Kasih di Sela Gempa dan Tsunami Mentawai

Jurnalis : Yaya (Tzu Chi Padang), Fotografer : Yaya (Tzu Chi Padang)
 
 

fotoPara relawan Tzu Chi Padang telah lama menanti kesempatan untuk membantu para korban Mentawai. Ketika mendengar bahwa beberapa korban diterbangkan ke RS. M Jamil, Padang, mereka segera berkunjung memberi perhatian.

Sejak terjadinya gempa dan tsunami di Mentawai Sumatera Barat pada hari Senin malam tanggal 25 Oktober 2010, seorang relawan Tzu Chi Ahui Shixiong menerima pesan melalui telepon agar segera turun tangan membantu menyalurkan bantuan. Namun, Ahui Shixiong tahu bahwa hal tersebut belum mungkin dilakukan. Ia cukup mengenal lokasi yang akan dituju itu. Perjalanan yang harus ditempuh lamanya 16 jam dan hanya dapat dilalui dengan menggunakan kapal laut.

Sungguh pun sudah 1 minggu tsunami terjadi, bantuan belum dapat disalurkan. Karena prihatin dengan keadaan warga, Ahui tidak tinggal diam untuk membantu korban bencana. Ia terus memantau perkembangan kondisi melalui tayangan televisi hari demi hari, hingga pada hari Selasa 2 November 2010 pukul 16.30 WIB, akhirnay Ahui mengajak relawan–relawan Tzu Chi Padang untuk mengunjungi R.S  M.Jamil, Padang. Menurut informasi yang ada, para korban gempa dan tsunami telah mulai dipindahmasukkan melalui helikopter untuk mendapatkan pengobatan intensif.

Setelah sampai di RS M. Jamil, relawan Tzu Chi Padang melapor ke Bagian Humas Bencana untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Maka, relawan pun diantar untuk mengunjungi pasien-pasien yang sudah memungkinkan untuk dijenguk.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan diantar oleh Humas RS M Jamil, para relawan melihat kondisi korban yang dirawat secara intensif dan telah memungkinkan untuk dijenguk. (kiri)
  • Neli melahirkan di Puskesmas beberapa hari setelah tsunami terjadi. Namun kondisi kesehatan bayinya lemah dan akhirnya tak berhasil diselamatkan. (kanan)

Neli yang baru berusia 19 tahun, sedang dalam kondisi hamil tua saat tsunami melanda Mentawai. Ibu muda itu melahirkan tanggal 29 Oktober 2010 di Puskesmas Sikakap. Keadaan penunjang kesehatan yang serba minim, menyebabkan kondisi bayi yang baru lahir tersebut tidak sehat. Maka ketika ada helikopter yang dapat membawa korban menuju ke tempat yang lebih baik, Neli dan bayinya dipindahkan.

Malang tak dapat ditolak, bayi Neli tak berhasil diselamatkan dan dikebumikan di Padang. Relawan Tzu Chi mendampingi perempuan muda yang sedang sangat kehilangan itu. Bencana ini telah menyebabkan ia kehilangan semuanya, ibu dan adiknya meninggal dan rumah tempat tinggalnya hancur.

foto  foto

Keterangan :

  • Setelah mempelajari kondisi korban, keesokan harinya relawan kembali berkunjung dengan membawa bingkisan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.  (kiri)
  • Pardamaian yang kini sebatang kara setelah kedua orang tuanya meninggal saat terjadinya tsunami, sangat berbahagia menerima kunjungan dari relawan. (kanan)

Tsunami yang terjadi pada malam hari ini memang telah menelan banyak korban warga Mentawai. Pardamaian (25 tahun) tinggal sangat dekat dengan pantai dan kedua orang tuanya meninggal saat berusaha menyelamatkan diri. Pardamaian sendiri cukup beruntung dapat selamat, sebab badannya berkali-kali terhantam kayu-kayu pohon yang rubuh diterjang air laut.

Bersama Neli dan Pardamaian, ada pula Melda Yanti (12 tahun) dan Djalinus (28 tahun). Hanya saja keduanya masih dirawat di ruang ICU. Keesokan harinya, Rabu 3 November 2010 pukul 10.30 WIB, relawan Tzu Chi kembali mengunjungi para korban dengan membawa bingkisan dan uang santunan. Bingkisan sederhana berupa roti, pakaian, sarung dan perlengkapan hidup lainnya ini, mengiringi doa seluruh relawan Tzu Chi agar para korban dapat segera terlepas dari penderitaan mereka.

  
 
 

Artikel Terkait

Tidak Perlu Menunda untuk Melestarikan Lingkungan

Tidak Perlu Menunda untuk Melestarikan Lingkungan

17 Oktober 2014
Selain di minggu pertama, kegiatan pelestarian lingkungan juga dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis oleh relawan, lao pu sa (Bodhisatwa Lansia) dan warga sekitar. Pukul 08.00 WIB, para relawan mulai mengeluarkan sampah plastik, kertas, dan botol-botol yang sudah terkumpul untuk dipilah.
Bedah Kampung: Merangkul Semua Orang

Bedah Kampung: Merangkul Semua Orang

03 Februari 2012 Kunjungan ini dilakukan dalam rangka untuk mempererat hubungan kerjasama pada program bedah kampung bagi masyarakat kurang mampu.
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -