Keamanan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)

Pelatihan on-site ketiga bagi relawan pemerhati dilakukan pada 25 September 2021. Pelatihan ini diisi dengan materi pentingnya Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD).


Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu budaya kerja yang wajib dimiliki bagi semua orang yang melakukan aktifitas di rumah sakit. Keamanan dan keselamatan kerja bukanlah suatu tugas bagi karyawan namun sudah menjadi keharusan yang melibatkan peran serta semua orang yang berada di lingkungan kerja kita.

Keamanan dan keselamatan kerja sangat luas, mencakup tanggap darurat bencana (disaster plan) seperti bencana kebakaran, ledakan, pembocoran, bencana alam, terorisme, unjuk rasa dan kecelakaan, yang mana bila terjadi maka dapat membahayakan kondisi Gedung Tzu Chi Hospital.

Karena cakupan keamanan dan keselamatan kerja sangat luas, salah satunya adalah yang paling diutamakan dalam lingkungan kerja adalah pencegahan kebakaran. “Hal ini merupakan salah satu fokus penting dari syarat akreditasi rumah sakit. Biasanya, untuk mendapatkan akreditasi dari Department Kesehatan, surveyor akan berkeliling dan menanyakan ke karyawan ataupun relawan yang ia temui tentang bagaimana cara memadamkan api. Jadi, pencegahan kebakaran terhadap rumah sakit sangat diperhatikan dari segi keamanan,” terang Kalam Tukiman ST, MM, Facility Management and Safety-General Affair (FMS-GA) Manager kepada 40 relawan pemerhati yang hadir pada Sabtu, 25 September 2021 di di ruang meeting lantai 8 Tzu Chi Hospital.

Pengetahuan tentang K3RS merupakan salah satu materi yang wajib diberikan kepada semua orang yang bekerja di rumah sakit. Tidak hanya untuk karyawan, tetapi diberikan juga kepada tim medis termasuk dokter, tenant, outsourcing seperti cleaner security dan juga relawan pemerhati juga wajib mendapatkan pelatihan ini, agar budaya K3 ini tumbuh di setiap orang yang berada di rumah sakit.

Adapun tujuan dari pemberian materi ini adalah agar semua orang dapat mengerti bahaya ataupun risiko yang dapat terjadi di dalam rumah sakit. “Misalnya terjadi bahaya tersebut, kita harus sudah mengerti harus melakukan apa dan mengerti cara mengatasinya,” jelas Kalam Tukiman.

Pada pelatihan on-site ini, Kalam Tukiman mengajak semua tim medis dan non medis untuk menyadari dan melihat bahwa risiko kebakaran sangat tinggi, terutama ruang inap pasien Tzu Chi Hospital dari lantai 9 hingga 22. “Sangat berisiko untuk keselamatan pasien Tzu Chi Hospital, maupun karyawan kita. Oleh karena itu, saya akan memberikan materi tentang bagaimana cara, atau lebih ke proteksi atau pencegahan terjadinya kebakaran,” imbuh Kalam Tukiman.

Kalam Tukiman menjelaskan cara penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).


Untuk memahami tentang kebakaran maka kita perlu mengetahui tentang api. Api merupakan peristiwa reaksi kimia dari tiga komponen, yaitu panas, oksigen dan bahan bakar. Bila salah satu komponen ini dihilangkan maka tidak akan terjadi api. “Demikian juga cara memadamkannya. Pertama, menghilangkan oksigen di sekitar api. Misal dengan menyemprotkan racun api, menutup area yang terbakar dengan fire blanket. Kedua, menyerap panas yang dihasilkan dari pembakaran, dengan cara menyiramkan dengan air. Terakhir, menghentikan atau memutuskan sumber bahan bakarnya,” jelas Kalam Tukiman lebih lanjut.

Untuk memadamkan api, atau sering kita sebut sistem proteksi kebakaran aktif, dapat menggunakan alat pemadam api ringan (APAR), fire hydrant, siamese connection, kotak K3 (safety equipment box), juga mobil pemadam kebakaran (damkar). “Alat pemadam api ringan (APAR) adalah seperti karung goni/kain/handuk basah, selimut api (fire blanket), pasir, tanah, dan lumpur,” kata Kalam Tukiman. Ia berharap semua peserta training mengerti cara menggunakan APAR bila terjadi bahaya kebakaran.

Kalam Tukiman juga menjelaskan bahan APAR juga ada beberapa jenis, powder, gas CO2, cairan khusus (watermist) dan clean agent. Dari empat bahan tersebut, “APAR berbahan powder adalah paling aman dan tidak berbahaya, yang digunakan Tzu Chi Hospital. Sedangkan yang paling berbahaya adalah clean agent, namun paling bagus untuk memadamkan api,” jelas Kalam Tukiman dengan senang melihat antusias peserta training yang banyak bertanya pada saat menjelaskan APAR berbahan powder. Dari banyaknya pertanyaan dan keinginantahuan inilah, Kalam Tukiman mengetahui bahwa relawan juga sudah memiliki kesadaran akan budaya K3.

Simulasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Pelayanan humanis bagi pasien ataupun pengunjung di Tzu Chi Hospital, relawan pemerhati tentunya harus mengenal lingkungan Tzu Chi Hospital dengan turing di area rumah sakit.


Kejadian pingsan, berhenti jantung, dan berhenti nafas bisa terjadi dimana saja, tidak hanya selalu di ruang perawatan. Oleh karenanya, setiap petugas harus mengetahui cara pertolongan pertama pada korban pingsan/henti jantung/henti nafas. Semakin cepat korban ditolong, akan semakin besar harapan keberhasilannya.

Lalu bagaimana cara memberikan pertolongan pertama pada korban, juga pada diri sendiri sebagai penolong?

Terlebih dulu, kita harus mengerti arti dari bantuan dasar hidup adalah suatu usaha mengembalikan fungsi pernapasan dan/atau sirkulasi dan penanganan akibat henti napas dan atau henti jantung pada orang yang mengalami kegagalan fungsi tersebut. Adapun langkah bantuan hidup dasar adalah bahaya (aman penolong, lingkungan dan pasien), respon (periksa kesadaran), panggil bantuan, sirkulasi (periksa nadi), jalan napas (periksa dan amankan jalan nafas), dan pernafasan (beri bantuan pernafasan).

Sebelum memberikan pertolongan pertama bagi korban pingsan/henti jantung/henti nafas, “Pastikan aman bagi penolong artinya penolong wajib menggunakan alat pelindung diri, tidak ada cedera (risiko cedera). Aman lingkungan, adalah bebas kebakaran, banjir, listrik, lalu lintas. Aman pasien, dalam mengatur posisi korban telentang (rata, kering keras),” terang Joko Jamaluddin.

Kesalahan memberikan pertolongan pertama dapat mengakibatkan bahaya pada korban. “Pertama, posisi penekanan dada (kompresi) tidak tepat dapat mengakibatkan patah tulang rusuk atau pecah lambung. Kedua, cara mengubah posisi korban, misal dari tengkurap ke posisi telentang atau mengangkat korban. Bila tidak tepat dapat mengakibatkan cedera tulang belakang, dapat terjadi lumpuh atau bahkan henti jantung/henti nafas.” jelas Joko Jamaluddin, perawat Tzu Chi Hospital.

Joko Jamaluddin (42) memberikan pengertian bantuan dasar hidup adalah suatu usaha mengembalikan fungsi pernapasan dan/atau sirkulasi dan penanganan akibat henti napas dan/atau henti jantung pada orang yang mengalami kegagalan fungsi tersebut.


Selain korban, ada juga berbahaya bagi penolong, ketika melakukan kesalahan dalam memberikan pertolongan pertama. Misal pada korban tersengat listrik, penolong seharusnya membenahi aliran listrik terlebih dahulu. Namun sering terjadi, karena tidak berhati-hati, kita langsung menolong korban dengan menyentuh tubuh korban, akibatnya penolong akan tersengat aliran listrik dari tubuh korban.

“Kesalahan lain adalah posisi salah ketika kompresi dada dapat mengakibatkan nyeri punggung atau kram perut,” tutup Joko Jamaluddin, merasa senang melihat para peserta antuasias dalam mendengarkan penjelasan dan simulasi BHD, dan banyak pertanyaan yang disampaikan sebagai bentuk keingintahuan.

Pelayanan Humanis Tzu Chi Hospital
Agar relawan pemerhati dapat memberikan pelayanan humanis bagi pasien ataupun pengunjung di Tzu Chi Hospital, relawan pemerhati tentunya harus mengenal dan memahami segala sesuatu selama training online ataupun turing di area rumah sakit.

Dokter Suriyanto (55), Direktur Medis Tzu Chi Hospital, menjelaskan selama tiga kali pertemuan (on site), rasa ingin tahu dari para peserta sangat besar terhadap hal-hal yang belum relawan ketahui atau pahami. “Ramah dan peduli terhadap lingkungan rumah sakit menjadi modal yang sangat besar dalam menghadapi tugas sebagai relawan pemerhati rumah sakit nantinya,” kata Dokter Suriyanto, juga berharap kolaborasi antara staff professional rumah sakit dengan relawan pemerhati dapat menjadi suatu teamwork yang andal untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan di Tzu Chi Hospital.

Salah satu perawat memberikan pengertian lima warna yang terpasang di dinding kamar depan.


Tzu Chi Hospital akan menjadi rumah sakit dengan perlengkapan medis yang high tech dan high touch, sehingga relawan pemerhati tetap harus memahami istilah medis yang biasa digunakan di rumah sakit dan pengenalan peralatan medis. “Tujuannya bukanlah untuk dikuasai tetapi agar relawan tidak asing, ataupun lebih familiar dengan istilah medis dan juga praktik bantuan hidup dasar sederhana untuk awam,” tambah Dokter Suriyanto.

Salah satu relawan pemerhati, Herni Waty, ketika melewati depan kamar pasien di lantai 9, melihat lima warna terpasang di dinding kamar depan. “Kuning, bagi pasien dengan resiko jatuh. Ungu, pasien DNR (Do Not Resuscitate), pasien tidak memerlukan tindakan resusitasi. Oranye, pasien sedang berpuasa. Merah, bagi pasien dengan riwayat alergi. Hijau, bagi pasien persiapan operasi,” terang Hasan Widjaja, Business Development, senang melihat relawan sangat bersemangat dan aktif dalam mengajukan pertanyaan selama turing pengenalan ruang dan peralatan medis di Tzu Chi Hospital.

The Tjeng Nio sejak tahun 2015 telah menjadi relawan pemerhati di Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK), namun semangatnya untuk menjadi software di Tzu Chi Hospital sangat tinggi, “Ada rasa takut, karena Tzu Chi Hospital ini masih baru. Kami belum mengenal ruangan di rumah sakit ini. Kami harus lebih belajar lagi mengenal tiap ruangan di tiap lantai,” ujar The Tjeng Nio akan memberikan perhatian dan melayani dengan cinta kasih di Tzu Chi Hospital nantinya.

Walau belum pernah melayani pasien RSCK, Eva bercerita bahwa ia pernah membantu perawat RSCK dalam melipat kasa, membantu mengambil barang kebutuhan sehari-hari di ruang dalam RSCK, “Materi training sangat bagus. Semuanya untuk mendalami lebih dalam bagian dari rumah sakit juga tindakan apa yang bisa kita lakukan untuk pasien. Jadi sebelumnya kita harus breafing dulu, untuk tim-tim yang akan turun, sudah lebih jelas,” kata Eva yang akan membantu melayani kebutuhan pengunjung ataupun pasien di rawat jalan lantai 3 dan 10 nantinya.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Persiapan Tzu Chi Hospital dengan Kebaktian Sutra Bhaisajyaguru

Persiapan Tzu Chi Hospital dengan Kebaktian Sutra Bhaisajyaguru

03 Mei 2021

Kebaktian Sutra Bhaisajyguru dilakukan di lantai 9 Gedung Pandemi Tzu Chi Hospital, PIK, Jakarta Utara (30/04/2021). Kegiatan ini dilakukan dalam rangka kelancaran operasional Pandemic Ward Tzu Chi Hospital yang rencananya akan berjalan mulai tanggal 5 Mei 2021.

Diskusi Tentang Transformasi Digital dalam Pelayanan Kesehatan

Diskusi Tentang Transformasi Digital dalam Pelayanan Kesehatan

21 Desember 2023

Tzu Chi Hospital menerima kunjungan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Middlesex University, Inggris pada Selasa, 19 Desember 2023.

Berbagi Berkah dan Perhatian menyambut Imlek di Tzu Chi Hospital

Berbagi Berkah dan Perhatian menyambut Imlek di Tzu Chi Hospital

06 Februari 2024

Menyambut Imlek, relawan pemerhati dan manajemen Tzu Chi Hospital memberikan bingkisan angpau, jeruk, dan lampion mini kepada pasien rawat inap.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -