Kebahagiaan Seorang Sulastri
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Leo Samuel Salim, Dinarwaty (Tzu Chi Medan) Sulastri dan suaminya Ilias menyambut kebahagiaan kembalinya penglihatan bagi Sulastri setelah mengikuti baksos katarak Tzu Chi di Medan. |
| ||
Penglihatan Sulastri mulai memburuk sejak 6 tahun yang lalu dan 2 tahun terakhir ini, semuanya menjadi gelap. Kira-kira 2 bulan yang lalu, hari sudah senja dan Ilias terlambat pulang ke rumah. Mendengar Adzan Maghrib, Sulastri mencoba untuk menyalakan lampu dinding. Tak disangka setelah lampunya menyala, batang korek api yang sedang menyala terjatuh di atas tumpukan kertas dan menyebabkan kebakaran kecil. Sulastri yang tidak dapat melihat tetapi dapat merasakan panasnya api itu hanya dapat berteriak minta tolong dan terduduk karena panik. Mendengar teriakan istrinya dari kejauhan, Ilias pun terpontang-panting bergegas pulang ke rumahnya. “Jarak api dengan badannya itu hanya 1 meter. Langsung aku angkat dia ke tempat yang aman,” cerita Ilias. Ilias sendiri terkena luka bakar di bagian tangan dan dada karena mencoba membuang pot bunga plastik yang terbakar. Untung luka bakar itu lekas sembuh dan tidak berbekas karena Ilias langsung menyiramkan minyak tanah ke tubuhnya. Jauh sebelum menikah dengan Ilias, Sulastri pernah mengangkat seorang anak laki-laki. Tetapi maut menjemput anak semata wayangnya itu karena overdosis obat-obatan terlarang. Dan selama 18 (delapan belas) tahun mereka berdua berumah tangga, mereka belum juga dikaruniai anak. Karenanya mereka berdua pun saling melengkapi satu sama lain. “Dulu di mana ada saya, pasti ada dia (Sulastri -red). Kami sama-sama cari kayu bakar. Tetapi sejak matanya ngga bisa melihat, dia hanya diam di rumah saja,” cerita Ilias mengenang kebersamaannya dengan Sulastri. “Kalau sudah dapet ranting kayu yang jatuh, saya belah dan potong. Dia-lah yang ngikat,” tambahnya. Penghidupan sepasang orang tua ini digantungkan pada penjualan kayu bakar ini. Seikat kayu bakar yang dijual ke kedai-kedai di sekitar kampungnya adalah Rp 500,00. Paling banyak kayu bakar yang terjual hanya sekitar 30 (tiga puluh) ikat per hari. “Terkadang, ya, pulangnya tangan kosong (tidak terjual sama sekali -red),” ujar Ilias.
Keterangan :
Harapan Kedua Tanggal 4 Desember 2010, jam 5.00 WIB, Ilias bersama Sulastri berangkat dari rumahnya menuju ke RSUD Dr. Kumpulan Pane dimana semua pasien yang akan diberangkatkan ke Medan harus berkumpul. Setelah semuanya berkumpul, maka 8 orang pasien beserta 3 orang relawan menuju ke Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Medan. Dengan kondisi yang tertatih-tatih dan didampingi Ilias beserta relawan, mereka memasuki ruang pemeriksaan. Dan setelah dinyatakan baik dari tim medis, maka Sulastri dapat dioperasi. Pendengaran Sulastri yang juga kurang peka membuat relawan dan tim medis harus lebih bersabar. Setelah operasi selesai, Sulastri dibawa ke ruang pemulihan. Di ruang ini, Ilias tidak pernah meninggalkan istrinya dan memastikan kondisinya dalam keadaan baik. Dengan sabar pula, Ilias menyuapi istrinya dan memberinya minum.
Keterangan :
Keesokan harinya, semua pasien yang berjumlah 19 (Sembilan belas) orang berkumpul kembali di BKIM untuk diperiksa matanya. Dari ke-19 orang tersebut ada 6 (orang) yang dioperasi kedua matanya, termasuk Sulastri. Satu per satu perban mata dibuka oleh perawat dan kemudian dibawa ke ruang pemeriksaan untuk diperiksa tingkat keberhasilan operasinya. Setelah itu, semua pasien beserta anggota keluarganya berkumpul untuk mendengarkan pengarahan dari tim medis mengenai semua hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama tahap pemulihan ini. Waktu beranjak siang, semua pasien sudah mendengarkan penyuluhan dan telah dilakukan pemeriksaan mata pascaoperasi. Setelah mengetahui kapan akan dilakukan pemeriksaan ulang, merekapun bersiap-siap untuk pulang. Tampak wajah-wajah bahagia terpancar dari setiap pasien dan anggota keluarganya. Keindahan dunia kini terpampang di depan mata. | |||
Artikel Terkait
Senasib Sepenanggungan
07 Juni 2010Himpunan Cinta Kasih untuk Nenek Gadih
10 September 2021Tzu Chi Pekanbaru merenovasi rumah nenek Gadih seorang lansia berusia 80 tahunan yang hidup sebatang kara di Perawang, Kampung Tualang, Siak, Riau.