga akhirnya kami menyerahkan bantuan kepada kepala desa yang mewakili masyarakat.” Tambahnya.

Ketika Taiwan dilanda gempa besar, dan telah menjanjikan bantuan ke suatu negara tetap bantuan tersebut akan disalurkan. Melihat penderitaan baru menyadari berkah, keadaan sakit di tubuhnya pun tidak dirasakan olehnya. Hal ini menyadarkan dirinya bahwa waktu tidak cukup lagi jadi setiap saat harus berbuat baik dengan melakukan kegiatan Tzu Chi. Bukan Tzu Chi yang membutuhkan kita, namun kitalah yang membutuhkan Tzu Chi.

Tekad yang Menguatkan
Pengalaman dalam tim tanggap darurat yang dibagikan Luo Ming Xian sungguh menguatkan tekad dalam diri Liwan, relawan Tzu Chi Jakarta yang juga terjun menjadi tim tanggap darurat. “Mendengar pengalaman tadi sungguh membuat saya menguatkan tekad untuk selalu bersedia apabila ada panggilan untuk tanggap darurat,” ungkap Liwan “Sesuai dengan ajaran dari Master Cheng Yen di mana ada tekad di situ ada kekuatan.”

Liwan sx berikrar dan mempunyai tekad yang kuat untuk selalu membantu misi Tzu Chi di tanggap darurat.

“Di bulan Januari 2025 kami juga ada survey ke pulau Lancang dan Pari, ombak yang besar membuat hati kami para relawan sangat khawatir. Tetapi kita harus tetap tenang dan selalu berdoa sehingga ketika kita tiba di pulau keadaan ombak sudah mereda.” Katanya.

Dalam menjalankan Misi Tzu Chi kita harus mempunyai tekad yang kuat sehingga kita mendapat dukungan dari alam semesta yang turut mendoakan kita dan misi kita dapat berjalan dengan baik.

Kisah dan tekad yang dipegang Luo Ming Xian, juga relawan yang menjadi pemateri memang benar-benar memberikan insight bagi para peserta Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025. Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei sangat bersyukur atas kerja sama para relawan yang saling mendukung, sehingga pelatihan dua hari tersebut berjalan dengan sukses.

Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei menyampaikan pesan cinta kasihnya.

“Kami juga sangat berterima kasih kepada Master Cheng Yen yang telah mengizinkan Profesor Zeng Guofan, Luo Ming Xian Shixiong, dan Lin Xiao Shi datang ke Indonesia untuk membawa materi. Kamp selama dua hari ini sangat luar biasa, termasuk sharing relawan dari Indonesia yang telah melakukan semuanya secara langsung dan merasakan sendiri pengalaman tersebut,” katanya.

Tzu Chi, tambah Liu Su Mei adalah satu keluarga besar. Yang terpenting adalah setiap anggotanya memiliki cinta kasih dan selalu berbuat hal yang penuh kebajikan, kebenaran, dan keindahan. “Oleh karena itu, kekuatan keluarga besar Tzu Chi sangatlah besar. Kita bisa melihat kehangatan dan rasa syukur yang mendalam,” tambahnya.

Harmoni Langkah Relawan
Tak hanya para pemateri, beberapa peserta kamp juga memiliki kisah yang inspiratif. Mereka diajak naik ke panggung untuk berbagi cerita. Salah satunya Dokter Suriyanto, Direktur Medis Tzu Chi Hospital yang menjadi relawan Tzu Chi pada 1 Desember 2020. Waktu itu dia berpikir, bahwa ia terlambat masuk Tzu Chi, namun ada Kata Perenungan Master yang dia baca, “Setiap saat adalah awal yang baik, jangan takut terlambat, yang penting adalah memulai dengan tekad yang kuat”. Dari situ, Dokter Suriyanto terus gigih menyebarkan cinta kasih baik melalui tugasnya di Tzu Chi Hospital maupun sebagai relawan Tzu Chi.

Dokter Surianto bersyukur dapat mengenal Tzu Chi dan kemudian menjadi jalan hidupnya mengabdi untuk kegiatan kemanusiaan.

Keluarga Mulyadi Salim berbagi kisah inspirasi terutama perubahan dalam diri setelah mengenal Tzu Chi.

Kisah lainnya datang dari Mulyadi Salim Ketua He Qi Pekanbaru. Kennardy sang anak mengaku bahwa dahulu ia adalah anak bandel, sering melawan, namun suatu ketika ia melihat perubahan ayahnya setelah bergabung di Tzu Chi. Ketika pandemi Covid-19, ayahnya turut membagikan alat medis, turut berpartisipasi dalam program vaksinasi, juga mengikuti pembagian sembako. Ia dan adik lelakinya pun turut berkegiatan di Tzu Chi dan di sana ia melihat perubahan sang ayah menjadi lebih sabar.

“Saya berpikir dan tersadarkan, kalau ayah saya bisa berubah, kenapa saya tidak berubah?” Dan mereka sekeluarga pun sudah berikrar untuk vegetarian, sejak akhir tahun 2020 hingga sekarang (2025).

“Waktu kecil, saya kira papa itu jahat, kok bisa berubah? Sejak aktif di Tzu Chi, papa bukan hanya baik sama keluarga, tapi baik ke semua orang,” imbuh sang adik.

Sang ayah, Mulyadi Salim, sekarang mengemban tanggung jawab sebagai Ketua He Qi Pekanbaru, ia sadar hidup ini tidak kekal. “Dharma Master Cheng Yen yang saya dengar, ada tekad maka ada kekuatan, saya tak dapat merubah orang lain, namun saya bisa merubah diri saya,” Mulyadi menegaskan.

Martupa Lubis dari Tzu Chi Cabang Sinar Mas Group bertekad makin giat menyebarkan cinta kasih.

Lalu ada Martupa Lubis dari Tzu Chi Cabang Sinar Mas Group bersyukur telah mengenal Tzu Chi. Ia pun bisa turut menyebarkan dan berbagi kasih kepada kepada masyarakat di Kalimantan Barat. Tzu Chi sudah melakukan banyak kegiatan di sana seperti operasi katarak, bantuan pendidikan dan kesehatan.

Ketika Kalimantan Barat mengalami banjir dahsyat, selaku relawan Tzu Chi, ia terpanggil untuk bergegas membantu. “Dan saya selalu bertekad untuk mengantarkan langsung bantuan ke penerima,”Martupa menjelaskan. Sesampainya di lokasi, rumah penduduk sudah tergenang, ini semakin memacu semangat relawan untuk memberi bantuan. Penduduk di sana telah terkurung banjir selama dua pekan, mereka tidak dapat bekerja, karena lahan tani dan ladang terendam banjir. Mereka amat bersyukur mendapat bantuan dari Tzu Chi dan sangat berterima kasih.

Martupa berjanji akan terus giat di Tzu Chi dan mau terus belajar. Ia sudah belajar bervegetarian dan menjalankan 10 Sila, terutama sila ke-5, tidak meminum alkohol.

Cynthia Putri, semakin membaktikan diri untuk menolong orang yang kesusahan sejak bergabung di TIMA Indonesia.

Sementara itu berawal dari menonton DAAI TV, Cynthia Putri, yang merupakan seorang dokter, tertarik akan Drama Kisah Nyata dari DAAI TV, yang mana seseorang yang temperamental, pemarah, pemabuk, penjudi, bisa berubah menjadi sosok yang baik dan di jalan yang benar, bila dihujani perhatian dan kasih sayang yang berkelanjutan.

“Saya melihat Master Cheng Yen penuh kasih sayang universal, sangat luar biasa, tanpa memandang suku, agama, ras atau golongan, dapat mencabut penderitaan,” tuturnya.

Pada tahun 2019, Cynthia pun bergabung di TIMA, organisasi tim medis Tzu Chi. Suatu kali saat mengikuti baksos kesehatan di daerah Belawan, Sumatra Utara terdapat seorang pasien yang sudah terbaring di ranjang selama tiga bulan. Sang pasien tak bisa datang ke lokasi baksos karena kondisi laut pasang di daerah tersebut tidak dapat dilalui kendaraan. Cynthia mengunjungi pasien, sebagai dokter rehab, ia meminta pasien menggerakkan tangan dan kakinya, lalu memandu pasien memiringkan badan, duduk dan bahkan bisa berdiri. Setelah mengajarkan beberapa latihan, kelak akan diatur agar pasien dibawa ke rumah sakit.

Editor: Arimami Suryo. A

Artikel Terkait

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Dari Langkah Pradaksina Hingga Melangkah Bersama

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Dari Langkah Pradaksina Hingga Melangkah Bersama

25 Februari 2025

Banyak kisah inspiratif yang dibagikan. Seperti Lin Xiao Shi yang meninggalkan kehidupan gemerlap untuk arah hidup yang benar. 

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Sebuah Perjalanan Penuh Makna di Jalan Bodhisatwa

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Sebuah Perjalanan Penuh Makna di Jalan Bodhisatwa

24 Februari 2025

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025 menjadi momen berharga bagi 682 relawan dari berbagai daerah untuk memperkuat kembali komitmen mereka dalam visi misi Tzu Chi. 

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Menyulam Kebaikan, Menemukan Cahaya

Kamp Pelatihan dan Pelantikan APL dan Komite 2025: Menyulam Kebaikan, Menemukan Cahaya

25 Februari 2025

Setiap jejak kehidupan mengajarkan pelajaran berharga, dan bagi Luo Ming Xian, relawan Tzu Chi dari Taiwan, perjalanan hidupnya memiliki makna sejati setelah mengenal Tzu Chi.

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -