Kebahagiaan Suasana (Bag. 2)

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

foto Melihat banyaknya tanaman liar yang tumbuh di bantaran sungai, Zr Suasana tergerak untuk mencabuti dan membersihkan tanaman liar itu agar tidak merusak pondasi batu bantaran sungai.

Tahun 2007, Zr Suasana tidak lagi bekerja di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, tetapi ia tetap aktif membantu kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi. “Perasaan saya senang ya (ikut baksos). Kalau mata kan lain dari penyakit-penyakit yang lain. Awalnya kan dia (pasien) datang belum bisa lihat, terus kalau dah operasi dia merasa senang sekali. Lihat dia senang, saya juga ikut senang,” ungkapnya.

Mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi memberikan kebahagiaan sekaligus kesan yang mendalam bagi Suasana, “Kalau mereka (pasien) menunggu, nggak tahu apa yang akan dilakukan padanya, saya menerangkan bahwa kalau nanti operasi gini-gini, jangan takut ya,” katanya, “dan setelah operasi, pasien itu kembali bilang, ‘oh ini toh ibu perawatnya. Saya sering dengar suaranya (saat baksos), tetapi baru sekarang bisa lihat wajahnya.’ Berarti mereka ingat sama kita.”

Beruntung suami dan keempat anak Suasana dapat memahami aktivitasnya di Tzu Chi. “Keluarga nggak pernah protes. Mereka tahu Tzu Chi dan kegiatan-kegiatan sosialnya karena saya selalu bawa buletin dan majalah Tzu Chi ke rumah,” ujar Suasana, “bahkan suami saya yang selalu mengantar saya kalau mau ikut kegiatan Tzu Chi.” Ada hal yang disyukuri Suasana, ia merasa diberi kekuatan dan kesehatan oleh Tuhan untuk dapat beraktivitas di Tzu Chi. “Teman saya umur segini (67 tahun), jalan aja dah pada loyo,” katanya.

Ada hal yang membuat Suasana merasa kagum dan tertarik untuk terus menjadi relawan Tzu Chi di bidang medis. Ia merasa setiap kali baksos kesehatan, banyak relawan yang membantu tugas-tugasnya yang sebelumnya selalu ia kerjakan sendiri di tempat kerjanya terdahulu. “Saya senangnya di Tzu Chi itu kerja samanya yang bikin senang. Padahal mereka (relawan) itu kan kebanyakan orang-orang berada dan punya banyak pembantu di rumah, tetapi mereka masih mau mendampingi pasien dan bahkan membersihkan kaki pasien,” ungkap Suasana haru.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan perlengkapan sederhana: sepatu bot, ikat kepala suku Batak, dan golok kecil, Suasana siap turun membersihkan sampah dan tanaman liar di kali depan rumahnya. (kiri)
  • “Kalau musim hujan begini sih sampah-sampah terbawa air, tetapi kalau musim kemarau, sampah-sampah akan menumpuk,” terang Suasana. Jika sudah begitu, Suasana pun harus turun ke kali lebih sering untuk mengangkat sampah-sampah itu dari kali di depan rumahnya. (kanan)

Dalam setiap baksos kesehatan, tentunya ada pula pasien yang akhirnya gagal untuk dioperasi. Hal ini biasanya karena kondisi kesehatan si pasien yang tidak fit ataupun kadar gula dan tekanan darah yang terlalu tinggi. Kalau sudah begitu, maka Suasana pun harus pintar-pintar menghiburnya. “Saya jelaskan kenapa mereka gagal dioperasi, tetapi dengan cara yang lembut agar mereka tidak kecewa,” kata wanita yang enerjik dan murah senyum ini. Dalam situasi yang sibuk dan melelahkan sekalipun, Suasana selalu berusaha untuk  ceria dan ramah. “Walaupun sedang capek, tetapi tidak boleh menunjukkannya pada pasien. Tidak boleh sampai keluar ucapan kasar sama pasien, apalagi pasien baksos, saya kan juga harus menjaga citra Tzu Chi,” kata Suasana yang sudah pernah berkunjung ke Hualien, Taiwan, kampung halaman batin insan Tzu Chi di dunia.

Menjaga Lingkungan
Seringnya mengikuti kegiatan dan bergaul dengan insan Tzu Chi secara tidak langsung juga menumbuhkan pemahaman lain Suasana terhadap alam dan lingkungannya. Suasana yang sering membaca buletin dan majalah Tzu Chi, serta menonton DAAI TV ini tahu bahwa Master Cheng Yen sangat peduli terhadap kelestarian alam. Dengan memelihara kelestarian alam maka sebenarnya kita juga turut mencegah datangnya bencana. Terinspirasi dengan hal ini, maka Suasana pun tergerak untuk peduli kepada lingkungan di sekitar tempat tinggalnya, salah satunya adalah kali (sungai) yang terdapat di depan rumahnya di daerah Klender, Jakarta Timur. “Awalnya saya lihat ada tumbuh pohon besar (Kapuk). Terus saya pikir kalau begini akan merusak turap (batu semen di bibir sungai), dan bisa runtuh,” terang Suasana, “akhirnya saya ajak tetangga untuk patungan tebang pohon itu.”

foto  foto

Keterangan :

  • Di usia senjanya, Suasana Irmina Sembiring (67) dan Sabar Surbakti (75) masih tetap sehat dan beraktivitas. Jika Suasana aktif di kegiatan sosial, sang suami berwirausaha (bertani) di kampung. (kiri)
  • Suasana bersama suami dan keempat anaknya. Keluarga sangat mendukung Suasana aktif dalam kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi. (kanan)

Dari situlah kemudian kali kecil di depan rumah itu mulai menyita perhatian Suasana. Di sela-sela waktu luangnya, ia turun ke kali dan mencabuti rumput-rumput ataupun tanaman liar yang tumbuh di sela-sela bibir sungai. Jika dibiarkan, tumbuhan ini bisa membuat retak batuan di bibir sungai. “Daripada kalau sudah besar makin susah, jadi saya cabutin aja saat masih kecil,” tandasnya. Sebulan sekali Suasana turun ke kali dengan perlengkapannya, sepatu bot, selendang (ikat kepala) suku Batak, dan juga golok kecil.

Jika di musim hujan masalah yang timbul adalah tumbuhnya rumput dan tanaman-tanaman liar, maka di musim kemarau justru masalah baru yang datang, yaitu sampah. “Kalau musim hujan begini sih sampah-sampah terbawa air, tetapi kalau musim kemarau, sampah-sampah akan menumpuk,” terang Suasana. Jika sudah begitu, Suasana pun harus turun ke kali lebih sering untuk mengangkat sampah-sampah itu dari kali di depan rumahnya. “Saya senang aja melihat kalau kali ini bersih. Kadang saya suka lihat dari atas jembatan, wuih…, bersih, mengingatkan saya akan kampung halaman,” ujarnya sembari tersenyum. Di usia senjanya ini, Suasana masih dapat berbuat kebajikan, membantu orang lain dan juga menjaga lingkungan di wilayah tempat tinggalnya.

Selesai

  
 

Artikel Terkait

Sebanyak 45.000 Relawan Tzu Chi Serentak Mendengarkan Dharma

Sebanyak 45.000 Relawan Tzu Chi Serentak Mendengarkan Dharma

16 April 2020

Kemajuan teknologi memungkinkan setiap orang bisa saling berkomunikasi tanpa mengenal jarak dan waktu. Mengingat masa pandemic Covid-19 masih terus berlanjut, relawan Tzu Chi Indonesia turut mengikuti Live pelatihan relawan yang diadakan di Taiwan. Sebanyak 45.000 relawan dari seluruh dunia mengikuti kegiatan ini.

 

Datang dan Buktikan Sendiri

Datang dan Buktikan Sendiri

04 Juni 2013 Dalam acara ini, warga yang terdiri dari warga Lautze Dalam, Karanganyar, dan Pademangan ini merasa sangat senang dan terperanjat melihat sejarah Tzu Chi yang begitu indah serta dijabarkan dengan begitu rapi.
Belajar dan Berkreasi di Tengah Pandemi

Belajar dan Berkreasi di Tengah Pandemi

16 September 2020

Dalam masa pandemi Covid-19, Tzu Chi Medan mengadakan kelas kata perenungan secara online. Kelas yang berlangsung pada Minggu 13 September 2020 kali ini mengajak para peserta untuk berkreasi string art.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -