Katakan Tidak Pada Narkoba

Jurnalis : Yuliati (Tzu Chi Cabang Sinar Mas), Fotografer : Sugianto (Tzu Chi Cabang Sinar Mas)

Relawan Xie Li Pati memberikan pemahaman terkait bahaya penyalahgunaan narkoba bagi kalangan remaja pada Kamis 27 Februari 2025 bekerjasama dengan Puskesmas Cluwak.

“Kehidupan yang sehat dan batin yang kaya akan terwujud bila hati kita penuh dengan cinta kasih”
(Master Cheng Yen)

Bahaya penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (Narkoba) lainnya bagi kalangan remaja, khususnya pelajar SMP dan SMA sangat penting untuk dipahami. Terlebih banyak kasus yang terjerat narkoba dengan dalih ingin mencari jati diri. Selain dari faktor individual, faktor lingkungan seperti pergaulan bebas bisa mendorong seseorang terjerumus ke jalan yang tidak benar. Maka itu, komunitas relawan Tzu Chi di Xie Li Pati membantu memberikan pemahaman terkait bahaya penyalahgunaan narkoba bagi kalangan remaja bekerja sama dengan Puskesmas Cluwak.

Di Indonesia sendiri pecandu narkoba umumnya berusia 11–24 tahun. Pada awalnya pelajar yang mengkonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Dari kebiasaan ini pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung dalam lingkungan orang-orang yang pecandu narkoba.

Sebelum penyuluhan berlangsung, diawali terlebih dahulu dengan kebaktian bersama.

“Awalnya mencoba lalu kemudian mengalami ketergantungan. Alasan mencari jati diri tidak harus dengan begitu (narkoba), tetapi mencari sesuatu yang positif bukan negatif. Harus mencari teman yang benar-benar bisa melindungi diri sendiri,” kata dr. Muhamad Firdaus mengawali sharing pada Kamis, 27 Februari 2025 kepada lebih kurang 50 peserta terdiri dari anak asuh Tzu Chi, muda-mudi sekitar vihara, dan orang tua anak asuh.

Dokter kelahiran Bogor ini juga memaparkan jenis-jenis narkoba. Salah satunya pelarut, penghirup seperti lem, penyemprot aerosol, pengencer cat, produk minyak, dan lain-lain. “Lem, bahan minyak itu merupakan pintu masuk untuk ingin mencoba lebih nikmat lagi. Ibu-ibu, bapak-bapak jangan biarkan anaknya jika menghirup lem ya,” kata dokter lulusan Universitas Krida Wacana Jakarta ini.

Selain menjelaskan jenis-jenis narkoba, dokter lulusan tahun 2021 ini juga menjelaskan gejala-gejala yang ditimbulkan, dampak negatif yang dirasakan, dan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.

“Katakan tidak pada narkoba. Jangan pernah mendekati apapun yang bersifat ketergantungan. Bukan hanya narkoba, bahkan rokok, game online, itu juga karena itu merupakan zat adiktif yang awalnya pengen coba. Lama-lama ketagihan, mencegah pintu masuk sebelah mana saja karena kalian generasi masa depan,” pesannya di akhir sharing.

Dokter Muhamad Firdaus memaparkan pengertian, jenis-jenis, gejala, dampak dari penyalahgunaan narkoba dan sejenisnya kepada lebih kurang 50 peserta penyuluhan di Vihara Metta Dhamma Salak.

Salah satu anak asuh baru, Anisa Fitriani juga hadir dalam kegiatan penyuluhan bahaya narkoba bersama anak asuh lainnya yang diadakan di Vihara Metta Dhamma berlokasi di Desa Sentul Salak, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

“Ini pengalaman pertama bagi saya, sangat bermanfaat sekali. Ternyata narkoba bisa memunculkan pikiran untuk menyakiti diri atau bunuh diri,” ucap siswi kelas VIII SMPN 2 Gunungwungkal ini. “Remaja menjadi lemah mentalnya. Jangan pernah mencoba narkoba bahkan hanya sekali,” sambung sulung dari dua bersaudara ini.

Anisa tinggal bersama ibu dan adiknya yang berusia 3 tahun, serta neneknya. Sementara sang ayah meninggalkan mereka ketika Anisa masih duduk di kelas 5 SD. Sejak itu pula ibunya, Suyatmi menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi buruh serabutan. Jika musim tebu, maka Bu Suyatmi akan menjadi buruh tebang tebu, jika musim mencangkul, ia pun ikut menjadi buruh cangkul di kebun. Namun pekerjaan seperti itu bersifat musiman. Jika tidak ada yang membutuhkan tenaganya, Ibu Suyatmi menganggur. Untuk itu Ibu Suyatmi juga memelihara sapi milik tetangga dengan sistem bagi hasil.

Melihat perjuangan sang ibu, Anisa juga turut membantu ibunya. “Jika ibu kerja, saya sudah pulang sekolah momong adik,” ucapnya. Anisa juga bukan tipe anak yang neko-neko, ia menerima apa adanya dan bisa merasakan kondisi keluarganya yang kekurangan. Ia pun ke sekolah pulang pergi berjalan kaki melewati kebun depan rumahnya yang merupakan jalan alternatif baginya.

Anisa Fitriani (kiri) mengungkapkan pengalaman pertamanya dalam mengikuti penyuluhan bahaya narkoba. Ia juga mengajak teman sebayanya agar menjauhi narkoba.

“Iya jalan kaki. Kadang nyeker (lepas sepatu) kalau pas jalannya becek,” ungkap Anisa. Ia tidak pernah minta diantar ke sekolah dengan motor, karena ia tahu satu-satunya motor yang dimiliki keluarganya itu dipakai sang ibu bekerja.

“Dan saya diterima menjadi anak asuh Tzu Chi sangat senang sekali. Terima kasih udah dibantu,” ungkap Anisa. Siswi yang memiliki cita-cita ingin menjadi dokter ini juga aktif mengikuti kegiatan di sekolah maupun vihara. “Ke depan saya akan lebih aktif dan belajar dengan rajin,” ucapnya menyemangati diri sendiri.

Dalam penyuluhan bahaya narkoba ini, Anisa juga mengambil celengan Tzu Chi untuk dirinya sendiri. “Saya akan isi dari uang saku setiap hari,” ujarnya. Meskipun uang sakunya hanya sebesar 5.000 rupiah setiap harinya namun ia memiliki tekad akan mengisi seribu ke celengannya setiap hari.

“Saya kadang jajan kadang tidak, apalagi kalau sudah sarapan dari rumah biasanya nggak jajan lagi di sekolah. Tapi kalau libur ya nggak dapat uang saku,” ucap Anisa tersenyum, “Agar bisa bantu yang lain juga,” tekadnya.

Relawan Tzu Chi dan seluruh peserta yang hadir bersama-sama memeragakan isyarat tangan Satu Keluarga.

Anak asuh penerima beasiswa Tzu Chi juga menjadi bagian dari generasi penerus bangsa. Agar tidak salah mengambil jalan maka perlu adanya pengenalan dan pembekalan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, terlebih rasa ingin tahu usia remaja sangat tinggi.

“Penting sekali karena maraknya usia remaja menginjak dewasa terdampak narkoba akibat pergaulan bebas,” ucap Suwardi. “Agar anak asuh tahu akan dampak narkoba, cara mencegahnya, serta cara keluar dari ketergantungan narkoba,” tambahnya. Wakil Ketua Xie Li Pati ini juga berharap dengan kegiatan ini baik anak asuh maupun peserta lain yang hadir tidak terjerumus dengan narkoba itu sendiri. Semoga bisa menjadi bekal untuk anak-anak khususnya remaja Buddhis di Pati tidak mendekati atau bahkan bersinggungan dengan narkotika maupun obat-obatan terlarang yang dapat merusak masa depan mereka.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Generasi Muda, Tanggung Jawab Bersama

Generasi Muda, Tanggung Jawab Bersama

13 Februari 2019

Kali ini relawan akan melaksanakan kegiatan di Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura, Papua tepatnya di SMA Negeri Kaureh. Kegiatan yang ditujukan bagi para siswa dan siswi ini bertujuan untuk memberikan edukasi terkait bahaya merokok, narkoba, dan HIV/ AIDS bagi pelajar.

Katakan Tidak Pada Narkoba

Katakan Tidak Pada Narkoba

07 Maret 2025

Komunitas relawan Tzu Chi di Xie Li Pati membantu memberikan pemahaman terkait bahaya penyalahgunaan narkoba bekerja sama dengan Puskesmas Cluwak. Kegiatan dihadiri 50 peserta terdiri dari anak asuh Tzu Chi, muda-mudi sekitar vihara, dan orang tua anak asuh.

Menyongsong Masa Depan dengan Menjauhi Narkoba

Menyongsong Masa Depan dengan Menjauhi Narkoba

10 Mei 2017

Relawan Tzu Chi Xie Li Kalimantan Selatan 2 mengadakan penyuluhan kesehatan tentang bahaya narkoba kepada para siswa dan siswi di SD Palmitasari untuk menggugah kesadaran siswa tentang betapa berbahayanya narkoba.

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -