Kebahagiaan Mengalir di Pademangan Barat

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Rianto Budiman (He Qi Pusat)

Minggu, 15 Juni 2014, Tzu Chi mengadakan acara Syukuran dan Serah Terima Kunci Program Bebenah Kampung di Pademangan Barat. Acara ini ditandai dengan penyerahan kunci dan nasi tumpeng kepada setiap warga penerima bantuan.

Pertengahan bulan Juni, tepatnya tanggal 15 Juni 2014, Syukuran dan Serah Terima Kunci bagi 19 rumah warga Pademangan, Jakarta Utara dilakukan. Kegiatan ini adalah lanjutan dari program bebenah kampung yang dilakukan oleh Tzu Chi. Cecep Suryono, Camat Pademangan Barat merasa ikut senang karena melihat warga senang karena rumah mereka telah selesai dibedah oleh Tzu Chi. begitu juga Amirulloh, wakil RW 013, juga merasakan hal yang sama dan sangat berterimakasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, yang telah membantu warga Pademangan Barat. Ia mengimbau para warga dapat merawat rumah barunya juga memperbaiki sendiri bila nantinya ada kerusakan.

Selain serah kunci, para relawan juga memberikan nasi tumpeng pada masing-masing keluarga sebagai tanda syukur. Ibu Sutiyah, salah satu warga penerima bantuan, menangis terharu seraya memeluk saya sebagai bagian dari keluarganya, saat saya menyerahkan kunci dan nasi tumpeng untuknya. Ia berterima kasih karena telah membantunya untuk dapat hidup di rumah yang layak.. Begitu pula dengan Mohammad Soleh, Ketua Lembaga Musyawarah Kelurahan, ia mengucap syukur dan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah memberikan bantuan bagi warga Pademangan Barat.

Saat relawan mau mengantar warga ke rumah baru mereka, Jakarta masih diguyur hujan. Ini tidak membuat relawan patah semangat. Dengan berbekal paying, relawan dan warga berjalan menembus air hujan menuju rumah baru warga.

Kekuatan Untuk Bersabar
Acara serah kunci rumah hari itu tak sepenuhnya lancar karena hujan turun hampir di setiap wilayah di Jakarta. Relawan yang ikut dalam kegiatan ini pun harus bersusah payah sampai di lokasi acara serah kunci di Kantor Kelurahan Pademangan Barat. Bagi warga, hujan yang datang di Jakarta ini dulunya merupakan satu “ancaman” yang membuat mereka was-was karena rumah yang tidak layak. Atap mereka bocor, dan banjir selalu datang apabila hujan. Seperti rumah Jack Tuyu (46) dan istrinya Toliya Atun (48). Setiap hujan datang, rumah mereka pasti bocor dan banjir. Sementara untuk ongkos perbaikan rumah masih sangat susah untuk mereka dapatkan. Uang hasil dagangan Atun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga.

Serah terima kunci dan nasi tumpeng dari perwakilan relawan kepada warga bebedah rumah.

Pada bulan Januari 2014 lalu, Atun dan suami sangat kaget saat diminta relawan untuk mengosongkan rumah mereka. Selama 2 minggu, mereka mengalami kesulitan untuk mencari tempat tinggal sementara hingga akhirnya mendapatkan sebuah kontrakan. “Kontrakan itu sangat kecil. Saya cuma bawa kasur, peralatan masak dan buku sekolah anak-anak. Barang lain terpaksa saya titipkan ke tetangga selama 3 bulan,” ujar Jack Tuyu. Dalam keadaan tersebut, anak-anak mereka sedikit terganggu dalam belajar. Namun dengan semangat ternyata mereka masih mampu mempertahankan peringkat pertama di kelas. “Sekarang anak-anak merasa nyaman, semangat dalam belajar, tidak diganggu oleh nyamuk, tikus dan banjir. Saya sangat bersyukur, berterima kasih, dan mau bergabung di barisanTzu Chi. Bila ada kegiatan, mohon hubungi saya,” tambahnya.

Rasa syukur tak hanya dirasakan oleh keluarga Jack Tuyu, namun juga seluruh keluarga lain termasuk ibu Suhartini. Setiap bertemu dengan ibu Suhartini, ia selalu memberikan senyuman ramahnya. Saya masih teringat saat pertama kali saya ikut melakukan survei di rumahnya. Ibu Suhartini saat itu tengah bekerja sebagai tukang cuci gosok memutuskan untuk langsung pulang dan menemani kami serta menjawab beberapa pertanyaan yang kami ajukan. Beberapa kali saya juga bertemu dengannya saat ikut kerja bakti membersihkan Tzu Chi Center, PIK. Dibalik senyumannya yang ramah, tersimpan kesedihan dalam hatinya. Ia selalu berdoa kepada Tuhan, ada orang yang bisa membantunya membangun kembali rumah agar tidak kehujanan, tidak kebanjiran.

Saat berbagi cerita, Suhartini meneteskan airmata. Dibalik senyumannya, ia menyimpan kesedihan dan selalu berdoa agar orang dapat membantu membangun rumahnya.

Saat berbagi cerita, tiba-tiba Suhartini menangis sedih, ia ingat akan rumahnya yang dulu tidak layak huni ditambah lagi sering dilanda banjir bila hujan datang. Saat ia diminta untuk mengosongkan rumah agar bisa segera dibedah, saat itu juga ia tidak mempunyai uang untuk mengontrak. Ia akhirnya menitipkan anak bungsu ke kontrakan anak sulungnya. Selama 4 bulan, ia memilih untuk tinggal dan tidur di rumahnya sendiri yang sedang dalam tahap pembangunan. Sedangkan sang suami memilih tinggal di warung. Di rumahnya, Suhartini memasang tenda sebagai ruang tidur. Bila hujan datang, maka ia tidak akan bisa tidur karena tendanya tidak kuat menampung air hujan. Dulu ia hanya bisa pasrah dan berdoa agar hujan segera reda. “Bila hujan reda, saya mengelap papan dan tidur lagi,” ujarnya mengingat perjuangannya. Kenangan tersebut masih sangat nyata dalam ingatan Suhartini. Namun cobaan tersebut justru membuatnya semakin kuat. Kesabarannya membuahkan hasil. Kini rumahnya sudah bisa ditinggali dengan nyaman. Sebagai rasa syukurnya, ia bahkan mulai ikut bersumbangsih melalui celengan bambu.

Foto bersama dengan 19 warga yang menerima bantuan program bebedah rumah, dengan mengangkat kunci rumah baru dan nasi tumpeng.


Artikel Terkait

Kebahagiaan Mengalir di Pademangan Barat

Kebahagiaan Mengalir di Pademangan Barat

25 Juni 2014 Pertengahan bulan Juni, tepatnya tanggal 15 Juni 2014, Syukuran dan Serah Terima Kunci bagi 19 rumah warga Pademangan, Jakarta Utara dilakukan. Kegiatan ini adalah lanjutan dari program bebenah kampung yang dilakukan oleh Tzu Chi.
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -