Kaya Budaya, Satu Bangsa

Jurnalis : Anand Yahya , Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya , Hadi Pranoto

doc tzu chi

Puncak perayaan Indonesia Heritage Week diadakan pada Jumat, 28 Oktober 2017 dengan pementasan seni tari di Auditorium Internasional Lt.3, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.

Untuk memperkenalkan kenakeragaman budaya bangsa Indonesia, Taman Kanak-kanak (TK) Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan Indonesia Heritage Week yang diadakan dari tanggal 23-27 Oktober 2017. Rangkaian kegiatan dimulai dari pengenalan dan pembuatan batik, pembacaan dongeng dan cerita rakyat, permainan tradisional, lomba menyanyi, membuat bendera Indonesia, pengenalan pulau-pulau dan pemerintahan Indonesia, serta acara puncaknya yaitu pementasan seni tari dan lagu dari berbagai suku dan pulau di Indonesia.

Warisan Budaya Indonesia yang Mendunia

Di hari pertama, Senin, 23 Oktober 2017, para murid diperkenalkan dengan salah satu kekayaan budaya khas Indonesia, yaitu batik. Batik adalah warisan budaya asli bangsa Indonesia dan diakui secara internasional oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), sebuah badan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani tentang pendidikan, keilmuan, dan kabudayaan sebagai budaya tak-benda warisan manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity).

Motif batik mewakili ciri khas daerah yang ada di Indonesia. Batik-batik tersebut menggambarkan seni dan budaya masing-masing daerah. Agar para siswa semakin mengenal dan menghargai karya batik, maka para murid taman kaanak-kanak ini dikenalkan cara membatik yang dipandu oleh Sanggar Kartika Batik.

doc tzu chi

Anak-anak juga diperkenalkan dengan batik, seni tradisional Indonesia. Selain itu, mereka juga mempraktikkan langsung proses membatik dengan didampingi pembatik dari Sanggar Kartika Batik.

doc tzu chi

Para murid TK Tzu Chi Indonesia menampilkan hasil kreasi batik cap yang mereka buat.

Tak hanya sekadar teori, para siswa-siswi TK Tzu Chi Indonesia ini juga berkesempatan membatik secara langsung. Para siswa TK Tzu Chi Indonesia yang terdiri dari kelas K2, Respect (Menghormati), Love (Cinta), dan Greateful (Bersyukur) dikenalkan cara membatik dengan menggunakan cap, seperti yang Ibu Grace (Sanggar Kartika Batik) lakukan. “Kita harus mengenalkan dan melestarikan warisan budaya kita agar tidak punah kepada anak-anak kita,” ujar Grace yang belajar membatik sejak tahun 1985 di Yogyakarta.  “Diharapkan dengan adanya program seperti ini kecintaan anak-anak terhadap budaya bangsa Indonesia, khususnya batik akan terus terpelihara,” tambahnya.

Pentas Seni Budaya Indonesia

Di hari terakhir acara Indonesia Heritage Week, Jumat, 27 Oktober 2017, anak-anak dari kelas play group dan TK menampilkan pertunjukan seni dan tari dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Jawa (Barat, Tengah, Timur), DI Yogyakarta, Padang, Palembang, Jambi, Makassar, Manado, Nusa Tenggara Barat dan Timur, hingga Aceh dan Papua. Hampir semua daerah di 34 provinsi di Indonesia terwakili dengan pertunjukan seni dan tari ini.

doc tzu chi

Dalam pertunjukan seni tari ini berbagai tarian dan busana daerah dibawakan oleh murid-murid dari kelas playgroup dan taman kanan-kanak.

doc tzu chi

Berbagai tarian dibawakan, mulai dari Aceh hingga pulau paling timur Indonesia, Papua.

Menurut Wida Mariani, Wakil Kepala TK Tzu Chi Indonesia, kegiatan Indonesia Heritage Week ini bertujuan agar anak-anak lebih mengenal seni dan budaya yang ada di nusantara sehingga dapat menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan mereka sebagai bangsa Indonesia. “Anak-anak diperkenalkan pada seni budaya yang begitu beragam dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka belajar mulai dari bahasa daerah di wilayah tersebut, tariannya, baju adat, makanan daerah mereka, dan bahkan berkesempatan melihat dan mempraktikkan langsung cara membatik,” kata Wida.

Selama seminggu, para guru dan murid saling belajar untuk mengetahui lebih mendalam adat istiadat dan budaya dari setiap daerah yang mereka wakili. Para murid juga diberi wawasan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama, bangsa, dan bahasa, namun tetap sebagai satu kesatuan, bangsa Indonesia. “Ini sesuai dengan tema kita, Indonesia Satu,” jelas Wida.

doc tzu chi

Wida Mariani, Wakil Kepala TK Tzu Chi Indonesia berharap kegiatan ini dapat membuat anak-anak lebih mengenal seni dan budaya yang ada di nusantara sehingga dapat menumbuhkan kecintaan dan kebangaan mereka sebagai bangsa Indonesia.

doc tzu chi

Jeane dan Steven merasa bangga putra-putrinya berani tampil ke atas panggung. Mereka juga merasa kegiatan ini sangat baik dalam membuka wawasan anak-anak bahwa Indonesia terdiri dari berbagai suku, bangsa, agama, dan bahasa.

Stephen dan Jeane, orang tua murid dari Davidion (TK) dan Chelsea (playgroup) merasa kegiatan ini sangat bagus dan bermanfaat bagi putra-putrinya. “Bagus banget, kita memang perlu kasih tahu bahwa ada bermacam-macam orang, suku, dan bangsa supaya nantinya ke depan mereka tahu bahwa perbedaan itu boleh ada, tetapi kita harus bisa menerimanya. Bukan malah jadi berantem,” kata Jeane.

Jeane dan Stephen mengapresiasi Sekolah Tzu Chi Indonesia yang sejak dini sudah memperkenalkan keragaman, perbedaan, kekayaan nusantara, dan bahkan dunia. “Tahun lalu temanya tentang keanekaragaman bangsa di dunia,” terang Jeane. Menurut Jeane, dengan mengenal dan memahami perbedaan maka anak-anak akan dapat hidup berdampingan dengan damai. Dan untuk mencapai pemahaman itu sejak dini anak-anak harus diajarkan untuk menghargai perbedaan sejak dini. “Pendidikan karakter ini harus dimulai sejak dini,” tegas Jeane. Senada dengan sang istri, Stephen juga berharap putra-putrinya bisa tumbuh menjadi anak-anak yang berkarakter dan memiliki budi pekerti yang baik. “Jadi bukan hanya pintar secara akademis, tetapi juga secara mental memiliki perilaku yang baik,” kata Steven.

Editor : Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Menghargai Perbedaan Sejak Dini

Menghargai Perbedaan Sejak Dini

04 November 2019

TK Tzu Chi mengundang TK Nurul Islam, TK Stella Maris, dan TK Pelangi Kasih untuk mewakili agama Islam, Katolik, dan Kristen dalam upaya mengajarkan anak-anak akan Kerukunan dalam Keberagaman.

Kita Semua Satu

Kita Semua Satu

11 April 2014 Drama musikal ini menceritakan mengenai kehidupan sekelompok anak SD di desa yang penduduknya terdiri dari beragam suku. Meski berbeda, mereka saling kompak dan saling mendukung.
Mengasah Diri menjadi Guru Humanis yang Menjernihkan Hati

Mengasah Diri menjadi Guru Humanis yang Menjernihkan Hati

07 Juni 2021
Agar setiap guru di Tzu Chi School semakin memahami filosofi Pendidikan Tzu Chi maka diadakan kegiatan Bedah Buku yang diikuti oleh setiap guru dan staf pengajar.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -