Kasih Untuk Tambora
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Selama tahun 2012, telah terjadi 15 kali kebakaran di keseluruhan daerah Tambora, dan di daerah jembatan besi sendiri telah terjadi dua kali kebakaran. Permasalahan kompleks yang dialami warga adalah karena kurang memadainya pengetahuan warga tentang listrik. Daerah Tambora sendiri merupakan daerah padat hunian, luasnya yang mencapai 542 hektar ternyata menampung 277.000 penduduk. Penduduk ini kebanyakan merupakan penduduk pendatang dari luar Jakarta yang bekerja sebagai karyawan konveksi di sekitar tambora, dan banyak lainnya. Mereka yang merupakan pendatang tinggal di rumah-rumah kos atau kontrakan yang berada di wilayah ini. Kompleksitas permasalahan sangat majemuk, dari kerapatan bangunan dan ditambah lagi dengan instalasi listrik yang penataannya kurang baik. Masih juga ditemukan adanya warga yang memakai listrik tidak sesuai dengan ketentuan, tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Ada juga warga yang masih mencuri listrik, akibatnya seperti ini, apabila terjadi hubungan arus pendek akan terjadi konsleting dan terbakar. Hal lain yang masih berkaitan dengan listrik adalah kabel yang tidak pernah diganti dari pembangunan rumah sampai saat ini.
Keterangan :
Drs. Isnawa Adjimap, yang merupakan lurah setempat menegaskan bahwa pihak RT maupun RW telah memberikan semacam pendidikan non-formal tentang bagaimana warga harus belajar bersahabat dengan listrik, namun semua kembali pada warga dalam kegiatan nyatanya. “Kami selalu menghimbau pada seluruh warga masyarakat bahwa tolonglah dalam penggunaan listrik, penggunaan alat-alat elektronik, saling mengingatkan diantara warga. Dari sana, kami sudah sering melakukan sosialisasi, sweeping listrik, dan sebagainya. Tapi kembali lagi, semua itu kembali kepada warga, bagiamana mereka ikut menjaga lingkungannya” ujarnya. “Berbagai upaya juga telah kami lakukan, mulai dari Pemerintah Profinsi Kota Jakarta barat, Kecamatan Tambora, maupun Kelurahan Jembatan Besi. Dinas pemadam juga telah memberikan alat pemadam api ringan (apar) kepada lokasi-lokasi rawan kebakaran, kemudian dari sini sendiri juga telah mengadakan BALAKAR atau Barisan Sukarela Kebakaran, kemudian kami juga telah membuat maping daerah-daerah rawan kebakaran. Tapi lagi-lagi kembali pada masyarakat dalam mendeteksi itu. Seperti apabila ada warga yang menggunakan steker menumpuk dengan sarana elektronik yang banyak sekali itu rawan, masih juga ada kabel-kabel dengan daya yang sangat kecil yang digunakan untuk seterika. Inilah yang sering kali memicu terjadinya kebakaran. Kami sendiri dari kelurahan, setiap minggu melakuakan sweeping listrik pada RT yang rawan terhadap kebakaran. Tapi kita juga tidak dapat meng-cover semua RT secara serentak,” jelas Isnawa. Memberikan Uluran Tangan
Keterangan :
Hari itu, relawan datang pagi-pagi sekitar pukul 9 untuk membagikan kupon kebakaran bagi warga. Sepanjang gang yang merupakan akses jalan tersebut banyak terlihat puing-puing sampah berwarna hitam legam tertumpuk disisi pinggir jalan. Kayu-kayu bekas terbakar juga masih memenuhi jalanan. Sementara banyak warga yang juga berusaha untuk merobohkan tembok rumah sisa terbakar, tembok-tembok tersebut ditakutkan akan ambruk seketika sehingga mereka menghancurkannya. Rumah demi rumah terlewati, pemandangannya masih tidak jauh beda, hancur dan hitam legam serta sudah tidak beratap. Jam 11 semua korban telah mendapatkan kupon bantuan, kemudian tepat pukul 12 siang para warga berbondong-bondong mendatangi lokasi pembagian paket kebakaran. Satu box berisi barang-barang keperluan sehari-hari tersebut memang belum cukup menghapus penderitaan yang mereka alami, namun senyum mereka terasa memberikan kepuasan dari dalam hati. “Saya sangat berterimakasih kepada Tzu Chi Indonesia kepada masyarakat di tambora. Tidak hanya dalam penanggulangan kebakaran, tapi Tzu Chi juga mewujudkan cinta kasihnya dengan kepedulian dengan sesama memberikan bantuan lain. Di beberapa kelurahan lain juga pernah memberikan bantuan beras cinta kasih dari Tzu Chi sebanyak 60 ton yang diperuntukkan bagi 3000 kepala keluarga. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada para dermawan, kepada Tzu Chi Indonesia. Inilah wujud cinta kasih yang telah diberikan kepada warga tambora khususnya,” ungkap Isnawa mewakili warganya. |
| ||
Artikel Terkait
Baksos dan Penyuluhan Penyakit Degeneratif untuk Warga Cianjur
31 Agustus 2016Pascabanjir Jakarta : Semangat yang Tak Pernah Padam
05 Februari 2013 Kegiatan baksos di awal bulan telah selesai, namun semangat dan tekad relawan untuk terus bersumbangsih akan terus berlanjut setiap ada kesempatan. Hal ini dilakukan demi mendalami kata perenungan yang diajarkan Master Cheng Yen,Senangnya Berbagi dengan Siswa di Papua
07 Maret 2016Sebanyak 35 relawan Tzu Chi Sorong melakukan kunjungan kasih ke tiga sekolah yang lokasinya cukup jauh dari pusat keramaian. Di sekolah tersebut relawan berbagi kebahagiaan dengan bernyanyi bersama dan membagikan bingkisan untuk para siswa.