Kasih Sayang dan Kesabaran Watisih Merawat Suaminya yang Stroke

Jurnalis : Chandra Septiadi, Fotografer : Chandra Septiadi

Relawan Tzu Chi datang mengunjungi Pak Wagiono yang terkena stroke dan hanya berbaring di lantai beralaskan karpet di ruang tamu rumahnya.

Kesehariannya Wagiono (53) hanya berbaring dan duduk di tempat saja, ia mengalami stroke yang mengakibatkan kedua kakinya tidak bisa digerakkan. Penyakitnya bermula saat Wagiono merasakan pusing dan Watisih (50), istrinya menyuruhnya untuk minum obat dan tidur. Beberapa jam kemudian Watisih membangunkannya untuk melaksanakan sholat. Wagiono yang terbangun kemudian berkata, “Dek, mati lampu yah? Kok gelap yah”. Watisih langsung berteriak memanggil anak-anaknya untuk segera membantu membopong Wagiono agar dibawa ke Puskesmas terdekat. Dari hasil pemeriksaaan, ternyata tekanan darah dan gula darahnya sangat tinggi.

Beberapa bulan kemudian tekanan darahnya tidak kunjung turun. Dokter di Puskesmas menyarankan bahwa Pak Wagiono harus dirujuk dan dirawat di rumah sakit. Wagiono pun kemudian dirawat di RSUD Cengkareng, Jakarta Barat. Setelah tiga minggu dirawat di RSUD Cengkareng, karena penglihatan sudah bisa kembali melihat, gula darah dan tekanan darah sudah normal kembali, namun Pak Wagiono malah tidak bisa berjalan, akan tetapi ia diperbolehkan pulang oleh dokter. Keluar dari rumah sakit, Wagiono pun menjalani fisioterapi sebanyak tiga kali dalam seminggu di RSUD Cengkareng.

Dari awal menikah, dulunya Pak Wagiono dan Bu Watisih mempunyai usaha turun temurun dari orang tua Watisih. Mereka berjualan minuman es di dekat sekolah. Dalam kurun waktu beberapa tahun kemudian warung ini dibongkar paksa oleh Satpol PP karena adanya pelebaran jalan di sana. Hal ini menjadi beban pikiran Pak Wagiono. Pak Wagiono yang dulunya adalah Ketua RT dan sangat aktif dalam kegiatan gotong royong dan sosial pun drop dan dibawa lagi ke RSUD Cengkareng.

Berjodoh dan Dibantu Tzu Chi
Saat itu Tzu Chi sedang mengadakan pembagian bantuan sembako di wilayah tempat tinggal Pak Wagiono. Relawan Tzu Chi menanyakan kepada warga, apakah ada warga sekitar yang mengalami sakit berkepanjangan dan butuh bantuan. Dari warga yang mengenal Pak Wagiono, relawan mendapatkan informasi, “Oh ada tuh, mantan (Ketua) RT sakit stroke, tidak bisa jalan.” Kemudian diajaklah relawan Tzu Chi ke rumah Pak Wagiono untuk melihat kondisinya. Setelah itu relawan menyarankan Bu Watisih untuk segera datang ke kantor Yayasan Buddha Tzu Chi di PIK untuk mengikuti prosedur pengajuan bantuan.

Sehari-harinya Bu Watisih dengan sabar dan telaten merawat Pak Wagiono.

Pak Wagiono kemudian mendapatkan bantuan dari Tzu Chi berupa biaya hidup dan dua pak diaper. Hingga kini, sudah satu tahun lebih Pak Wagiono menerima bantuan dari Tzu Chi.

Watisih awalnya sangat tidak terima dengan keadaan yang menimpa suaminya, “Dari awal dia sakit sampai dua tahun, saya tidak ikhlas. Hampir tiap hari saya nangis. Setelah dua tahun ke sini tetap berdoa. Yah, emang ini sudah takdir, yah lama-lama jadi terima,” ujar Watisih.

Ketika bersedih Watisih tidak berani menangis di depan suami dan anaknya, ia selalu menangis di rumah orang tuanya. Watisih pun merasa sangat terbantu atas bantuan yang diberikan kepada suaminya. “Jangan kita terus yang dibantu, yang lain juga banyak yang mesti dibantu. Kadang saya merasa, di bawah saya ada yang lebih susah dari saya,” ucap Watisih. Watisih juga memberi semangat kepada suaminya agar lekas sembuh, “Semangat yoo Pak semangat, kan katanya mau nemenin saya ke mana-mana,” ujar Watisih kepada suami.

Dulunya ternyata Watisih dan Wagiono punya cita-cita ingin ke kantor Tzu Chi dan menjadi relawan Tzu Chi setelah menonton tayangan inspiratif di DAAI TV. “Kita dulu pernah punya cita-cita mau daftar ke Tzu Chi jadi relawan, enggak taunya malahan kita yang dibantu sama Tzu Chi,” ujar Watisih sambil terisak.

Watisih sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tzu Chi atas bantuannya selama ini, “Buat relawan Tzu Chi, semoga sehat selalu banyak rejekinya. Dan yang menolongnya yang saya suka itu tidak melihat ras, suku, dan agama,” ujar Watisih.

Hendrawati (kanan) relawan Tzu Chi memberi semangat kepada Pak Wagiono untuk cepat sembuh dan kembali berjalan.

Tiga relawan yang pada Kamis, 23 November 2023 datang menjenguk keluarga Pak Wagiono juga ikut terharu mendengar kisah kehidupan keluarga Pak Wagiono. Salah satunya adalah Hendrawati, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1. Sudah tiga kali ia berkunjung ke rumah Pak Wagiono dan melihat perkembangannya. “Harapan saya untuk Bapak Wagiono biar cepat sembuh, semoga bisa cepat jalan kembali,” ujar Hendrawati.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Merayakan Waisak Bersama Akong dan Ama

Merayakan Waisak Bersama Akong dan Ama

25 Mei 2018
Bulan Mei merupakan bulan yang istimewa, karena pada bulan ini Yayasan Buddha Tzu Chi merayakan Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi sedunia. Pada Minggu 20 Mei 2018, anak-anak kelas budi pekerti Tzu Shao Men mengunjungi Panti Jompo Taman Bodhi Asri Binjai Medan, Sumatera Utara dalam rangka perayaan Waisak.
Bahagia Melihat Keceriaan Ayuni

Bahagia Melihat Keceriaan Ayuni

07 Desember 2023

Ayuni (8) penderita TBC tulang belakang bisa pulih berkat dukungan relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang rutin memberikan susu formula dan bantuan biaya pengobatan yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan.   

Tetap Semangat, Tak Ada Kata Putus Asa

Tetap Semangat, Tak Ada Kata Putus Asa

23 Mei 2022

Relawan Tzu Chi dari komunitas Xie Li Bogor  Rabu 18 Mei 2022 mengunjungi Retno (63), warga Cibinong yang tengah berjuang untuk sembuh dari kanker payudara stadium 4.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -