Kebahagiaan dalam Baksos Tzu Chi
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Rusli Chen (Tzu Chi Medan)
|
| ||
Persiapan yang Sebaik-baiknya Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, semua persiapan sudah selesai. Tim medis serta relawan sudah berada di posisinya masing-masing. Tepat pada pukul 09.00 WIB dilakukan sebuah seremoni pembukaan pelaksanaan Bakti Sosial Kesehatan oleh Kakesdam Bukit Barisan Kol. CKM. dr. Edi Mahidin, Sp.THT dan Kepala Rumah Sakit Letkol. CKM dr. Dubel Mariyenes, Sp.B. Edi Mahidin sendiri sudah tidak asing lagi dengan Yayasan Buddha Tzu Chi karena pernah ikut dalam beberapa kegiatan bakti sosial di Bandung, Jakarta, dan Kalimantan. Setelah mendapat sinyal kalau bakti sosial sudah dapat dimulai, para relawan membantu para pasien untuk bersiap-siap agar bisa dioperasi. Satu persatu pasien dan pendampingnya ditemani oleh para relawan menuju ke ruang operasi. “Tenang ya, Bu! Percayakan anaknya kepada dokter-dokter. Sekarang yang dibutuhkan doanya supaya semuanya berjalan lancar,” kata Rose Tan dengan lembut kepada salah seorang ibu yang menangis setelah anaknya memasuki ke ruang operasi. Karena Rose Tan yang juga seorang ibu, makanya beliau bisa memahami perasaan ibu tersebut yang khawatir akan anaknya. Perlahan-lahan ibu tersebut bisa menenangkan dirinya dan kembali tersenyum. Tak lama kemudian, anaknya keluar dari ruang operasi dalam kondisi baik. Air mata bahagia pun menghiasi wajah ibu itu sembari memeluk dan mencium anaknya.
Ket : - Dina ditemani oleh kakek dan neneknya mengikuti baksos bibir sumbing. Begitu khawatirnya sang kakek, sampai-sampai ia tidak dapat makan selama Dina menjalani operasi. (kiri) Berkah bagi Semua Orang Melihat anaknya berbeda dengan anak normal lainnya, pastilah membuat para orang tua sedih dan khawatir akan masa depan anaknya. Seperti halnya, Jamillah, orang tua Nico Febriana yang putranya itu menderita bibir sumbing. “Dia, kalo udah sembuh baru mau sekolah,” ujar Jamillah dengan nada yang miris. Nico sebenarnya adalah anak yang periang tetapi karena kondisinya seperti itu, Nico mengurungkan niatnya untuk bersekolah. Nico sempat menangis sewaktu menunggu giliran untuk dioperasi. Setelah ditanya apa sebabnya menangis, rupanya Nico kelaparan karena telah berpuasa sebelum operasi. Para relawan tidak berhenti berusaha menenangkannya hingga akhirnya tiba saatnya untuk dioperasi. “Akhirnya anak saya seperti anak normal lainnya,” ujar Jamillah dengan girangnya dan langsung mengucapkan syukur kepada Yang di Atas.
Ket: - Dengan sepenuh hati dan penuh dedikasi, para tim medis mengulurkan tangannya untuk menolong para pasien yang mengharap kesembuhan. (kiri). Banyak yang dapat dipetik dan dijadikan pelajaran dalam kehidupan ini dengan mengikuti dan terlibat langsung dalam bakti sosial. Salah satu relawan tim medis dr. Nugroho yang khusus bagian anestesi (bius pasien –red) merasa meringankan penderitaan hidup orang yang kurang mampu adalah bagian dari kewajibannya. “Terlebih-lebih anak-anak kecil penderita sumbing. Saya hanya berharap setelah mereka sembuh, mereka tidak lagi minder dan bisa mengaktualisasi diri mereka,” ujarnya. Salah satu relawan Tzu Chi yang selalu menyibukkan diri di bagian pengantaran pasien dari dan ke kamar operasi, Julius mengatakan,”Memang capek tetapi tetap semangat dan saya sangat bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang dan saya berdoa semoga mereka cepat sembuh.” | |||
Artikel Terkait

Tubuh Sehat, Belajar Giat
15 Maret 2011Waisak Bandung: Cahaya Welas Asih dan Kebijaksanaan Buddha
12 Mei 2015Sosialisasi tentang Ekoenzim, Pembersih Ramah Lingkungan
24 Maret 2017Selalu ada aktivitas yang berlangsung di komunitas Relawan Tzu Chi Batam tiap hari Sabtu. Kali ini para relawan mempraktikkan bagaimana membuat ekoenzim yang merupakan hasil fermentasi sampah dapur berupa sisa-sisa sayuran dan kulit buah. Ekoenzim ini memiliki berbagai manfaat, salah satunya menjadi cairan pembersih lantai dan piring.