Kasih untuk Masyarakat Nias

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan, Fotografer : Rusli dan Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan
 
 

fotoRelawan Tzu Chi Medan dengan penuh perhatian mendampingi para pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi di Pulau Nias.

Sebuah jalinan cinta kasih antara Tzu Chi dengan masyarakat Nias kembali terjalin. Jejak cinta kasih Tzu Chi di pulau Nias adalah bermula dari pemberian bantuan pascabencana gempa pada tahun 2005. Setelah dilakukan persiapan beberapa bulan, maka pada tanggal 2 – 6 Juni 2011, Tzu Chi kembali mempererat jalinan cinta kasihnya di Pulau Nias dalam rangka bakti sosial kesehatan operasi katarak dan pemeriksaan THT gratis di dua tempat yang berbeda.

Pada tanggal 2 dan 3 Juni 2011, bakti sosial dilaksanakan di Balai Pengobatan St. Margaretha, Laverna , Gunung Sitoli. Kemudian dilanjutkan pada tanggal 4 sampai tanggal 6 Juni 2011 di Rumah Sakit Stella Maris, Bintang Laut-Teluk Dalam. Tingkat penderita katarak di Pulau Nias adalah salah satu yang tertinggi di Indonesia. Mengingat kondisi ekonomi masyarakatnya yang terbatas, membuat banyak sekali warga tidak dapat berpergian ke Medan untuk menjalankan operasi katarak.

Rombongan relawan Tzu Chi Medan yang pertama sudah tiba di Gunung Sitoli pada tanggal 1 Juni 2011 dan langsung menuju lokasi bakti sosial. Tim relawan selanjutnya tiba pada tanggal 2 Juni 2011 dan kemudian dilaksanakan sebuah acara seremoni singkat. Drs. Martinus Lase, M.SP selaku Walikota Gunung Sitoli langsung memberikan sambutan yang hangat dan sekaligus untuk menandakan acara bakti sosial secara resmi dilaksanakan di Balai Pengobatan St. Margaretha.

Suster Klara Duha selaku kepala Balai Pengobatan St. Margaretha merupakan salah seorang yang sangat berperan dalam misi kemanusiaan di Gunung Sitoli. Ia jauh hari sebelumnya dengan sepenuh hati telah mempersiapkan semuanya demi kelancaran bakti sosial ini. Asiong yang juga merupakan salah satu pengusaha juga memberikan dukungan penuh.

foto  foto

Keterangan :

  • Rombongan Tzu Chi Medan tiba di Bandara Binaka Nias dan langsung bersiap menuju ke lokasi baksos kesehatan. (kiri)
  • Tim medis kembali memeriksa mata para pasien yang sudah menjalani operasi katarak sehari sebelumnya. (kanan)

Tapak Wong selaku Ketua Majelis Buddhayana Indonesia Tingkat II Nias beserta anaknya, David Wong, juga turun tangan memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien dan keluarganya sekaligus membantu relawan Tzu Chi sebagai penerjemah. Selama di Gunung Sitoli terdapat 122 orang yang menjalani operasi katarak dan 151 orang yang mendapat fasilitas pemeriksaan THT di Balai Pengobatan St.Margaretha.

Setelah dua hari di Gunung Sitoli, tim bakti sosial bergerak ke Teluk Dalam, tepatnya di Rumah Sakit Stella Maris. Di sana tim disambut oleh suster Erminolda Situmeang selaku kepala rumah sakit. Para relawan langsung bergerak cepat mempersiapkan semuanya. Bupati Nias Selatan, Drs. Idealisman Dachi juga memberikan dukungannya yang maksimal. Ia berharap kegiatan yang sama seperti ini hendaknya dapat dilanjutkan di masa-masa yang akan datang karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi warganya sangat diperlukan. Salah seorang relawan lokal, Kurnianto Bali dengan bersemangat memberikan sumbangsihnya sebagai penerjemah. Mungkin ini adalah pekerjaan yang dipandang sangat kecil bagi orang lain tetapi peran seorang penerjemah selama bakti sosial berlangsung adalah sangat besar.

foto  foto

Keterangan :

  • Salah seorang tokoh masyarakat (baju merah) pun mencoba untuk membersihkan kaki pasien yang akan dioperasi. (kiri)
  • Safahina dengan sabar menunggu gilirannya untuk dioperasi. Nenek ini terus bercanda dengan para relawan yang mendampinginya. (kanan)

“Kalian bagaikan sinar mentari yang memberikan kehangatan kepada kami semua (setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia-red),” itulah tanggapan Safahina salah satu pasien katarak berumur 80 tahun. Selama bertahun-tahun Safahina tidak dapat melihat dengan jelas karena kedua matanya mengidap katarak. Setelah mendengar adanya operasi katarak gratis yang akan diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, ia langsung bergegas meninggalkan desanya yang berjarak 30 km. Waktu yang panjang dan sulitnya sarana transportasi tidak dihiraukan demi dapat melihat kembali alam Nias yang indah ini. Penghasilan yang tidak besar dari anak-anaknya yang hanya bekerja sebagai pemecah batu tidak memungkinkan untuk membawa ibunya untuk dioperasi di Medan. Meski di usianya yang telah lanjut, Safahina terus bersemangat dan malah memberi semangat kepada pasien yang lain agar tidak takut untuk menjalankan operasi.

Dari tanggal 4 sampai 6 Juni 2011, 70 orang menjalani operasi katarak dan 180 orang menjalani pemeriksaan THT di Rumah Sakit Stella Maris. Sebuah berkah bagi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Medan dapat mengikat jodoh yang baik dengan masyarakat di pulau Nias. Jalinan cinta kasih yang kembali terjalin ini, semoga dapat berlangsung selama-lamanya. Sebanyak 16 dokter, 12 perawat, dan 33 orang relawan yang ikut terlibat dalam bakti sosial ini.

  
 

Artikel Terkait

Cinta Lingkungan dan Kehidupan

Cinta Lingkungan dan Kehidupan

09 Januari 2009 Banyak orang memiliki pandangan keliru terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Memiliki anggota keluarga atau anak yang memiliki kekurangan fisik atau mental dianggap sebagai sebuah aib yang mencoreng keluarga. Menyembunyikan dan menjauhkan “anak-anak berkebutuhan khusus” dari lingkungannya menjadi cara beberapa orang untuk menutupinya. Tapi tidak demikian dengan kondisi di SLB C Dian Grahita, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Sui Mo Zu Fu:  Gan Xie

Sui Mo Zu Fu: Gan Xie

20 Januari 2012 Para pengisi acara Pemberkahan Akhir Tahun 2011 sangat bersemangat dalam membawakan setiap acara, mulai dari pemukulan genderang, isyarat tangan hingga pertunjukan drama. Di salah satu sisi acara, “Bodhisatwa kecil’  dari  Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng.
Suara Kasih: Benih Kebajikan yang Tak Terhingga

Suara Kasih: Benih Kebajikan yang Tak Terhingga

27 November 2012 Kita tak henti-hentinya menekankan warga Taiwan agar lebih menyerap Dharma ke dalam hati, mempraktikkan Dharma lewat tindakan nyata, serta membimbing orang lain dengan Dharma.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -