Kamp Pelatihan Komite 2024: Mewariskan Semangat, Melanjutkan Jejak Cinta Kasih

Jurnalis : Metta Wulandari, Metta Sari Wangsadidjaya (He Qi Tangerang), Fotografer : Anand Yahya, Frans Sudandy (He Qi Barat 1), Surono (Tzu Chi Cabang Sinar Mas)

Wajah bahagia para relawan yang berjumlah 205 orang usai dilantik menjadi relawan Abu Putih Logo. Ini adalah awal baru perjalanan kerelawan mereka.

Sebanyak 205 relawan Tzu Chi dilantik menjadi relawan abu putih logo (calon Komite) pada momen Pelatihan Relawan Komite dan Abu Putih Logo di Tzu Chi Center, PIK, pada 10 Maret 2024. Keyakinan mereka akan jalan cinta kasih Tzu Chi tertanam dengan dalam, tekad mereka membawa hati mereka teguh demi menjalankan visi misi Tzu Chi, sesuai dengan tema pelatihan kali ini: Faith, Vows, Action yang berarti keyakinan, ikrar, dan praktik.

Seorang peserta yang dilantik bahkan merasakan sukacita yang teramat dalam hingga ketika Liu Su Mei menyematkan nametag di baju relawannya, ia menangis tak tertahankan. Ia adalah Jessica Salim, putri dari Alex Salim dan Ng Sui Tju (relawan Tzu Chi Komunitas He Qi PIK).

“Hari ini saya menangis karena mengingat bahwa orang pertama yang paling senang dengan apa yang saya jalani ini adalah orang tua saya, mama dan papa,” ucap Jessica sungguh terharu dan tak menyangka ia bisa menjalankan harapan orang tuanya untuk bersama-sama berjalan di Tzu Chi.

“Mungkin kali ini orang tua saya nggak bisa hadir, tapi mereka betul-betul sangat menantikan saya bisa dilantik. Salah satu hal yang membuat saya akhirnya konsen ikut jenjang kerelawanan adalah ingin mama papa bahagia dan bangga. Jadi ketika jalan ke depan untuk dilantik, rasa haru itu muncul, ingat memori tentang mama papa yang selalu semangatin saya buat ikut Tzu Chi. Saya berikrar dan berdoa, semoga papa mama diberikan kesehatan sehingga bisa terus membantu sesama, saya pun demikian ingin terus berkegiatan Tzu Chi sampai akhir hayat nanti,” lanjut Jessica dengan mata masih berkaca-kaca.

Jessica Salim, putri dari Alex Salim dan Ng Sui Tju (relawan Tzu Chi Komunitas He Qi PIK) menangis haru kala Liu Su Mei menyematkan nametag relawan untuknya. Ia mengingat kedua orang tuanya yang selama ini terus memotivasinya berbuat kebajikan melalui Tzu Chi.

Jessica terinspirasi bergabung ke Tzu Chi karena orang tuanya beberapa tahun silam. Sebetulnya dulu ia sama sekali tidak berpikir untuk ikut serta ke Tzu Chi karena usianya masih sangat muda, ia masih fokus mengembangkan bisnis, usaha, dan mengejar karier. Ketika ayahnya sakit, barulah ia paham tentang ketidakkekalan.

“Seiring saya berkegiatan Tzu Chi, saya juga melihat, ketidakkekalan itu sungguh dekat dengan kita, muda maupun tua, tak bisa menghindari. Makanya saya sadar bahwa, kita tuh nggak bisa berpikir bahwa kita masih muda, waktu masih panjang, sehingga kita bisa menunda-nunda untuk berbuat kebajikan. Sebaliknya, selama masih muda, kita justru masih punya banyak kekuatan, banyak keterampilan, sehingga kita bisa bersumbangsih dan bernilai buat orang lain,” tutur Jessica teguh dengan ikrar terus berjalan di Jalan Tzu Chi hingga akhir hayatnya.

Willey Eliot, relawan Tzu Chi Cabang Medan sumringah ketika mendapatkan nametag relawan Abu Putih Logo barunya. Ini merupakan momen yang sangat ia tunggu setelah satu tahun lalu ia sempat gagal dilantik karena ada satu halangan.

Selain Jessica Salim, relawan lain yang bergabung ke Tzu Chi karena terinspirasi dari orang tua adalah Willey Eliot, relawan Tzu Chi Cabang Medan. Ia masuk Tzu Chi karena mitra bajiknya yang tidak lain adalah sang mama, Bao Bing. Saat itu tahun 2004, Willey masih menjadi mahasiswa kedokteran yang tengah menjalani koas dan ikut dalam kegiatan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi.

“Kemudian setelah saya tamat kedokteran, saya menikah dan saya pulang kampung ke Medan. Jadi perjalanan batin saya vakum selama 15 tahun,” ungkap dr. Willey menahan senyumnya.

Ternyata semangat dan kesan mendalam yang ia rasakan ketika berkegiatan Tzu Chi, serta berbagai kisah inspiratif yang telah dijalani sang ibu membuatnya ingin bergabung kembali.  Di tahun 2019, Dokter Willey, memutuskan bergabung kembali ke Tzu Chi melalui pintu Tzu Chi International Medical Association (TIMA) di Medan.

Willey Eliot bersama sang mitra bajik yang tidak lain adalah mamanya sendiri, Bao Bing, relawan senior Tzu Chi Indonesia. Mamanya menjadi salah satu orang yang menginspirasinya untuk semakin banyak berbuat kebajikan.

“Saya sudah yakin berjalan bersama Tzu Chi, kemudian saya juga berikrar untuk menjadi relawan komunitas juga. Jadi di tahun 2019 saya juga menjadi relawan komunitas dan kemudian saya praktikkan hingga sekarang,” katanya bangga. Dokter Willey pun tak sendiri, karena sang suami juga akhirnya ikut bergabung menjadi relawan Tzu Chi.

Sempat menghadapi beberapa kendala, akhirnya di tahun 2024 ini ia bisa dilantik menjadi relawan abu putih logo bersama suaminya. Baginya ini adalah jodoh yang luar biasa karena sebelumnya ia gagal dilantik karena satu dan lain hal.

“Terus terang saya sangat sedih, kecewa karena nggak jadi dilantik di tahun lalu padahal saya berjanji dengan beberapa anggota TIMA untuk dilantik sama-sama. Namun di balik kejadian selalu ada hikmah, jadi tahun 2024 ini saya dilantik bersama dengan Shixiong (suami) saya. Gan en Shixiong.. setelah ini, kami masih bersama-sama, belum berhenti perjalanan batin kami. Kami berikrar akan bersama menjadi murid Master Cheng Yen yang sesungguhnya yaitu menjadi relawan komite di tahun depan,” ungkap dr. Willey dengan suara bergetar dan penuh semangat.

Memahami Faith, Vows, Action
Seperti kisah Jessica Salim dan dr. Willey Eliot, setiap relawan yang bergabung ke Tzu Chi mempunyai jalinan jodoh masing-masing yang berbeda. Mereka kemudian membawa tekad dan ikrar menjadi satu, kemudian mempraktikkanya sejalan dengan visi misi Tzu Chi. Berawal dari keyakinan, timbul lah ikrar, dilanjutkan dengan praktik nyata, itulah Dunia Tzu Chi.
Dalam pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari ini, De Chen Shifu melalui sebuah video, berkesempatan memberikan pendalaman Dharma tentang keyakinan, ikrar, dan praktik nyata dalam dunia Tzu Chi agar para relawan semakin teguh dan paham akan tujuannya melangkah di Tzu Chi.

De Chen Shifu menuturkan:
Keyakinan, ikrar, dan praktik, di awal, keyakinan sangatlah penting. Keyakinan adalah sumber sang jalan dan ibu dari segala pahala yang menumbuhkan segala akar kebajikan. Dengan adanya keyakinan, barulah kekuatan akan terwujud. Dengan adanya kekuatan, barulah pelatihan diri dapat tercapai. Jadi, keyakinan adalah fondasi untuk memasuki pintu ajaran Buddha.

Saat mulai menjalankan Tzu Chi pada masa awal, Master juga memegang teguh keyakinan bahwa setiap orang punya cinta kasih dan keyakinan bahwa diri sendiri tanpa pamrih. Oleh karena itu, saat mendirikan Tzu Chi, Master yakin setiap orang memiliki cinta kasih yang dapat dihimpun, barulah setelah melewati perjalanan panjang ini, Tzu Chi tahun ini memasuki tahun ke-58.

Dalam pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari ini, De Chen Shifu melalui sebuah video, berkesempatan memberikan pendalaman Dharma tentang keyakinan, ikrar, dan praktik nyata dalam dunia Tzu Chi.

Ikrar Master ini sangat besar. Saat Kakek Guru Yin Shun menerima Master sebagai murid dan memberikan nasihat "demi ajaran Buddha, demi semua makhluk", Master menerima dan menjalankannya dengan penuh keyakinan. Beliau sendiri juga berkata bahwa ini tak selesai dijalankan dalam satu masa kehidupan, melainkan berlanjut dari kehidupan ke kehidupan.
 
Mengenai keyakinan, ikrar, dan praktik di Jalan Bodhisattva, saya tahu harapan Master terhadap kita semua, yakni berharap setiap orang dapat berhati tulus dan bersungguh-sungguh. Terlebih belakangan ini, sejak tahun lalu hingga awal tahun ini, dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun di seluruh Taiwan, dalam sesi bertekad dan berikrar untuk menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk, semua orang berkata, "Saya bersedia."

Terhadap ungkapan "saya bersedia" ini, kesan saya yang paling mendalam ialah "saya" di sini bukan hanya merujuk pada individu, melainkan gabungan individu yang menjadi "saya universal", yang juga berarti kekuatan kelompok.

"Bersedia" di sini berarti bersedia untuk berikrar besar. Seperti yang Master harapkan, setiap orang hendaknya membangkitkan Empat Ikrar Agung.

"Bersedia" juga berarti harus tulus dan sungguh-sungguh menjalankan apa yang Master ingin kita jalankan dan mengasihi orang yang Master ingin kita kasihi.

Saya rasa, mengenai ucapan "saya bersedia" ini, seperti yang saya katakan di awal, Master tentu berharap kelak, dari ucapan "saya bersedia" ini, ketika kita menginventarisasi aktivitas kita di akhir tahun nanti, kita semua dapat berkata, "Saya sudah mewujudkannya."

Saya juga ingin berbagi kepada semuanya bahwa Master mengabaikan tubuhnya demi Dharma. Sebagai murid Jing Si, kita harus lebih menghormati, memandang penting, dan mencintai Dharma, juga harus menghormati, memandang penting, dan mengasihi Guru. Jadi, saya juga ingin dengan tulus mengajak para Bodhisatwa di Indonesia dan seluruh dunia untuk tekun mendengar Dharma. Kita harus bisa mengikuti pergerakan Master. Dengan begitu, kita baru bisa membalas budi besar Master.

Jadi, ini adalah harapan bagi diri sendiri. Kita hendaknya juga saling menyemangati. Untuk itu, terima kasih banyak atas jalinan jodoh hari ini. Meski hanya dapat membawakan sesi lewat rekaman, saya percaya asalkan sungguh-sungguh dan tulus, semuanya akan tetap dapat mempelajari Dharma yang nyata.

Saya juga berharap setiap orang, setelah mendengarkan sesi ini, dapat membangun keyakinan, ikrar, dan praktik untuk terus mengikuti Master; bekerja sama dengan satu hati dan harmonis di Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan misi menyucikan hati manusia, dan mewujudkan masyarakat yang harmonis. Semoga pandemi segera berlalu dan dunia bebas dari bencana.

Bersama Menjalankan Kebajikan
Dalam pesan cinta kasihnya, Liu Su Mei turut bersukacita menyambut para relawan yang baru saja menapaki jalan baru di Tzu Chi. Ada tiga hal yang ia ingatkan: pertama bahwa Tzu Chi membawa relawan untuk membuka pintu kebajikan, yang mana Tzu Chi adalah organisasi untuk berbuat baik sehingga relawan yang datang bertujuan untuk membantu Tzu Chi.

Liu Su Mei turut bersukacita menyambut para relawan yang baru saja menapaki jalan baru di Tzu Chi. Ada tiga hal yang ia ingatkan, yakni tentang membuka pintu kebajikan, arah tujuan, serta jalan pelatihan diri.

“Sebenarnya kita datang ke Tzu Chi hari ini, kita mendedikasikan pikiran dan tenaga, serta membawa manfaat untuk masyarakat luas. Kita berharap di Tzu Chi kita semua bisa berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain,” kata Liu Su Mei.

Kedua, relawan Tzu Chi harus paham tentang arah dan tujuan, yang mana ‘Saya adalah insan Tzu Chi, saya mencintai Tzu Chi, saya menjalankan Tzu Chi; Saya menyetujui filosofi dan semangat Tzu Chi, Master adalah guru pembimbing jiwa kebijaksanaan saya. Dengan cinta kasih, saya bersumbangsih tanpa pamrih.’

“Jadi dengan dilantik hari ini sebenarnya kita semua sudah menemukan tujuan hidup. Selanjutnya kita harus melanjutkan ke perjalanan yang berikutnya,” lanjut Liu Su Mei.

Ketiga, Tzu Chi merupakan jalan pelatihan diri dimana para relawan diharapkan mampu memegang teguh kewajiban, mendedikasikan hati dan kekuatan untuk masyarakat, menempa diri dengan masalah yang dihadapi, terlebih memliki jalinan jodoh baik dan berkah untuk masuk ke Tzu Chi. Mendengar Dharma, menyebarkan Dharma, juga bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa.

“Kita semua menapaki jalan pelatihan diri Tzu Chi, jadi kita harus mempunyai pemkiran bahwa ‘saya bergabung di Tzu Chi untuk belajar, dengan demikian baru bisa bertahan lama di Tzu Chi. Dalam perjalanan di Tzu Chi, kita semua adalah mitra bajik satu sama lain. Kita harus saling menyemangati dan mendukung,” pesan Liu Su Mei.

Sugianto Kusuma memotivasi relawan untuk terus malakukan kebajikan berlandaskan cinta kasih yang dibarengi dengan keyakinan dan ikrar, sehingga bisa mempraktikkan dan bisa berbuat.

Sugianto Kusuma menambahkan pesan serta motivasi bahwa, ada kalanya dirinya pun tidak percaya diri dalam melakukan sesuatu, namun berlandaskan pada cinta kasih yang dibarengi dengan keyakinan dan ikrar, barulah bisa mempraktikkan dan bisa berbuat.

“Saya sendiri juga kadang tidak percaya diri, tapi hari ini Tzu Chi bisa ada begini. Kalau kita tidak ada kepercayaan, apa mungkin? Kita tidak ada niat, mana bisa ada Tzu Chi hari ini? Inilah saya rasa, dengan tekad ini kita bisa mencari bibit bibit muda yang nantinya bisa terus menjalankan Tzu Chi di Indonesia,” tutur Sugianto Kusuma. “Marilah kita galang kekuatan yang mana kita harus bersama-sama melakukan kebajikan ini. Jadi Shixiong Shijie, tidak usah berkecil hati, apabila kita bersama-sama, apapun saya yakin bisa kita selesaikan,” pungkas Sugianto Kusuma.

Segala sukacita, kebahagiaan, tantangan, dan halangan memang datang silih berganti, namun sejalan dengan pesan Liu Su Mei dan Sugianto Kusuma, semua itu mampu dilewati asalkan ada keyakinan, ikrar, dan praktik, ditambah lagi semuanya harus dikerjakan dengan hati yang tulus dan penuh kesungguhan. Rasa memikirkan guru (Master Cheng Yen), mengasihi guru, dan menghormati guru, membuat keyakinan semakin kuat, ikrar semakin dalam, dan praktik semakin nyata.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Kamp Pelatihan Komite 2024: Bekal dalam Mengarungi Perjalanan Panjang Nan Bermakna

Kamp Pelatihan Komite 2024: Bekal dalam Mengarungi Perjalanan Panjang Nan Bermakna

09 Maret 2024

Pembahasan tentang Sepuluh Pedoman Hati yang disampaikan Hendry Chayadi membuka Pelatihan Relawan Komite dan Abu Putih Logo di Tzu Chi Center, PIK, pada 9-10 Maret 2024.

Kamp Pelatihan Komite 2024: Mewariskan Semangat, Melanjutkan Jejak Cinta Kasih

Kamp Pelatihan Komite 2024: Mewariskan Semangat, Melanjutkan Jejak Cinta Kasih

13 Maret 2024

Sebanyak 205 relawan Tzu Chi dilantik menjadi calon komite (abu putih logo) pada momen Pelatihan Relawan Komite dan Abu Putih Logo di Tzu Chi Center, PIK, pada 10 Maret 2024. 

Kamp Pelatihan Komite 2024: Lima Bodhisatwa, Lima Kisah yang Penuh Makna

Kamp Pelatihan Komite 2024: Lima Bodhisatwa, Lima Kisah yang Penuh Makna

12 Maret 2024

Dengan tema Ketulusan dan Kasih Sayang Diwariskan dari Generasi ke Generasi, talk show yang dipandu Hok Lay mengundang lima relawan yang telah mengemban berbagai tanggung jawab dalam kerelawanan.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -