Kasih Natal untuk Opa dan Oma

Jurnalis : Ronny Suyoto (Tzu Chi Surabaya), Fotografer : Ronny Suyoto, Jimmy (Tzu Chi Surabaya)
 

fotoYap Pik Liang sedang menghibur seorang penghuni Panti Wreda Pangesti yang menangis karena terharu dengan apa yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi kepadanya.

Tanggal 25 Desember diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari Natal yaitu lahirnya Yesus Kristus. Sebagai salah satu perayaan terbesar umat Kristen, tentu saja hari Natal sangat dinanti dan dirayakan dengan meriah. Di gereja persiapan menyambut Natal sudah dilakukan sejak akhir November dengan masa adven yang dirayakan selama 4 minggu menjelang Natal. Berbagai pusat perbelanjaan pun sudah ramai dihiasi dengan berbagai pernak pernik Natal yang khas. Namun tak semua orang bisa merayakan kemeriahan Natal bersama keluarga tercinta, seperti yang dialami para oma opa lansia di Panti Wreda. Mereka merayakan Natal dalam keheningan dan kesunyian.

Tempat Bernaung di Pegunungan Lawang
Untuk ikut memeriahkan suasana Natal di bulan Desember ini, relawan Tzu Chi Surabaya mengadakan kunjungan yang ke-2 kali ke Panti Wreda di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang pada hari Minggu tanggal 13 Desember 2009. Sejak pagi hari relawan Tzu Chi sudah bersiap-siap berangkat ke Lawang yang berjarak sekitar 70 km ke arah selatan Surabaya. 40 orang relawan yang terdiri dari 25 relawan Tzu Chi dan 15 orang relawan dari PT Smart membawa berbagai barang kebutuhan seperti pampers, biskuit, baju, sabun, mentega, minyak goreng dll. Tujuan pertama mereka adalah sebuah Panti Wreda dan Panti Asuhan milik Yayasan Diakonia yang bernama Griya Asih. Panti ini terletak di pusat kota Lawang yang berbukit bukit. Tidak itu saja, panti ini juga dikelilingi oleh kebun yang cukup luas dan asri. Saat ini, panti yang berdiri tahun 1994 ini dihuni oleh sekitar 25 orang lansia dan 11 orang anak yatim piatu yang semuanya perempuan. Mereka menempati bangunan panti seluas 1,6 hektar yang dibangun di atas lahan seluas 26 hektar. Di tengah hawa sejuk pegunungan inilah para oma menghabiskan masa tua mereka. ”Para Oma di sini berusia antara 63 sampai 89 tahun dan rata-rata menderita penyakit orang tua seperti hipertensi, kelumpuhan karena stroke, diabetes, dan lain-lain, ” kata Pnt Daniel Frans Foeh, ketua panti ini. Selain perawatan kesehatan, panti ini juga memberikan pendampingan secara rohani kepada para oma.

Setibanya di panti, para relawan Tzu Chi pun segera membaur dengan para oma dan anak-anak. Menyanyikan lagu-lagu Natal yang meriah serta memperagakan bahasa isyarat tangan. Para oma dan anak-anak pun tampak sangat antusias mengikuti gerakan tangan para relawan. Selain bernyanyi tak lupa relawan pun mengajak oma-oma di sana berbincang sambil memijat dan menggunting kuku mereka. Tampak para oma sangat senang dan terharu mendapatkan perhatian dari para relawan yang dengan senang hati mau berbicara kepada mereka. “Rata-rata mereka mengeluhkan kurangnya kunjungan dari keluarga mereka. Dengan adanya kita di sini, sedikit mengurangi rasa rindu mereka akan kehadiran keluarga” kata Yap Pik Liang, penanggung jawab misi amal Tzu Chi Surabaya. Relawan Tzu Chi pun sangat gembira bisa sedikit meringankan beban para oma di panti ini. Setelah doa penutup segenap relawan mempersembahkan bahasa isyarat tangan Satu Keluarga. Para oma dengan susah payah berusaha mengikuti gerakan tangan para relawan. Bahkan, beberapa oma tampak meneteskan airmata. Kunjungan pun diakhiri dengan pembagian bingkisan Natal kepada para penghuni panti.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi mendengarkan keluh kesah seorang lansia di Panti Griya Asih Lawang. Kunjungan kasih             Tzu Chi membuat oma ini memiliki tempat untuk mencurahkan isi hatinya yang sudah lama tak berjumpa             dengan keluarga. (kiri).
         - Relawan Tzu Chi Shu Zhen sedang menghibur seorang penghuni Panti Pangesti yang terbaring di ranjang             karena sedang menderita sakit. (kanan)

Karya Misi Para Suter Miseri Cordia
Setelah kunjungan ke Griya Asih, relawan Tzu Chi melanjutkan kunjungan ke sebuah panti wreda yang bernaung di bawah Keuskupan Malang, yaitu Panti Wreda Pangesti. Di bawah pengelolaan Suster Ordo Miseri Cordia yang berarti ”Yang Berbelas Kasihan”, panti ini sudah beroperasi sejak tahun 1973. Sebelumnya, panti ini juga pernah menempati sebuah gedung lama di kawasan Sumber Wuni Lawang bekas gedung Seminarium Marianum (Sekolah Calon Pastor). Misi dari Ordo Suster Miseri Cordia ini adalah meneruskan cita-cita pendiri ordo yaitu Santa Maria Magdalena Postelle yang menampung para lanjut usia yang miskin, terlantar, lumpuh, dan yang membutuhkan pertolongan. Mereka juga turut serta memberikan pendampingan secara fisik dan rohani agar mampu memiliki semangat hidup kembali. Maka di tahun 1973, karya misi para suster MISC ini pun dimulai di kota kecamatan yang sejuk ini. ”Seiring dengan perkembangan karya misi ini, maka sejak tahun lalu kami pindah ke rumah yang lebih nyaman bagi para oma dan opa di kawasan Sumber Mlaten ini ” kata Suster Gregoria Maria, MISC yang pernah menjadi penanggung jawab panti selama 4 periode. Maka tak heran, bangunannya pun tampak sangat megah dan asri ditambah lagi dengan rimbunnya tumbuhan dan pepohonan yang hijau. Di panti ini, beberapa blok bangunan dibangun terpisah yang merupakan tempat tinggal para oma dan opa. Panti juga dilengkapi dengan ruang serba guna, ruang terapi fisik, ruang tamu, poliklinik dan asrama. Total bangunan panti ini hampir seluas 3 hektar. Sungguh merupakan tempat yang sangat nyaman dan manusiawi bagi para opa dan oma untuk menghabiskan masa tuanya. Para perawat pun tersedia dan dengan penuh cinta kasih merawat opa oma selayaknya orangtua sendiri.  Saat ini panti dihuni oleh 70 orang lanjut usia yang terdiri dari berbagai kalangan, tidak hanya yang beragama Katolik saja melainkan juga dari berbagai agama dan latar belakang etnis.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi, Su Mei sedang memotong rambut salah seorang penghuni panti asuhan di Griya Asih             Lawang, Surabaya, Jawa Timur. (kiri).
        - Sutina dan Lazarus Robby sedang membantu seorang oma di Panti Griya Asih. Keterbatasan fisik di            usia senja membuat oma ini menggunakan alat bantu jika hendak berjalan ke satu tempat. (kanan)

Kedatangan relawan Tzu Chi di panti ini disambut dengan gembira oleh para opa dan oma. Relawan Tzu Chi pun mengajak para opa dan oma bernyanyi bersama, dan memperagakan bahasa isyarat tangan. Para relawan pun berbaur dengan para penghuni sambil memotongkan kuku, rambut dan memijat pungung para opa dan oma. Para opa dan oma tampak terharu dan bahkan ada yang menangis tersedu-sedu mendapatkan kunjungan seperti ini. ”Bagi mereka kunjungan kasih seperti ini sangatlah berarti. Karena banyak dari mereka yang sangat jarang atau bahkan sudah tidak pernah lagi dikunjungi oleh keluarga. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada relawan Tzu Chi yang mau mengunjungi kami di sini,” Tambah Suster Hiacinta, MISC kepala Panti Wreda Pangesti. Seusai bercengkerama dengan para penghuni, relawan pun membagikan bingkisan Natal kepada seluruh penghuni panti ini.  Para relawan dengan gembira memberikan satu persatu bingkisan kepada para opa oma yang semuanya duduk di kursi roda. Dalam kunjungan ini banyak sekali pengalaman yang diperoleh relawan Tzu Chi, termasuk oleh Su Mei Shijie yang sempat menitikkan airmata melihat para lansia di tempat ini. ”Saya sedih melihat mereka dan membayangkan diri saya sendiri. Semoga nanti di usia tua nanti, oleh anak-anak saya tidak ditempatkan di panti seperti ini. Saya bisa mengerti penderitaan mereka yang jauh dari keluarga “ kata Su Mei dengan sedikit terbata-bata. Semoga ditengah hingar bingar perayaan Natal bersama keluarga dan teman, kita harus masih ingat dan peduli bahwa ada sebagian dari kita yang merayakan Natal di tengah kesunyian dan keprihatinan.

 
 

Artikel Terkait

Selalu Ada Jalan untuk Sembuh

Selalu Ada Jalan untuk Sembuh

17 November 2009
Setelah menikah pada tahun 2006, pasangan Agus (34) dan Sumiati (30) ini memang sulit memperoleh “momongan”.  Dua kali hamil, dua kali pula Sumiati mengalami keguguran. Aura kebahagiaan mulai menghampiri pasangan ini ketika Sumiati kembali mengandung di akhir tahun 2008. Kali ini sang janin cukup kuat. Seiring tangisan pertama sang bayi pada tanggal 28 Agustus 2009, pecahlah pula tangis kebahagiaan Agus dan istrinya.
Suara Kasih: Welas Asih yang Setara Mendatangkan Kebaikan Terbesar

Suara Kasih: Welas Asih yang Setara Mendatangkan Kebaikan Terbesar

05 Desember 2013 Namun, RS Tzu Chi menyediakan layanan pengobatan gabungan sehingga para lansia bisa memeriksakan diri ke tiga orang dokter spesialis yang berbeda dalam sekali kunjungan. Ini merupakan wujud perhatian tim medis terhadap para pasien.
Suara Kasih : Satu Hati Hadapi Bencana

Suara Kasih : Satu Hati Hadapi Bencana

27 Oktober 2010 Kekuatan alam sungguh tak dapat dilawan oleh manusia. Terlebih lagi, kondisi pegunungan sudah sangat parah. Karena itu, saat dalam kondisi aman dan selamat, kita harus berterima kasih kepada bumi yang telah menopang kehidupan kita dan makhluk hidup lainnya.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -