Kasih Ibu Sepanjang Masa
Jurnalis : Erlina (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Nuraina, Augustina, Dinarwaty (Tzu Chi Medan)Penampilan Zhong Gu
oleh Bodhisatwa Cilik dengan lagu berjudul Krayon Kehidupan.
Setiap bulan Mei pekan pertama, Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan mengadakan acara Hari Ibu. Tahun ini jatuh pada tanggal 5 Mei 2019. Leony dan Challista sebagai pembawa acara mengawali perayaan Hari Ibu ini dengan penghormatan kepada Buddha dan Master Cheng Yen. Lalu menyanyikan lagu Mars Tzu Chi, serta membacakan Sepuluh Sila Tzu Chi.
Gendang dan genderang pun
dipukul sebagai pembuka acara yang dibawakan para Bodhisatwa cilik yang
berjudul Krayon Kehidupan. Makna lagu
ini adalah dalam kehidupan ini anda lah yang melambaikan krayon kehidupan, yang
menggambarkan kehidupan yang begitu indah. Anda lah yang tidak takut akan jalan
yang penuh duri, anda lah yang mengubah kerusakan menjadi sesuatu yang ajaib,
serta anda lah yang menggunakan cinta kasih menghidupkan rantai yang terpendam.
Sebuah performance yang begitu
menarik perhatian para orang tua yang hadir.
Anak-anak dan orang tua lalu diajak untuk mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen mengenai membalas budi orang tua dan menghargai sumber daya. Master menceritakan kisah Lam Cen Guo Qiang yang mengakhiri usaha dagangnya demi merawat Ibunya yang jatuh sakit.
Sebagai wujud cinta kasih pada orang tua, anak-anak kelas budi pekerti memperagakan isyarat tangan Xin Zhong De Sheng Yin (Suara Hati) dengan lirik lagu yang menggugah hati; “Setiap malam di saat hening, saya akan dengan sepenuh hati mendengar suara hati saya, mengucapkan Gan En kepada Papa Mama”.
Permainan yang
berjudul Mencari Tangan Mama ini membuat
ikatan batin antara ibu dan anak makin erat.
Agar Ibu dan anak memiliki interaksi yang erat, mereka diajak dalam sebuah permainan Mencari Tangan Mama. Dalam permainan ini, peraturannya adalah ibu dan anak akan ditutup matanya. Semua ibu akan menyodorkan tangan, lalu tiap anak akan mencari yang mana tangan ibunya. Permainan ini sangat seru, terlihat anak-anak ketika membuka mata dan melihat ternyata pilihannya benar, langsung meloncat girang dan memeluk erat ibu mereka.
Sesi Membasuh Kaki Mama, terlihat para Bodhisatwa cilik dengan sepenuh hati membasuh kaki ibunya.
Perasaan terharu dirasakan mama dari Andrew Antonius Chen.”Saya sangat terharu sekali Andrew dengan cepat sekali menemukan tangan saya,” katanya.
“Saat permainan mencari
tangan mama, di antara begitu banyak tangan yang saya pegang, saat memegang
tangan mama ada sejenis perasaan yang berbeda, ada sebuah kehangatan yang
mengatakan ini tangan mama,” ungkap Andrew.
Sebagai puncak acara, pembawa acara dan Da Ai Mama Merry Sudilan mengajak semua yang hadir untuk bersama-sama menyanyikan lagu Kasih Ibu. Kemudian anak-anak kelas budi pekerti berbaris teratur membawa ember berisi air dan kemudian membasuh kaki mama. Terlihat para Bodhisatwa Cilik dengan sepenuh hati dan penuh kasih sayang membasuh kaki mama mereka, kemudian dilanjutkan dengan menyuguhkan secangkir teh buat mama serta sebagai ungkapan kasih mama yang begitu besar, anak-anak bernamaskara di hadapan mamanya. Tak lupa mereka menyematkan sekuntum bunga Carnation ke baju mama dan sebuah pelukan hangat antara orang tua dan anak melengkapi acara Hari Ibu ini.
Seorang Bodhisatwa
cilik memeluk erat ibunya.
Melengkapi perayaan Hari Ibu ini, sebagai penutup acara sebuah drama yang mengharukan dibawakan oleh para Bodhisatwa cilik dan Da Ai Mama. Sebagai narator, Claryce, siswa kelas 4 SD di Sekolah Bangun Insan Mandiri Medan, dengan bahasa Mandarin membawakan kisah tentang seorang ibu yang sedang mengandung dan divonis oleh dokter mengidap kanker payudara. Karena harus dikemoterapi maka sang Ibu harus menggugurkan kandungannya. Kalau tidak, bayi yang dilahirkan nantinya juga akan cacat. Akhirnya ibu ini memilih untuk melindungi bayinya dan tidak melakukan pengobatan apapun.
Selama masa mengandung, sang Ibu mengambil waktu menulis beberapa surat kasih untuk anaknya yang akan diberikan ke anaknya setiap tahun hingga anak itu berusia 18 tahun. Tak lama setelah melahirkan, sang ibu pun meninggal dunia. Anak ini dijaga oleh ayah dan neneknya. Dan di usia yang ke 18 tahun, di hari ulang tahun si anak, neneknya kembali memberinya surat dan di dalam surat yang terakhir inilah sang Ibu menceritakan kejadian yang sebenarnya, mengapa Ibunya tidak pernah hadir di setiap ulang tahunnya.
Clarice bercerita tentang kisah kasih sayang seorang ibu yang berkorban nyawa demi si buah hati yang masih dalam kandungannya. Kolaborasi drama yang sederhana tapi menggugah hati.
Claryce membawakan narasi ini dengan bagus dan dipadu dengan drama yang begitu menggugah hati para hadirin sehingga banyak yang tidak sanggup menahan air matanya. Kisah ini menggambarkan kasih ibu yang begitu besar dan memberikan inspirasi makna berbakti yang sesungguhnya.
Claryce sendiri bergabung
di Kelas Bimbingan Budi Pekerti baru setahun. Ibunya berharap Claryce tumbuh
menjadi gadis yang santun, baik budi dan berjiwa besar.
Doa Bersama, Semoga Hati Manusia Tersucikan, Semoga Masyarakat Harmonis, Semoga Dunia bebas dari Bencana.
“Perubahan yang cukup signifikan pada Claryce terhadap perilakunya selama setahun ini, terutama dalam hal berkesadaran menjaga lingkungan. Contohnya dia selalu menggunakan kertas bekas bila ingin membuat prakarya sekolah dan juga hemat dalam pemakaian air.”
Sebagai wakil koordinator acara perayaan Hari Ibu, SeryLina sangat bahagia melihat adanya pancaran kasih ibu dari setiap ibu yang hadir. “Semoga anak-anak di kelas budi pekerti ini kelak bisa menjadi generasi muda yang berbakti kepada orang tua dan dapat bersumbangsih tanpa pamrih di jalan Bodhisatwa,” harap SeryLina.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Berterima Kasih dalam Bentuk yang Nyata
23 Mei 2018Penuh Haru di Hari Ibu Internasional
09 Mei 2019Ada yang istimewa pada Kelas Budi Pekerti yang digelar Tzu Chi Bandung pada Minggu, 5 Mei 2019. Hari itu turut diperingati Hari Ibu Internasional, di mana anak-anak dapat mengungkapkan rasa kasih sayang kepada sang Bunda.