Kasih Tiada Henti

Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara)
 
 

foto Secara rutin relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih kepada para Gan En Hu (penerima bantuan) Tzu Chi. Tidak hanya mengobati fisik, namun semangat dan mental para penerima bantuan ini juga perlu dikembangkan terus menerus.

”Dengan membaur di dalam kehidupan bermasyarakat dan melakukan sesuatu secara nyata, baru kita dapat mengenal kehidupan yang sesungguhnya”.

Master Cheng Yen

 

Minggu pagi tepatnya tanggal 5 November 2010, kembali relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Utara melakukan kegiatan kunjungan kasih. Kunjungan Kasih adalah wujud kepedulian dan perhatian kepada para Gan En Hu (penerima bantuan)Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Mengapa harus diadakan kunjungan kasih secara rutin? Itu karena visi dan misi Tzu Chi yang betul-betul menaruh perhatian kepada setiap Gan En Hu. Karena tujuan dari pemberian bantuan tersebut adalah mengobati, kemudian setelah sehat para Gan En Hu itu bisa mandiri, dan kemudian bisa mengembangkan cinta kasihnya dengan membantu orang lain.

Keluarga Maryo
Sebelum melakukan kunjungan kasih, pertama-tama para relawan terlebih dahulu mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen. Setelah itu para relawan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berkunjung ke tempat yang berbeda-beda. Ada yang berbeda dalam kunjungan kasih kali ini, selain melakukan kunjungan kasih para relawan juga menyampaikan sebuah undangan kepada Gan En Hu yang beragama Kristen untuk merayakan hari Natal dan Tahun baru di Jing-Si Books and Cafe Pluit, Jakarta Utara.

Perjalanan akhirnya di mulai. Satu per satu kelompok dengan wajah penuh sukacita meninggalkan Jing-Si Books & Cafe Pluit menuju rumah Gan En Hu. Tempat pertama yang dikunjungi kelompok Leo, Simon, Oey Ze Khem dan Metha Susanti adalah pasien bernama Maryo (18) yang tinggal di Rawa Bebek Jakarta Utara. Pasien ini mengalami kecelakaan lalu lintas. Motor yang ditumpanginya jatuh akibat terlampau kencang sehingga terjatuh ketika direm mendadak di polisi tidur. Tubuh anak muda itu terpelanting dan tak sadarkan diri. Ia lalu dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Kemayoran. Ibunya kaget dan panik mendapat berita sang buah hati berada di rumah sakit.

Ketika siuman di rumah sakit, pasien tidak bisa berjalan alias lumpuh dan tidak bisa berbicara. Sanak keluarga datang mengulurkan tangan karena pasien berasal dari keluarga kurang mampu. Ayah Maryo sudah meninggal, dan otomatis kedua kakak perempuannyalah yang bekerja dan menopang kehidupan keluarga ini. Tetapi pengobatan yang terus berlanjut membuat satu per satu keluarga mulai berhenti membantu sehingga ibu dan kakak-kakak Maryo kelabakan mencari biaya pengobatan. Pada saat kritis itulah jalinan jodohnya dengan Tzu Chi dimulai. Ada tetangga yang menganjurkan untuk memohon bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Setelah dilakukan survei akhirnya yayasan memberikan bantuan pengobatan untuk pasien sampai keluar dari rumah sakit.

foto  foto

Keterangan :

  • Selain melakukan kunjungan kasih, relawan juga menyurvei beberapa calon penerima bantuan pengobatan Tzu Chi. Hal ini memberikan kesempatan kepada relawan yang belum pernah melakukan suvei juga bisa memperoleh pengalaman dalam menyurvei calon pasien Tzu Chi. (kiri)
  • Usai menunaikan tugas, relawan kembali ke Jing-Si Books & Café Pluit, Jakarta Utara. Satu per satu kelompok melakukan sharing apa yang mereka lihat dan rasakan dalam kegiatan kunjungan kasih hari itu. (kanan)

Saat relawan melakukan kunjungan kasih ini, sang ibu mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan perhatian para relawan kepada mereka. Kini putranya sudah bisa berjalan dan berbicara dengan lancar. Para relawan tak lupa memberikan sebuah undangan perayaan Hari Natal kepadanya. Dengan perasaan bahagia dan gembira Maryo dan ibyunya menerima undangan para tersebut.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Teluk Gong Raya. Di sana relawan bukan melakukan kunjungan kasih, tetapi juga survei calon pasien penanganan khusus. Menurut Saor Suhan yang lebih dikenal dengan pangilan Mao Hua dan Lim Ye Jiao, menyelipkan survei di saat melakukan kunjungan kasih bertujuan agar para relawan yang tidak pernah ikut survei kasus mendapatkan pengalaman baru yang berharga.

Usai menunaikan tugas, relawan kembali ke Jing-Si Books & Café Pluit, Jakarta Utara.  Satu per satu kelompok melakukan sharing apa yang mereka lihat dan rasakan dalam kegiatan kunjungan kasih hari itu. Pada umumnya menurut relawan yang berkunjung, para Gan En Hu mengucapkan rasa syukur dan terima kasih mereka pada Tzu Chi dan para relawan yang begitu perhatian pada mereka.

Di pihak relawan sendiri, sebenarnya apa yang mereka dapat dalam kegiatan kunjungan kasih kali ini? Ternyata banyak sekali yang didapat, salah satunya adalah rasa syukur akan keadaan mereka saat ini, bersyukur pada kesehatan tubuh mereka. “Banyak sekali yang didapat di Tzu Chi,” kata Liwan Shixiong saat menutup kegiatan kunjungan kasih kali ini.
  
 

Artikel Terkait

Berbagi Kebahagiaan dengan Baksos Kesehatan

Berbagi Kebahagiaan dengan Baksos Kesehatan

10 Desember 2019

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada tanggal 6-8 Desember 2019 mengadakakan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-130 di RS Unggul Karsa Medika Bandung, Jawa Barat. Sebanyak 248 pasien katarak, pterygium, sumbing, bedah minor, dan hernia berhasil menjalani operasi.

Peringati Hari Ibu, 1300 Anak Basuh Kaki Ibu Secara Bersama

Peringati Hari Ibu, 1300 Anak Basuh Kaki Ibu Secara Bersama

19 Desember 2016
Ribuan anak membasuh kaki ibunya dan mengungkapkan cinta kasih secara bersama-sama. Kegiatan yang digelar DAAI TV pada 17 Desember 2016 di Pasar Seni Ancol ini diikuti oleh 1300 pasang ibu dan anak atau 2600 peserta. Karena banyaknya jumlah peserta, MURI memberikan rekor dunia, Membasuh Kaki Ibu dengan jumlah peserta terbanyak yang pernah dilakukan secara bersama di satu tempat.
Peduli Banjir di Indragiri Hulu

Peduli Banjir di Indragiri Hulu

05 Maret 2024

Relawan dan Dharma Wanita Xie Li Indragiri menyalurkan bantuan sembako untuk warga di tiga desa di Kabupaten Indragiri Hulu yang terdampak banjir.

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -