Kasih Natal di Panti Jompo Priangan

Jurnalis : Linda Huang (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)
 
 

fotoPenghuni Panti Jompo Priangan bersama dengan relawan Tzu Chi Bandung turut memperagakan isyarat tangan.

Pagi hari tanggal 13 Desember 2012 pukul 07.30, relawan Tzu Chi Bandung telah berkumpul di Kantor Tzu Chi Bandung yang terletak di Jl. Ir. Juanda. Pagi itu, para relawan Tzu Chi mempersiapkan bingkisan untuk opa-oma yang tinggal di Panti Jompo Priangan. Bingkisan itu terdiri dari selimut, mie instan, kue-kue, makanan ringan, telur, dan angpau. 

 

 

Tanpa menunda-nunda, relawan Tzu Chi pun langsung  berangkat ke Panti Jompo Priangan yang berlokasi di Jl. Karmel I no. 56, Lembang. Panti ini dihuni oleh 3 opa dan 4 oma serta 3 orang pengurus. Opa-oma yang tinggal di panti ini berusia antara 70-77 tahun. Rata-rata mereka telah menetap dip anti ini selama 5-7 tahun. Sedangkan di kantor pusat yayasan ini yang berada di Jl. Kenari no. 5, Bandung, tercatat ada 6 orang opa-oma yang tinggal di sana.

Setibanya di panti, para relawan Tzu Chi langsung disambut ramah oleh pengurus panti dan opa-oma. Para relawan Tzu Chi menyapa mereka dengan hangat, “Selamat pagi opa… selamat pagi oma…”. “Selamat pagi,” balas para opa dan oma sembari mengembangkan senyum manis dari wajah mereka yang telah berkeriput.

Pada kesempatan ini, para relawan menampilkan isyarat yang berjudul “Satu Keluarga dan Sebuah Dunia yang Bersih. Para opa oma yang hadir turut memeragakan gerakan isyarat tangan ini sambil duduk manis. Setelah itu, para relawan Tzu Chi mengajak opa oma untuk melakukan senam sehat yang dipimpin oleh Pepeng Shijie. Para opa oma tidak sungkan untuk berdiri dan mau bergerak bersama-sama. “Opa oma harus sering-sering melakukan gerakan seperti ini, kedua tangan dihentak ke bawah, gunakan tenaga, supaya aliran darah bisa lancar, dan seterusnya,” kata Pepeng Shijie.

Setelah senam sehat, relawan dan opa oma bersama-sama menyanyi lagu “Selamat Hari Natal” sambil bertepuk tangan dengan riang gembira. Tanpa malu-malu, satu persatu oma pun maju ke depan untuk membawakan lagu Natal dan nyanyian pujian mereka sebagai wujud rasa syukur atas hidup, kekuatan dan ketabahan yang diberikan pada mereka.

Bakti Beserta Kesabaran
Ketika acara yang berlangsung hampir selesai, saya pun mendekati seorang wanita muda dan bertanya-tanya seputar Panti Jompo Priangan ini. “Sesungguhnya ini adalah keinginan pribadi Tante Sani sebagai pemilik sekaligus ketua panti untuk buka yayasan, dengan misi untuk menampung mereka yang hidup sebatang kara, tidak ada keluarga”, kata Chen Mey Lan yang menjabat sebagai Wakil Ketua Panti Yayasan Jompo Priangan. “Opa oma di sini terbiasa mandiri, misalnya menyuci baju dan jemur baju sendiri. Sedang yang di kantor pusat terbiasa dengan memasak sendiri,” tambahnya.

Di panti ini, saya juga bertemu dengan Ibu Ooh Lusmiati. Wanita 55 tahun yang melayani sebagai perawat ini memiliki alasan tersendiri mengapa dirinya terus mengabdi di panti ini selama 17 tahun. “Ini sudah menjadi harapan dari dulu dan sudah menjadi panggilan hati,” jawabnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi mengajak oma penghuni panti jompo untuk bernyanyi bersama, menghibur hati mereka yang kesepian (kiri).
  • Relawan Tzu Chi membawa bingkisan berupa selimut hangat untuk para opa-oma penghuni panti jompo (kanan).

Ibu Ooh pun menceritakan pengalamannya tentang tantangan merawat opa oma. “Opa oma terkadang pikun, jadi bikin bingung,” katanya sambil tertawa kecil. Namun, rasa duka pun kerap kali dirasakan oleh ibu Ooh. “Dukanya adalah kalau sakit hanya saya sendiri saja yang rawat,” tambahnya sambil mengerutkan dahi.

Salah seorang penghuni Panti Jompo Priangan, Oma Pipih (73 tahun), dengan rambutnya yang putih lurus mencapai bahu dan jalannya tergopoh-gopoh sudah menghuni panti ini selama hampir 13 tahun. Setiap harinya di kamar tidur panti yang kecil dan sempit, Oma Pipih berbaring tidur mengistirahatkan diri. Oma Pipih bisa berada di sini bermula ketika terjatuh dari tangga dan ada tetangganya yang mengantarnya ke panti ini. Ini adalah wujud keprihatinan, karena tidak ada orang yang merawat.

“Oma tiada keluarga, hanya hidup sendiri di Bandung, cuman punya saudara di Sukabumi. Satu bulan sekali datang menjenguk,” tuturnya dengan ekspresi datar. Oma Pipih pun menambahkan. “Namun perasaan saya sangat senang ditengokin (relawan Tzu Chi-red). Terima kasih ya, terima kasih.” ucapnya berulang-ulang.

Pada kesempatan baik hari ini, tercipta jalinan jodoh yang baik pula. Seperti yang dialami salah satu Tzu Ching, Yessy Sutanto yang akrab dipanggil Yen-Yen. Dia merasakan adanya kebersamaan dan perasaan senang yang muncul ketika melihat senyuman opa oma yang begitu bahagia. “Ini adalah kali pertama bagi saya ikut kunjungan kasih. Pelajaran hidup yang saya dapat adalah bahwa orang tua harus benar-benar dirawat, semakin menghargai orang tua, berbakti kepada orang tua,” katanya.

Persis seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, bahwa berbakti pada orang tua adalah akar dari segala kebajikan. Juga setiap hari kita harus berterima kasih kepada orang tua dan semua makhluk. Oleh karena itu, segala perbuatan kita sepanjang hidup jangan sampai mengecewakan pengorbanan orang tua dan semua makhluk.

Kehidupan yang indah adalah kehidupan yang penuh cinta kasih dan pengabdian. Jika melakukan pekerjaan dengan jiwa pengabdian, semakin bekerja akan semakin menyenangkan, seperti halnya pengabdian Ibu Ooh dalam menjalani rutinitas yang tiada kenal lelah dan tiada henti mengabdi untuk menjaga dan merawat opa oma di Panti Jompo Priangan.  
  
 

Artikel Terkait

Training Relawan Abu Putih di He Qi Tangerang

Training Relawan Abu Putih di He Qi Tangerang

06 Desember 2022

Minggu, 27 November 2022, sebanyak 130 relawan ikut dalam Training Pertama Relawan Abu Putih He Qi Tangerang dengan tema Mengembangkan Cinta Kasih dan Welas Asih melalui Misi Amal.

Ada Kemandirian di Bola-bola Nasi

Ada Kemandirian di Bola-bola Nasi

13 Oktober 2017

Aroma khas nasi putih berpadu dengan wangi gurih kecap asin dan biji wijen menerobos dari ruang-ruang kelas 3 dan 4 SD Tzu Chi Indonesia. Pemandangan yang menarik pun terlihat dari luar jendela kelas mereka. Masing-masing anak memakai apron dengan motif dan warna beragam.

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -