Kasih Ibu Tiada Batasnya

Jurnalis : Marco Djukin (He Qi Barat), Fotografer : Merry Christine (He Qi Barat)

Dalam rangka memperingati "Hari Ibu", relawan Tzu Chi mengadakan prosesi mencuci kaki ibu di kegiatan Kunjungan Kasih Pasien Kasus.

Minggu pagi, 24 Mei 2015 terdengar alunan lagu “Lukisan Anak Kambing Berlutut”. Alunan melodi syahdu yang membangkitkan keharuan dalam hati ketika mendengarnya. Pagi yang spesial karena sebanyak 95 relawan berkumpul di Aula lantai 2 SMK Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka berkumpul pada acara Kunjungan Kasih Pasien Kasus (KKPK) yang bertema  “Hari Ibu”.

Bulan Mei minggu ke-dua, di beberapa negara diperingati sebagai “Hari Ibu Internasional”. Sebuah hari untuk sosok mama tercinta. Mama adalah figur yang sangat utama dalam kehidupan kita. Dari mengandung, melahirkan, hingga membesarkan. Kasih sayang beliau sungguh tiada tara dan abadi sepanjang masa. Sudah sepantasnya kita dapat merenung, mengenang, dan membalas budi orang tua.

Insan Tzu Chi He Qi Barat di pagi itu mengadakan sebuah drama yang bertema Kasih Ibu Sepanjang Masa”. Dengan singkat diceritakan betapa besar dan tulusnya kasih seorang ibu kepada anaknya dari kecil hingga dewasa tidak pernah berubah. Namun kasih anak tidak sebesar kasih ibu, ketika beranjak dewasa, anak mulai membantah, dan tidak memperdulikan orang tua. Tetapi di akhir cerita, sang anak baru menyadari besarnya kasih ibu setelah ibu telah tiada. Meninggalkan sebuah rasa sesal yang dalam karena terlambat menyadarinya.

Reni (kiri) memeluk ibunya, Mariah Bahum, yang sedang sakit. 

Prosesi Mencuci Kaki

Setelah drama singkat, acara dilanjutkan dengan proses mencuci kaki antara anak dan mama. Ada sebuah ungkapan yang berbunyi “Surga terletak di telapak kaki Ibu” . Inilah yang mendasari acara ini. Bukan hanya mencuci kaki semata tetapi menyadari kasih sayang ibu untuk anak tak terhingga sepanjang masa. Kemudian acara dilanjutkan oleh Gan En Hu (penerima bantuan) yang juga mengikuti prosesi ini.

Hari itu kami juga mengunjungi rumah seorang Gan En Hu, Ibu Mariah Bahum. Ibu Mariah Bahum adalah seorang penerima bantuan pengobatan Yayasan Buddha Tzu Chi. Ia menderita penyakit kanker payudara. Kami datang dengan membawa bunga, biskuit, teh, handuk, sisir, dan baskom. Ternyata kedatangan kami telah ditunggu oleh anak Ibu Mariah Bahum yaitu Reni. Reni dengan penuh kegembiraan menyambut kedatangan relawan. Setelah bercengkrama, prosesi mencuci kaki ibu pun  berlangsung dengan rasa keharuan. Alunan melodi lagu “Lukisan Anak Kambing Berlutut” mengalun indah, air mata pun tak terasa mengalir. Sebuah rasa yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dengan perasaan bahagia Ibu Mariah Bahum berdoa, “Semoga hidup anak lebih baik, rejeki  lancar, juga sehat,” ucapnya.

Reni sebagai seorang anak juga menyadari bahwa ia masih mempunyai berkah memiliki seorang ibu. Meskipun sang ayah telah tiada sejak kelas 6 SD. “Mama Ibu yang baik, yang urus saya dari kecil. Mama segalanya buat saya,dia baik dan sayang ke saya. Saya minta maaf saya punya salah, dari kecil mama mengasuh saya dengan penuh kasih sayang, dan saya ingin mama cepat sembuh”, sebuah doa dari Ibu Reni untuk mamanya.

Relawan Tzu Chi juga mengunjungi Mariah Bahum dan Reni untuk memberikan dukungan dan semangat agar cepat pulih.

Doa Terbaik

Mendengar doa yang disampaikan Ibu Mariah Bahum mengingatkan kita betapa kasih sayang setiap ibu begitu besar dan selalu sama. sebuah doa dititipkan agar setiap anaknya diberkahi dengan keselamatan, kesehatan, dan rejeki yang melimpah. Sebuah doa terbaik untuk anaknya. 

Melalui perayaan “Hari Ibu” ini kita diajak untuk menyadari bahwa kasih ibu sepanjang masa.  Betapa beruntungnya memiliki ibu. Namun berapa banyak yang bisa merasakan budi luhur orang tua dan membalasnya? Hendaknya kita bisa bersyukur menyadari berkah ini dan membalas budi mereka. Dari semua kebajikan, berbakti adalah yang utama. Master Cheng Yen juga mengatakan “Ada 2 hal yang tidak bisa ditunda, Berbakti pada orang tua dan Berbuat kebajikan”.  Jadi tunjukanlah rasa sayang kamu untuk ibu. I Love You Mama.


Artikel Terkait

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -