Kamp Pengusaha: Tergugah untuk Bersumbangsih

Jurnalis : Erli Tan, Hadi Pranoto, Khusnul Khotimah, Teddy Lianto, Fotografer : Arimami Suryo A, Erli Tan, Hadi Pranoto, Yusniaty (He Qi Utara 1)


Di sela-sela kegiatan Kamp Pengusaha Indonesia Malaysia yang digelar selama dua hari, rongdong Tzu Chi Indonesia juga menampilkan lagu Rang Ai Chuan Chu Qu (Biarkanlah Cinta Tersebar Luas).

Kamp Pengusaha Indonesia Malaysia yang bertajuk The Power of the Heart dengan menghadirkan pembicara yang kesemuanya merupakan para pengusaha besar asal Indonesia dan Malaysia menyisakan kesan tersendiri bagi para peserta yang hadir. Kegiatan kamp pengusaha ini pun dilaksanakan selama dua hari, tanggal 13-14 Oktober 2018 di Aula Jing Si Lantai 3 Tzu Chi Center, PIK Jakarta dengan diikuti sebanyak 189 pengusaha asal Malaysia dan 332 pengusaha asal Indonesia.

Sharing para pengusaha tentang bagaimana mereka selain membangun bisnis juga turut bersumbangsih membantu masyarakat setempat bersama Tzu Chi, ternyata mampu memberikan energi positif kepada ratusan peserta yang hadir. Tak sedikit dari para peserta yang menghadiri acara ini pun tergugah untuk turut berbagi.

Salah satunya Djamarwie. Pria yang bekerja sebagai Chief Financial Officer dan memiliki usaha di bidang distributor peralatan kesehatan ini mengaku terkesan dengan acara ini. Ia datang karena mendapat undangan dari keponakannya.

“Saya hadir karena untuk mengetahui lebih jauh tentang Tzu Chi, khususnya dalam membantu masyarakat yang membutuhkan,” kata Djamarwie. Sepanjang mengikuti acara ini, Djamarwie mendapatkan banyak hal, salah satunya adalah bahwa hidup ini tidak selalu mencari uang terus, tetapi ada saatnya harus berbagi juga. “Karena tidak semua manusia beruntung, ada yang susah, sakit, kena musibah, dan di situ kita harus berkontribusi agar kesusahan mereka berkurang,” ungkapnya.


Sebanyak 189 pengusaha asal Malaysia dan 332 pengusaha asal Indonesia bersama-sama menyaksikan video tentang Harmonis & Antara yang Miskin dan Kaya di Aula Jing Si Lantai 3 Tzu Chi Center, PIK Jakarta.


Djamarwie yang datang atas undangan dari keponakannya merasa terkesan dengan kegiatan kamp pengusaha yang diikutinya untuk mengetahui Tzu Chi lebih jauh.

Satu hal lagi, dari mengikuti acara ini, Djamarwie paham bahwa berbuat kebajikan akan lebih baik jika dilakukan secara bersama-sama dan oleh banyak orang. Ia sendiri sebenarnya sudah sering bersumbangsih secara langsung ke masyarakat. “Kalau jalan sendiri mungkin yang bisa merasakan hanya sedikit, tetapi kalau kita kumpulkan bareng-bareng akan lebih terasa dampaknya,” tegasnya, “dan melalui acara ini mungkin untuk mengajak lebih banyak lagi orang untuk bersama-sama berbuat kebajikan, khususnya melalui Tzu Chi.

Sementara itu, Po Soen Kok seorang pengusaha properti dan garmen telah mengenal Tzu Chi sejak tahun 1998. Po Soen Kok yang kala itu tinggal di Semarang, Jawa Tengah turut bersumbangsih membantu proses penyaluran bantuan beras cinta kasih dari Tzu Chi Taiwan. Jalinan jodohnya kembali terajut dalam kamp pengusaha yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini. Ia pun semakin memahami Tzu Chi.

“Tzu Chi itu membimbing dan mendidik kita ke hidup yang bermoral. Orang boleh pintar, kaya, tapi kalau dia tidak bermoral bukannya mensejahterakan masyarakat tapi membuat susah,” ujarnya.

Pengalamannya pernah mengikuti kegiatan pendistribusian bantuan beras dari Tzu Chi pun membuat Po Soen Kok memahami bahwa Tzu Chi tidak memandang sekat perbedaan ketika terjun ke masyarakat. “Di sini semua saudara, tidak ada bos atau bapak, semua rata. Kita hidup dengan cinta kasih untuk semua orang di dunia ini tanpa peduli agama apa, dia posisi apa,” katanya.

Terkesan dengan kamp pengusaha Indonesia yang pernah diikutinya Po Soen Kok mengajak istri, anak, dan menantunya untuk mengikuti kegiatan ini. Dengan begitu ia dan keluarga akan sama-sama merasakan sukacita dalam berbagi. “Dengan adanya kita, bisa memberikan pada sesama, kita lebih happy lebih bahagia daripada yang hanya punya uang banyak. Itu yang saya rasakan,” tutupnya.


Po Soen Kok (ketiga dari kanan) datang bersama istri, anak, dan menantunya untuk mendengarkan sharing dari para pengusaha asal Indonesia dan Malaysia.

Menggenggam Jodoh Baik

Sudarman Lim, seorang pengusaha asal Indonesia yang kini telah bergabung ke dalam barisan relawan Tzu Chi Indonesia sebenarnya tak bisa menghadiri kamp ini karena sakit kepala. Kamis lalu ia diminta ikut penjemputan dan pendampingan peserta dari Malaysia. Meski sakit kepala, ia pun mengiyakannya.

Bukan tanpa alasan, Sudarman merasa terharu atas pelayanan relawan di Hualien Taiwan ketika dirinya mengikuti kegiatan di sana pada tanggal 11 September 2018 lalu. Motivasi itu ia ingat bahwa ia harus membalas dan menggenggam jodoh dengan relawan-relawan lainnya.

“Saya sungguh diberi kesempatan untuk bisa melayani, meskipun mungkin ada kekurangan, saya tak bisa berbahasa Mandarin maupun Hokkien. Tapi saya paksa dengan bahasa Indonesia saya,” kata Sudarman dalam sharingnya.

Sudarman pun lega karena pengusaha Malaysia yang didampinginya mengerti apa yang ia katakan. Ia pun sangat merasa bahagia mendapatkan tugas ini.


Sudarman Lim memberikan sharing di hadapan ratusan peserta. Meskipun sedang sakit kepala namun tetap menggenggam jodoh baik untuk membantu penjemputan dan pendampingan peserta dari Malaysia.


Di akhir kegiatan, relawan dan seluruh peserta bersama-sama mengadakan penggalangan donasi untuk korban gempa dan tsunami di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah.

Chia Wen Yu yang merupakan salah satu pelopor dari kegiatan kamp pengusaha Indonesia dan Malaysia ini merasa tersentuh dengan hadirnya ratusan peserta yang kesemuanya adalah para pengusaha. Relawan Komite Tzu Chi Indonesia yang dalam kamp kali ini menjadi pembawa acara pun mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh relawan yang menjadi panitia yang terus mendukung acara, sehingga hadirin yang mengikuti acara merasa begitu rapi dan ada budaya Tzu Chi di dalamnya.

“Meskipun dalam hati saya tidak berani menjamin semua yang hadir dapat menjadi relawan begitu acara ini usai, karena mengingat perbedaan budaya dan kehidupan. Tetapi saya yakin jika seluruh manusia pada dasarnya adalah baik, sehingga saya berharap jika ada yang datang mengikuti acara ini dan begitu pulang bersedia menjadi relawan Tzu Chi saya sudah sangat bahagia sekali,” ungkap Wen Yu.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Kamp Pengusaha: Bersumbangsih Bersama, Menghimpun Pundi-pundi Berkah

Kamp Pengusaha: Bersumbangsih Bersama, Menghimpun Pundi-pundi Berkah

15 Oktober 2018
Dalam kamp bertema The Power of the Heart ini ada sebanyak 189 pengusaha asal Malaysia dan 332 pengusaha asal Indonesia yang turut serta mendengarkan materi yang dibawakan oleh para pengusaha yang mendedikasikan dirinya di Tzu Chi.
Kamp Pengusaha: Tergugah untuk Bersumbangsih

Kamp Pengusaha: Tergugah untuk Bersumbangsih

16 Oktober 2018
Sharing para pengusaha tentang bagaimana bersumbangsih membantu masyarakat setempat bersama Tzu Chi memberikan energi positif kepada ratusan peserta yang hadir. Tak sedikit dari para peserta yang menghadiri acara ini pun tergugah untuk turut berbagi.
Kamp Pengusaha: Kebahagiaan dalam Memberikan Pelayanan

Kamp Pengusaha: Kebahagiaan dalam Memberikan Pelayanan

16 Oktober 2018

Dalam rangka menyambut acara Kamp Pengusaha Indonesia Malaysia pada 13 dan 14 Oktober 2018, para relawan Tzu Chi berkoordinasi satu sama lain untuk menyukseskan acara.

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -