Kasih Sayang Ibu Menjadi Kekuatan untuk Yus Rosim

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Jumiati (paling kanan) merasa terharu menerima bingkisan beras dan sembako dari relawan Tzu Chi yang mengunjunginya di rumah singgah untuk melihat kondisi putranya yang tengah berjuang menjalani pengobatan.

Di Provinsi Riau, tepatnya di Kota Pekanbaru ada seorang pemuda bernama Yus Rosim yang berusia 32 tahun. Sehari-hari Yus bekerja di warung makan untuk membantu ekonomi keluarga.  Keseharian Yus yang ceria dan penuh semangat berubah 180 derajat ketika ia dinyatakan menderita tumor di batang otak besar.

Yus Rosim mulai merasakan sakit sejak tahun 2018.  Ia sering mengalami sakit kepala berat, dan penglihatannya serta pergerakan motoriknya mulai terganggu. Jumiati (50) sang ibu menjelaskan di tahun 2021 kondisi Yus semakin menurun. Berdiri dan berjalan sudah tidak bisa, artinya segala sesuatu harus dibantu, dan Jumiatilah yang merawat Yus sehari-hari.

Pada awal tahun 2021 itu, Yus sempat dibawa ke RS Santa Maria dengan biaya umum. Keterbatasan biaya membuat keluarga harus memindahkan Yus ke ke RS Pekanbaru Medical Center (PMC) dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Dari rumah sakit ini Yus dirujuk kembali ke RS Awal Bros Pekanbaru.

“Semua keluarga dan kerabat Yus turut membantu (biaya), termasuk dari teman-teman kerjanya dulu,” jelas Jumiati.  Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, dokter menyimpulkan bahwa ada tumor di batang otak besar Yus Rosim, namun tidak bisa diangkat (operasi). Selanjutnya, Yus di rujuk ke RS Dharmais Jakarta.

Perjuangan Seorang Ibu
Pada Bulan Juli 2023, Yus mendapat bantuan dari Dinas kesehatan Kota Pekanbaru untuk menjalani pengobatan di RS. Dharmais Jakarta. Jumiati yang mengajukan bantuan ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Riau. Biaya transportasi dan akomodasi Yus dan Jumiati ditanggung oleh Pemerintah Kota Pekanbaru (Dinas Kesehatan).

Yus Rohim menceritakan perjuangan ibunya dalam merawat, mendampingi, dan membawanya ke dokter. Yus berjanji untuk membalas budi kepada ibu dan keluarganya kelak jika sudah bisa bekerja kembali.

“Saya sangat bersyukur dan terima kasih kepada Dinkes Riau, saya dibantu biaya penerbangannya, biaya makan, dan indekos kami berdua sudah ditanggung oleh Dinkes Pekanbaru Riau sampai saat ini,” ucap Jumiati.

Satu bulan di Jakarta Yus menjalani pemeriksaan di RS Dharmais Jakarta, mulai dari pemeriksaan di poli bedah saraf hingga poli saraf, dan dokter memutuskan bahwa Yus harus menjalani enam kali kemoterapi. Namun, biaya kemoterapi ini tidak ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.

“Jadi saya bingung mau ke mana ini anak saya,” ujar Jumiati dengan suara bergetar. Yus sudah dewasa, dan tidak mungkin Jumiati mengatakan untuk kembali pulang ke Riau karena biaya kemoterapi sangat mahal. “Yuk pulang Nak, Mak gak ada duit, kan gak mungkin, Pak,” ucap Jumiati lirih.

Dalam kecemasan dan kebingungan itu Jumiati berdiskusi dengan para orang tua yang berada di Rumah Hijau (rumah singgah khusus orang yang berobat) sambil mencari informasi yayasan sosial yang bisa membantu biaya pengobatan melalui smartphone.

Di smartphone itu langsung keluar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, dan Jumiati segera mencari alamatnya. “Saya berempat (para orang tua) pergi ke PIK ke Yayasan Buddha Tzu Chi,” ujar Jumiati.

Jumiati disarankan untuk menghubungi relawan Tzu Chi Pekanbaru sambil membawa dokumen keluarga. “Saya langsung suruh Bapak(suami) di kampung untuk pergi ke Kantor Tzu Chi Pekanbaru,” ujar Jumiati. Berselang dua minggu melalui proses survei oleh relawan Tzu Chi Pekanbaru diputuskan Yus Rosim layak dibantu biaya pengobatan kemoterapinya oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

“Allah SWT sudah mengirimkan Yayasan Buddha Tzu Chi buat membantu saya. Tanpa Yayasan Tzu Chi, Yus gak bisa berobat,” ucap Jumiati lirih.

Elly Widjaya, relawan Tzu Chi yang sejak bulan Agustus 2023 selalu mendampingi Yus Rohim dan Jumiati. Elly banyak belajar dari Jumiati sebagai seorang ibu yang sangat sayang dan sabar dalam merawat putranya.

Saat ini Yus sudah menjalani lima kali kemoterapi dari enam kali kemo yang dijadwalkan. Kondisi fisik Yus juga semakin membaik. Yus harus meminum obat kemo pada pukul 21.00 WIB, dan berselang beberapa menit, efek obat bereaksi, Yus menggigil, demam, badan terasa sakit, mual-mual, kepala pusing, dan mata terasa panas.

“Saya berpikir ini pengaruh obat kemo karena saya mau sembuh,” tegas Yus dengan bicara yang masih terbata-bata, “saya mau terima kasih pada ibu yang selalu urus saya, saya ingin sembuh, saya juga terima kasih pada Yayasan Buddha Tzu Chi yang sudah membantu saya.”

Jumiati berharap pengobatan kemoterapi Yus yang hanya tersisa satu kali lagi bisa lancar dan setelah menjalani pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) semoga tumornya sudah hilang.

“Harapan saya itu nanti setelah terakhir kemo di MRI lagi semoga hasilnya membaik tumornya sudah bersih dan saya bisa pulang  dengan membawa anak saya yang sudah sehat,” kata Jumiati berharap.

Kunjungan Relawan Tzu Chi
Di lantai tiga sebuah kamar kecil berukuran 3 x 3 m² ini Yus dan Jumiati sudah enam bulan tinggal di Rumah Hijau yang berada di belakang RS Dharmais Jakarta. Jumiati menjalani hari-harinya yang penuh tantangan merawat Yus. Ketika relawan Tzu Chi Elly Widjaja dan Lulu Ramadhan dari komunitas He Qi Barat 2 mengunjunginya, relawan di sambut gembira oleh Jumiati  dan Yus.

Jumiati sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi dan relawan Tzu Chi di Pekanbaru dan Jakarta yang sudah membantu dan mendampinginya dalam menjalani pengobatan putranya.

Elly dan Lulu yang sejak awal mendampingi Yus mengungkapkan kegembiraannya melihat kemajuan kesehatan Yus. “Saat Agustus 2023, kami datang survei ke sini, dan kondisi Yus tidak secerah sekarang. Jalannya lambat tertatih-tatih, bicaranya tidak lancar,” ujar Elly.

Setelah lima bulan sejak Elly survei, kondisi Yus kini sudah jauh lebih sehat. Elly berharap Yus lebih semangat lagi dalam menjalani kemoterapi yang hanya satu kali lagi. Semoga habis kemo ini Yus sudah sembuh, walaupun belum total tetapi sudah menuju kesembuhan dan harus berbakti kepada Ibunya karena sudah dampingi Yus dengan tabah dan sabar,” kata Elly berpesan.

Yus ingin sekali bisa sembuh dan kembali ke kampung halamannya. “Saya ingin seperti teman-teman yang lain, saya ingin berkeluarga, punya kerjaan, dan bisa membantu orang yang membutuhkan,”ucap Yus bertekad.

Jumiati juga sangat terbantu (administrasi) dengan adanya staf badan misi amal Tzu Chi mendampinginya dalam pengobatan di rumah sakit.

Dalam kesempatan itu Jumiati juga mengungkapkan jika ia sudah mulai menyisihkan dana walaupun tidak besar untuk berbagi melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Alhamdulilah saya sudah menyisihkan rezeki saya walaupun tidak banyak sudah saya lakukan,” ungkap Jumiati.

Perjuangan Yus melawan penyakitnya membuktikan bahwa cinta seorang Ibu untuk anak melebihi segalanya, menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk anak-anaknya.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Tumbuhkan Semangat Cinta Kasih Melalui Kunjungan Kasih

Tumbuhkan Semangat Cinta Kasih Melalui Kunjungan Kasih

02 April 2024

Relawan Tzu Chi dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk bersama Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) mengadakan kunjungan kasih di Panti Werdha Graha Lansia Marfati, Tangerang dan di Yayasan Terbit Kasih Bangsa,  Tangerang.

Andi yang Kembali Memulai Hidup dari Awal

Andi yang Kembali Memulai Hidup dari Awal

08 November 2017

Mirip dengan kisah Amir, warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Meulaboh, Aceh. Andi pun harus merelakan kaki kanannya untuk diamputasi sampai batas dengkul. Bukan karena tersengat aliran listrik, namun karena kecelakaan ketika berkendara. Kehadiran relawan Tzu Chi menguatkannya kembali.

Perhatian untuk Kakek dan Nenek di Panti Wreda Senjarawi

Perhatian untuk Kakek dan Nenek di Panti Wreda Senjarawi

04 April 2016

Pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2016, relawan Tzu Chi Bandung mengunjungi Panti Wreda Senjarawi Bandung, Jawa Barat. Sebanyak 15 relawan menghibur dan melayani para penghuni panti, layaknya orang tua sendiri. Para relawan memijat, membagikan makanan, serta mencukur rambut dan janggut para penghuni panti.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -