Kamp Tzu Shao : Membimbing Anak menjadi Pribadi yang Baik

Jurnalis : Indra Gunawan, Teddy Lianto, Fotografer : Indra Gunawan, Teddy Lianto

Pada 14-15 November 2015, anak-anak Tzu Shao (Anak-anak kelas budi pekerti Tzu Chi yang masih bersekolah di jenjang SMP dari kelas 7 sampai 9) mengadakan kamp selama dua hari satu malam di Aula Jing Si Indonesia.

Pada hari Sabtu dan Minggu, 14-15 November 2015 merupakan hari yang istimewa bagi anak-anak Tzu Shao (Anak-anak kelas budi pekerti Tzu Chi yang masih bersekolah di jenjang SMP dari kelas 7 sampai 9). Pada tanggal tersebut diadakan kamp pendewasaan yang juga merupakan tanda kelulusan anak-anak kelas budi pekerti angkatan tahun 2015, sekaligus menandai 7 tahun kelas budi pekerti Tzu Shao berdiri.

“Pada masa awal diresmikan, jumlah murid Tzu Shao ada 80an, dan seiring berjalan waktu selama 7 tahun sampai tahun 2015 ini jumlah anak-anak Tzu Shao sudah berjumlah 291 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 230 orang menjadi peserta dalam kamp pendewasaan kali ini,” ujar Linda Budiman, relawan Tzu Chi sekaligus pendamping bagi para murid.

Linda Budiman, selaku ketua kelas dalam Kelas Budi Pekerti Tzu Shao agar para murid Tzu Shao dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik


Grace, salah seorang murid Tzu Shao berharap untuk kamp berikutnya ialah bisa menjadi lebih seru dan mengasyikan untuk kamp berikutnya ialah bisa menjadi lebih seru dan mengasyikan

Linda pun menerangkan jika pada kamp pendewasaan ketujuh atau biasa kebanyakan orang sebut Lucky 7 ini, kelas budi pekerti mengangkat tema "Membimbing Anak Melalui Pengenalan Rumah Kedua". “Tema ini diangkat mengingat anak-anak remaja masih mengalami masa-masa kebimbangan untuk mencari jadi diri, sehingga melalui acara ini anak-anak dituntun untuk dapat lebih menyayangi diri sendiri dan sesama melalui pengenalan sejarah Tzu Chi disekitar Aula Jing Si,” terang Linda yang sudah 7 tahun menjadi relawan pendamping di kelas budi pekerti. “Tiap bulannya kelas budi pekerti memiliki tema yang berbeda-beda. Ada juga yang memiliki tema khusus pada bulan tertentu, contoh pada bulan Mei yang merupakan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia, maka di kelas budi pekerti akan ada tema yang berhubungan dengan berbakti dengan orang tua, tutur ibu dari dua anak ini. Linda pun memiliki harapan pada para murid, agar mereka tumbuh menjadi anak yang baik, jujur, dan berbakti pda orang tua dan Negara. “Semoga anak-anak dapat menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam apa yang dikerjakan dan lebih percaya diri dalam menghadapi tiap tantangan serta semoga kelas budi pekerti Tzu Shao dapat lebih berkembang,” pungkasnya pasti.

Menurut Grace Amelia Zang yang sekarang sudah duduk di kelas 8 Bina Bangsa School ini pengalaman kamp pendewasaan kali ini merupakan kedua kali baginya.  “Kamp pertama kali ketika masih di kelas Erdongban (anak kelas budi pekerti tingkat SD kelas 4-6),” jelas anak yang biasa dipanggil Grace ini.  

Adapun di saat kamp pertama kali ia masih sangat gugup dan dalam persiapan masih dibantu oleh keluarga. “Perasaan pertama kali ikut camp saat itu sangatlah gugup karena tidak tahu apa yang harus disiapkan. Sekarang untuk mengikuti camp, sudah bisa mandiri dalam menyiapkan keperluan untuk menginap tanpa harus dibantu banyak sama orang tua,” terang Grace. Adapun harapan dari Grace untuk kamp berikutnya ialah bisa menjadi lebih seru dan mengasyikan.

Chelsea (tengah), salah seorang murid Tzu Shao yang telah lulus dari Tzu Shao Ban tahun 2014 berharap untuk kamp berikutnya ialah bisa menjadi lebih seru dan mengasyikan untuk kamp berikutnya ialah bisa menjadi lebih seru dan mengasyikan

Bibit yang Telah Bertunas

Ibarat menanam sebuah tanaman. Butuh waktu dan perhatian yang panjang hingga ia bisa tumbuh dan berkembang. Begitu juga dalam mendidik anak-anak. Selama 7 tahun kelas budi pekerti Tzu Shao berlangsung, perlahan bibit-bibit generasi penerus sudah mulai muncul. Murid-muird yang telah lulus dari kelas Tzu Shao Ban kini sudah bergabung untuk membantu relawan pendamping mendampingi murid-murid. Seperti halnya Chelsea Agnes Limas. Gadis yang bersekolah di Bina Tunas Bangsa ini bergabung di kelas Tzu Shao pada tahun 2014. Selama mengikuti kelas budi pekerti, relawan pendamping kerap bercakap dan berinteraksi dengannya, sehingga ia pun tertarik untuk bergabung kembali menjadi relawan pendamping (Daai Jie Jie) pada tahun berikutnya (2015). “Saya ingin ikut sendiri.. Memang capek, tapi saya suka membantu orang lain, daripada setiap hari libur tidak ada kerjaan mending datang ke Tzu Chi bantu relawan pendamping di sini,” Jelas anak sulung dari dua bersaudara ini.

Bila pada awalnya ia hanya membantu mendampingi murid-murid, maka di kegiatan kamp kali itu, ia mulai fokus membantu di bagian dokumentasi. “Sebelum bantu di Zhen Shan Mei (dokumentasi), saya bantu jadi relawan pendamping untuk Tzu Shao, tetapi untuk kamp kali ini, saya dipindahkan untuk bantu untuk bantu edit video,” terang Chelsea dengan semangat. Selama dua hari, ia terus membantu menyusun video untuk ditayangkan pada akhir acara kamp. “Memang sudah suka, jadi kerjain biar sulit bisa jadi gampang. Lalu rasa capek pasti ada tapi berganti senang karena bisa membantu dan bertemu teman yang baru lagi,serta belajar banyak hal yang baru,” terang remaja yang hobi dengan ilmu komputer ini.

Dengan membantu di kelas Tzu Shao Ban, banyak hal positif, salah satunya ialah membantu mamanya mencuci piring seusai makan dan mengajarkan adiknya mata pelajaran yang tidak ia kuasai. “Sekarang dibilang berantem sih sudah jarang, dulu waktu kecil sering. Sekarang merasa sudah besar, jika ada hal sepele lalu berantem kan kekanak-kanakan banget ya jadi ngalah aja lah,” tutur Chelsea mengenang masa lalunya.

Adapun hal lain yang ia pelajari ialah ketika membantu orang harus dari hati dan tulus, terutama ketika mendampingi adik kelas. “Jangan sering marah ke adik-adik Tzu Shao, semakin mereka kesal semakin mereka tidak mau dengar. Kalau bisa berbicara dengan mereka baik-baik,” terang Chelsea membagikan tipsnya dalam berinteraksi dengan murid-muird Tzu Shao tahun 2015 ini. “Harapan nya murid-murid Tzu Shao sekarang di tahun depan sudah bisa bersumbangsih untuk mendapingi murid-murid Tzu Shao di tahun depan, karena masih kurang orang. mungkin semakin bartambah orang beban kita semakin sedikit,” harap Chelsea.


Artikel Terkait

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -