Kasih Sayang Insan Tzu Chi untuk Zeba

Jurnalis : Erli Tan, Metta Wulandari, Fotografer : Tim Redaksi

Jumat 25 Maret 2022, di rumah Zeba daerah Cipondoh-Tangerang, dua relawan Tzu Chi yaitu Goh Poh Peng (kiri) dan Ernie Lindawati (tengah) dengan hati-hati dan penuh kelembutan membujuk Zeba agar mau menjalani ujian sekolah.

Nanti mau ujian kan.., kamu siap kan...“
Em...”
Kamu harus ikut ujian ya... Guru-guru semua sayang kamu loh hari ini dateng!”
“Ya.”
“Kalo kamu tidak mau, guru-guru juga tidak bisa bantu apa-apa. Kamu sendiri yang harus niat, harus semangat, bantu diri kamu sendiri. Jadi kamu mau kan, bersedia ...?”

Dengan suara lembut dan hati-hati Goh Po Peng dan Ernie Lindawati, dua relawan Komite Tzu Chi membujuk Zeba Rachma Mawardi (15) yang sedang dalam kondisi sakit dan terbaring di tempat tidur. Mereka memegang tangan Zeba dan mengelusnya lembut. Tak lama dibujuk, Zeba pun tersenyum melihat kedua Shigu (panggilan untuk relawan Tzu Chi setara ibu) yang sudah ia kenal sejak kecil. Walau cenderung diam dan setiap bujukan shigu dijawabnya singkat, namun Zeba akhirnya mengiyakan juga. Dalam kondisi sakit, wajar Zeba menjadi sedikit moody, manja, atau kurang stabil emosinya, apalagi di usianya yang masih remaja.

Pagi itu, Jumat 25 Maret 2022 di rumahnya di daerah Cipondoh, Tangerang, Banten, selain Goh Poh Peng dan Ernie Lindawati, Zeba juga dikunjungi empat gurunya dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Kunjungan ini dalam rangka memberikan ujian sekolah bagi Zeba. Sudah tiga bulan ini Zeba tidak fokus bersekolah karena kedua kakinya lumpuh dan tidak bisa berjalan. Menurut dr. Gunawan Susanto, Sp.BS yang memeriksa Zeba di Tzu Chi Hospital beberapa waktu lalu, kelumpuhan pada kaki Zeba dikarenakan penyakit tuberkulosis tulang.

Dari tanggal 17 Januari 2022 hingga 9 Maret 2022, Zeba dirawat di Tzu Chi Hospital. Di sini Zeba juga menjalani prosedur laminektomi dekompresi, yaitu bedah yang dilakukan untuk membebaskan sumsum tulang belakang dari penjepitan akibat destruksi dan dislokasi tulang belakang.

Gejala yang dialaminya berawal dari sakit pinggang, lalu memburuk secara bertahap hingga akhirnya hanya bisa berbaring. “Zeba mulai tidak bisa jalan tanggal 23 Desember 2021, sebelumnya dia masih bisa datang ke pesta pernikahan saudara di tanggal 19 Desember 2021. Dia masih bisa berdiri, tapi memang sudah aneh menurut penglihatan saya,” cerita Edi, ayah Zeba. Oleh keluarganya, seminggu setelah tidak bisa berjalan itu, Zeba lalu dibawa ke RS Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng untuk diperiksa. Namun karena fasilitas yang kurang lengkap sehingga tidak dapat dideteksi apa sebenarnya yang terjadi pada Zeba.

Karena sudah dua minggu Zeba izin absen dari sekolah maka relawan Tzu Chi bersama guru sekolah pun berkunjung ke rumah Zeba pada 13 Januari 2022. Melihat kondisi Zeba yang butuh penanganan lebih lanjut, maka dari pihak Tzu Chi pun menganjurkan agar Zeba dibawa ke Tzu Chi Hospital di PIK, Jakarta Utara. Maka pada tanggal 17 Januari 2022 hingga 9 Maret 2022, Zeba pun dirawat di Tzu Chi Hospital.

Di Tzu Chi Hospital, setelah diperiksa oleh dr.Gunawan Susanto, Sp.BS, Zeba didiagnosis menderita herniated nucleus pulposus (saraf terjepit) dan tuberkulosis tulang. Dokter menganjurkan agar Zeba segera dioperasi supaya kondisinya tidak memburuk. Atas persetujuan keluarga maka Zeba pun dioperasi pada tanggal 25 Januari 2022. Operasi yang ditangani oleh dr.Gunawan selama 6,5 jam ini adalah prosedur laminektomi dekompresi, yaitu bedah yang dilakukan untuk membebaskan sumsum tulang belakang dari penjepitan akibat destruksi dan dislokasi tulang belakang. Kemudian dilakukan implan tulang belakang untuk menopang kekuatan tulang belakang pasien.

“Dokter bilang kemungkinan bisa jalannya sudah kecil sekali. Itu yang membuat keluarga ngedrop. Tapi pas abis operasi, lalu rutin fisioterapi, dia udah bisa duduk, kakinya sudah bisa ada rasa. Kalau dicubit-cubit sama Dokter Gunawan udah berasa. Kita jadi makin semangat dan semoga ada harapan,” ucap Adis, kakak Zeba yang mendampinginya saat di rumah sakit.

Rabu, 9 Maret 2022, Zeba keluar dari Tzu Chi Hospital, ditemani relawan dan staf Bakti Amal Tzu Chi serta keluarganya, yaitu abangnya Aris (kedua dari kiri) dan kakaknya Adis (keempat dari kiri).

Jalinan Jodoh Dekat Bagai Keluarga
Zeba yang saat ini duduk di kelas 3 SMP Cinta Kasih Tzu Chi merupakan anak ketiga dari Almh. Zainah Mawardi, yang mana semasa hidupnya Bu Zainah adalah guru dan Kepala Sekolah Dasar (SD) Cinta Kasih Tzu Chi serta relawan Komite Tzu Chi yang berdedikasi. Bu Zainah termasuk salah satu sosok yang berjasa bagi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi karena ikut merintis sekolah ini sejak awal dibuka pada tahun 2003. Semasa Bu Zainah sakit sebelum akhirnya meninggal, relawan dan para guru mendampinginya dengan penuh kasih sayang dan dekat bagai keluarga. Goh Poh Peng adalah salah satunya.


Adis, kakak Zeba, dari awal sebenarnya merasa sungkan untuk memberitahukan kondisi Zeba kepada Goh Poh Peng, karena merasa sudah terlalu banyak curahan kasih yang mereka terima dari insan Tzu Chi ketika Bu Zainah masih hidup.

“Dulu almarhumah ibu sudah banyak banget dibantu, saya nggak mau kayak merepotkan lagi. Setelah ibu nggak ada, saya juga jarang keep in touch sama shigu-shigu. Ternyata mereka masih anggap saya dan adik-adik adalah anak mereka, ternyata masih sangat dipedulikan. Saya sangat terharu sekali karena Tzu Chi masih peduli terhadap keluarga saya. Bener-bener baik banget,” ungkap Adis haru.

Tahun 2017, ibu Zeba yaitu Almah Zainah Mawardi (paling kanan) ditemani Goh Poh Peng (tengah) saat mengikuti pelantikan relawan Komite Tzu Chi di Taiwan. Semasa hidupnya, beliau adalah guru Sekolah Cinta Kasih dan relawan Tzu Chi yang sangat berdedikasi.

Sementara itu Edi, ayah Zeba mengaku sebenarnya ia masih trauma dengan pengalaman pahit masa lalu saat ditinggal istri tercinta. Mendengar hasil diagnosis Zeba, ia terkejut karena proses yang terjadi juga cepat sekali.

“Kaget saya luar biasa. Sangat cepat sekali. Saya pun masih trauma. Jujur, nggak bisa menerima kehilangan lagi. Makanya ketika tahu Zeba sakit, saya ini gimana? Takut sekali. Makanya saya maunya dia cepat sembuh lagi. Dengan dukungan dari relawan, saya bisa kembali semangat. Zeba juga semangat karena banyak shigu yang dampingi,” kata Edi lega. Selain dukungan moril, seluruh biaya perawatan dan operasi Zeba selama di TCH juga dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Setelah keluar dari rumah sakit, Zeba juga diberi bantuan berupa ranjang pasien, kursi roda, dan pispot duduk.

Pendampingan Tanpa Henti

Ketika pulang dari Tzu Chi Hospital tanggal 9 Maret 2022 lalu, Zeba mendapat sebuah kejutan berupa sebuah poster berisi ucapan dukungan dari guru-guru dan teman-teman sekolahnya. Poster ini kemudian ditempel di dalam kamarnya.

“Selama Mamanya (Bu Zainah) sudah engga ada, terus terang (saya) agak kurang perhatian ke dia (Zeba). Saya cuma tanya aja ke guru-guru, dan mereka selalu bilang baik-baik aja. Ya sudah, gitu aja. Tapi setelah tahu dia sakit itu, hati saya merasa sedih,” ujar Goh Poh Peng sedikit menyesal. Demi “menambal” kekurangan itu, saat Zeba hendak keluar dari Tzu Chi Hospital pada tanggal 9 Maret 2022 lalu, Goh Poh Peng pun berpikir bagaimana agar bisa membuat Zeba merasa senang.

“Saya mau kasi surprise, saya pesan ke guru, bikinkan kartu, welcome home untuk Zeba biar dia senang. Laoshi (guru) semua juga kerja samanya bagus banget, mereka bikinkan karton (poster). Nah waktu itu kita datang, buka kasi dia lihat, dia seneng banget, hepi banget, terus kita bacain, ‘ini loh dari guru mana, ini loh artinya apa’, dia seneng,” ujar Goh Poh Peng puas bercampur haru.

Poster tersebut berisi ucapan dukungan dan semangat dari teman-temannya di kelas 9B serta guru-gurunya. Terlihat selain bahasa Indonesia, ada juga yang menggunakan bahasa Mandarin, Inggris, dan Korea. Poster ini kemudian ditempelkan di kamar Zeba, di titik yang gampang terlihat olehnya. Di kamar ini juga dalam posisi berbaring, Zeba menjalani ujian sekolah yang kebetulan jadwal pertamanya adalah bahasa Mandarin.

“Posisi Zeba kan tidur, saya tanya dia, ‘Zeba mau duduk aja gak?’, dia bilang coba tidur dulu. Ya udah saya juga gak mau maksa. Soal pilihan ganda dia kerjakan sendiri, saya menunggu di samping. Untuk soal uraian saya pegangin hp-nya, saya perbesar supaya dia lebih enak lihatnya,” kata Christina Tjung, guru Mandarin SMP Cinta Kasih menjelaskan proses ujian Zeba.

Zeba mengikuti ujian bahasa Mandarin dalam kondisi berbaring. Ia didampingi dan dibantu oleh guru bahasa Mandarinnya, Christina Tjung.

Menurut Guru Bidang Kesiswaan SCK Tzu Chi Nur Qomariyansyah Sucipto, walaupun dalam kondisi sakit tiga bulan ini, ternyata Zeba masih mengikuti semua informasi yang ada di dalam grup sekolah. Sehingga dari pihak sekolah tidak begitu kesulitan untuk langsung menyiapkan soal ujian bagi Zeba.

“Tujuannya jelas, kami ingin Zeba lulus dan memiliki ijazah SMP Cinta Kasih Tzu Chi. Kita tidak tahu masa depan anak didik kami nanti mau jadi apa atau seperti apa, makanya kami pengen banget gimana caranya biar anak ini lulus dan memiliki ijazah,” ucap Nur Qomariyansyah Sucipto yang biasa dipanggil Pak Nur. Pihak sekolah berupaya semaksimal mungkin agar pendidikan siswa-siswinya jangan sampai terhenti. Menurutnya, perlakukan bagi Zeba ini tidaklah berlebihan, karena bagi murid lain pun jika terkondisi demikian, semua juga akan diperlakukan sama.

“Ya yang selama bisa dibantu pasti kita bantu, siapa pun itu sebenarnya, tapi kebetulan Zeba adalah salah satu anaknya Almarhumah (Bu Zainah), jadi.. kalo dibilang beda, ya enggak juga, tapi kita lebih kayak.. ‘Almarhumah udah bangun loh sekolah kita’, sekarang kita bisa bantu apa, ya ini salah satunya,” jelas Pak Nur yang mengaku akhir-akhir ini jadi dekat dengan keluarga Zeba sejak Zeba sakit. Ia pun amat bersyukur tatkala Zeba menyatakan bersedia mengikuti ujian secara online setelah itu. “Secara kualitas tidak membedakan anak yang sedang sakit dengan yang sehat. Bersyukur banget saya!”

Harapan Semua Orang

Edi, ayah Zeba (kanan) mendapat pengarahan dan penjelasan dari Nur Qomariyansyah Sucipto, guru Bidang Kesiswaan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mengenai pembelajaran dan ujian Zeba kali ini.

Usai ujian bahasa Mandarin, Zeba kembali dihampiri shigu-shigu di kamarnya. Goh Poh Peng dan Ernie kembali memegang tangan dan mengelusnya lembut. Goh Poh Peng membisikkan, “Jangan cemberut loh, harus senyum loh, yah…! Shigu sayang, Laoshi juga sayang. Ya…” Kali ini wajah Zeba kembali cemberut karena shigu-shigu hendak pamit pulang.

Perjalanan Zeba masihlah panjang, pendampingan yang diberikan tidak akan berhenti sampai di sini. Zeba masih perlu melakukan kontrol dan rawat jalan ke rumah sakit. Harapan semua orang Zeba dapat kembali melanjutkan hidupnya dengan berkualitas.

“Harapannya ya dia bisa meneruskan pendidikannya, jangan karena sakit langsung putus asa, karena selama ini dia agak putus asa. Jadi ya mungkin kitalah shigu-shigu dan guru-guru, yang harus lebih mendekatinya, mendampingi supaya dia bisa kuat kembali untuk melanjutkan SMA atau SMK-nya,” harap Goh Poh Peng.

Edi juga tidak mau memaksa anaknya, semua pilihan mengenai pendidikan ia serahkan pada kemauan Zeba sendiri. “Ya tergantung Zeba dia maunya ke mana, tergantung pemikirannya sendiri. Jadi saya cuma mengarahkan aja. Dari guru-guru juga ada pengarahan ke kami,” tutur Edi.

Pada kesempatan itu Edi sekali lagi mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah membantu. “Saya terbantu sekali. Saya betul-betul mengucapkan terima kasih kapada semuanya yang sudah membantu terutama Dokter Gunawan, relawan, yayasan, dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang betul-betul memperhatikan anak saya Zeba. Dari pengobatan sampai ujian sekolah betul-betul diperhatikan. Jadi saya mengucapkan banyak terima kasih pada guru-guru dan shigu-shigu,” ucap Edi penuh syukur.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Kasih Sayang Insan Tzu Chi untuk Zeba

Kasih Sayang Insan Tzu Chi untuk Zeba

29 Maret 2022

Relawan Tzu Chi dan guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mengunjungi Zeba Rachma Mawardi (15) di rumahnya untuk memberikan ujian sekolah pada Jumat, 25 Maret 2022.

Dukungan dan Semangat untuk Zeba

Dukungan dan Semangat untuk Zeba

04 April 2022

Relawan Tzu Chi datang mengunjungi Zeba, penderita tuberkulosis (TB) tulang untuk diperkenalkan dengan Solihah yang juga menderita penyakit yang sama. Relawan berharap Zeba dapat belajar dari Solihah yang bisa bangkit dari keterpurukan.

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -