Kebahagiaan Datangnya dari Atas

Jurnalis : Neysa (He Qi Timur), Fotografer : Eillen (He Qi Timur)
 
foto

* Para warga sudah sangat akrab dengan relawan Tzu Chi yang berseragam biru putih ataupun abu-abu putih. Senyuman dan sapaan tak henti tampak sewaktu relawan tiba di lokasi.

Cuaca begitu dingin dibarengi gerimis, membuat sebagian orang enggan beranjak dari tidurnya. Kesibukan warga belum begitu terlihat di pagi hari ini, tapi para relawan Tzu Chi sudah banyak yang berkumpul di Sport Club Kelapa Gading, Minggu pagi 8 Februari 2009.

Hari ini tim relawan bergerak menuju ke Pegangsaan Dua Kelapa Gading untuk melakukan serah terima kunci rumah Program Bebenah Kampung. Ada 4 unit rumah yang telah selesai dibangun dan siap dihuni di wilayah Kelurahan Pengangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading RT 001/RW 02. Walau mesti melalui jalan-jalan kecil para relawan tetap bersemangat untuk cepat sampai ke tujuan, menyerahkan kunci rumah kepada pemilik yang sangat membutuhkan..

Dari kejauhan sambutan senyuman kebahagiaan tampak di wajah para penerima kunci beserta keluarganya. Para relawan mendapat sambutan yang hangat dari warga setempat. Mereka semua sudah begitu akrab melihat seragam biru putih dan abu-abu putih sehingga terasa seperti kerabat sendiri. Relawan Tzu Chi bukan hanya sekali-dua kali saja berkunjung ke sana, tapi berulang kali survey untuk memastikan keluarga yang membutuhkan bantuan dan memantau kondisi kehidupan mereka selama pembangunan. Tangisan kebahagiaan tak terhindarkan saat Sudarman Shixiong mewakili menyerahkan kunci kepada keluarga penerima rumah. “ ..kata orangtua saya, kalau saya membasuh kaki mereka lalu meminum airnya (sebagai wujud bakti) saya akan dapat rejeki dari ‘Atas’ (Yang Maha Kuasa –red). Saya bingung..,setelah saya membasuh kakinya dan minum, saya lihat ke atas, ‘Mana itu rejeki?’ Eh..ternyata ada orang Tzu Chi yang datang mau interview, nanya-nanya,” begitu kata Irhaman (48 thn). Pria yang didampingi istrinya Tuti Purnawati (42 thn) itu berbagi cerita bahwa ia sama sekali tidak menyangka akan didatangi relawan Tzu Chi.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi menyerahkan kunci rumah dengan penuh rasa hormat. Kebahagiaan para penerima
           rumah adalah kebahagiaan relawan juga. (kiri)
         - “Terima kasih, Pak,” bisik Irhaman sambil memeluk erat Sudarman Shixiong sambil diiringi senyum Tuti
           Purnawati. (kanan)

“Inilah bakti seorang anak kepada orangtua, begitu panjangnya doa orangtua kepada anak, sehingga Bapak hari ini menikmati apa yang tidak Bapak sangka dan ini datangnya dari ‘Atas’ melalui kami-kami para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi,” sambut Warno, salah seorang relawan. Selama ini penghasilan Irhaman tidak menentu sebagai tenaga pengumpul besi bekas. Dalam 1 minggu ia hanya bekerja 1 atau 2 hari saja dengan penghasilan per hari Rp.20.000,- Maka ia pun tidak pernah berpikir untuk membangun rumahnya walau keadaannya sudah bocor di sana sini. Untung (20 thn) anaknya mendapat kesempatan bekerja setiap hari di tempat yang sama, sehingga kebutuhan sehari-hari mereka dapat terpenuhi.

Penyerahan berikutnya adalah rumah Maliki yang sesungguhnya telah menempati rumah barunya. Kali ini serah terima hanya sebagai simbolik semata. Rumah yang berlantai dua ini dihuni Maliki (37 thn) beserta istri Suti (39 thn) dan dua orang anaknya. Maliki bekerja sebagai cleaning service (petugas kebersihan) di sebuah perusahaan, terkadang dia juga melakukan pekerjaan serabutan dan mendapat bantuan dana BLT dari Pemda. Tangis kebahagiaan juga dirasakan Maliki dan keluarga. Ia memeluk Sudarman Shixiong dengan erat sebagai ungkapan terima kasihnya yang tak terucapkan. Tak henti-hentinya ia mengucapkan syukur kepada Tuhan dan terima kasih kepada relawan dan Yayasan Buddha Tzu Chi. “Saya tidak mampu .., saya berterima kasih dengan Buddha Tzu Chi dan Allah SWT, karena saya orang muslim. Saya berhutang…dan saya akan merawat rumah ini,” tutur Maliki patah-patah sambil berusaha menahan tangisnya.

foto  

Ket : - “Alhamdulillah…,rumah kita udah nggak kebocoran lagi” ungkap Suti dengan rasa syukur yang besar, saat
           foto bersama keluarga dengan relawan Tzu Chi.

Ucapan syukur juga datang dari istrinya, Suti. “Kalau dulu banjir masuk sampai se-dada, banjir datang kita ungsikan barang-barang ke tetangga yang kebetulan udah ditinggikan. Kemarin banjir tidak masuk ke rumah, tapi hampir masuk, udah setinggi pintu masuk,” ungkap Suti. “Tapi kan kalau masuk airnya, Ibu bisa naik ke atas loteng,” lanjut salah seorang relawan. Warno menyahut sambil bercanda, “Kalau dulu ngungsi barangnya ke tetangga, sekarang malah tempat titipan.” Tawa pun meledak. Semua tampak berbahagia, baik penerima maupun para relawan.

Usai acara penyerahan rumah, langit pun terang dan gerimis pun berhenti, seakan-akan ingin menggambarkan kehidupan baru yang cerah telah dimulai di sini. “Kehidupan kita bermakna apabila kita dapat bermanfaat bagi orang lain,” sungguh indah bunyi Kata Perenungan Master Cheng Yen ini, jika kita mampu mewujudkannya.

 

Artikel Terkait

Donor Darah untuk Kemanusiaan

Donor Darah untuk Kemanusiaan

19 November 2012 Dalam rangka merayakan dua tahun perjalanan Kantor Penghubung Singkawang, insan Tzu Chi Singkawang menyelenggarakan kegiatan donor darah pada Jumat, 2 November 2012 bertempat di Kantor Penghubung.
Kentalnya Potret Toleransi Pada Peresmian Masjid di UNUSIA

Kentalnya Potret Toleransi Pada Peresmian Masjid di UNUSIA

10 Maret 2022

Rabu, 9 Maret 2022, relawan Tzu Chi menghadiri peresmian Masjid KH. Moh Ilyas Ruhiat yang berada di Kompleks UNUSIA di Bogor, Jawa Barat. Masjid ini merupakan satu dari tiga bangunan yang pembangunannya adalah hasil kerja sama antara NU dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Setetes Darah, Setetes Harapan

Setetes Darah, Setetes Harapan

31 Desember 2009 Dalam rangka mendukung peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Dinas Sosial yang jatuh pada tanggal 19 Desember 2009, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Batam bekerja sama dengan Dinas Sosial Kepulauan Riau dan Hipenca (Himpunan Penyandang Cacat) mengadakan acara donor darah di salah satu mal terbesar di Batam.
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -