Kebahagiaan Yang Didapat dari Memberi

Jurnalis : Jap Bon Kiun (He Qi Utara 2) , Fotografer : Jap Bon Kiun (He Qi Utara 2)


Christine Tjen Shigu membawakan materi tentang memberi tidak hanya dana uang tapi dapat juga dengan tenaga.

“Selamat pagi semuanya, ayo buka kameranya, dan mana senyumnya, sudah lama nih kita tidak ketemu?” sapa Christine Tjen Shigu (moderator) saat memulai kelas Budi Pekerti.

Pukul 09.45, Minggu 27 September 2020, sebanyak 37 partisipan (26 anak Tzu Shao Ban, 3 Da Ai gege jiejie dan 8 relawan Tzu Chi) mengikuti kelas ini secara daring di rumah masing-masing.

Pagi itu kelas dimulai dengan menonton video dengan tema Makna Kebahagiaan dan Bagaimana Bersikap kepada Orang Tua. Dalam video tersebut diceritakan tentang seorang anak yang hidup berdua dengan ayahnya. Namun sang anak sangat membenci ayahnya hingga akhirnya Ia menemukan rahasia besar sang ayah. Ia sangat tidak suka dengan ayahnya, karena ayahnya sangat miskin dan tidak sukses walaupun telah bekerja keras. Ia pun tidak pernah melihat ayahnya menjadi inspirasi buat dirinya.

Suatu hari anaknya bertanya kepada sang ayah, ”Kenapa kita tidak kaya?” Sang ayah menjawab, “Siapa bilang kita tidak kaya? Menjadi kaya bukanlah berapa banyak harta yang kita punya tapi berapa banyak yang kita beri. Ketika kita memberi, kita akan merasa bahagia. Being Rich is not about how much you have, but how much you give. Somehow when you give, you’ll be happier.

Makna kebahagiaan


Sebanyak 37 partisipan mengikuti kelas secara daring di rumah masing-masing.

Kelas pun berlanjut dengan sesi diskusi. Christine Shigu bertanya bagaimana perasaan setelah menonton video tersebut, dengan memberikan beberapa polling yaitu;

1. Hal apa  yang dirasakan sang anak (di video tersebut) ketika bersama ayahnya?

Sebagai hasilnya adalah yang memilih sang anak tidak suka kepada ayahnya ada 22 anak. Dan yang memilih sang anak senang ketika bersama ayahnya sebanyak 4 anak.

Christine Shigu pun kembali bertanya, “Kenapa sang anak tidak suka kepada ayahnya?”

“Ayahnya miskin,” ucap Jesslyn

“Ayahnya tidak menginspirasi dia karena ayahnya miskin,” tambah Didi (Viryadi Gunawan).

2. Menurut kalian apa yang harus dilakukan sebagai seorang anak kepada orang tua kalian?

Dan hasil polling pertanyaan ini sebanyak 80% menjawab dengan sangat penuh kesadaran dan ideal yaitu membahagiakan orang tua, menghormati orang tua, dan membantu orang tua.

3. Menurut perasaaan kalian apakah kalian sudah membahagiakan dan menghormati orang tua kalian selama ini?

Jawaban anak-anak pun sangat beragam. Ada 3 anak yang menjawab sudah menghormati dan membahagiakan orang tua. Lalu 3 anak menjawab belum pernah. Dan 20 anak menjawab kadang-kadang.

Christine Shigu menjelaskan bahwa orang tua adalah Buddha yang ada di rumah kita. Harusnya kita menghormati orang tua terlebih dahulu. Kita tidak tahu kapan orang tua kita pergi dari dunia ini. Jangan sampai kita menyesal seperti anak itu. Ia tidak bisa membalas budi maupun memberi kebahagiaan kepada orang tuanya.

“Jadi selagi orang tua kita masih ada, kita harus bertekad bahwa mulai hari ini kita berusaha untuk membahagiakan dan menghormati orang tua kita ya,” ungkapnya.


Dalam gambar ini, seorang murid Crystallin Gunawan menjawab,” Ayahnya happy karena suka membantu orang lain dan kaya tidak tergantung apa yang kita miliki, tetapi dari berapa banyak yang kita berikan kepada orang lain.”

Diskusi pun berlanjut dengan dua pertanyaan tambahan.

1. Mengapa sang ayah bahagia dan tersenyum?

“Ayahnya suka membantu,” jawab Elora Fleta Sulim dengan penuh yakin.

Tak mau kalah, Crystallin Gunawan pun menjawab, ”Ayahnya happy (bahagia) karena ayahnya suka membantu orang lain, dan kaya itu tidak tergantung apa yang kita miliki, tetapi dari berapa banyak yang kita berikan kepada orang lain.”

2. Mengapa sang anak terkejut pada akhirnya?

Christine Shigu meminta pendapat dari Nysa Setiawan, “Anak itu pulang karena ayahnya meninggal dan terkejut mendapat surat donatur atas namanya.”

Bagaimana perasaan anak itu? Hendry Andrianna pun lanjut menjawab, “Menjadi senang dan bangga sama ayahnya, berbuat baik tidak hanya dalam materi tapi juga dengan menghibur orang sakit dan suntikan semangat buat anak yang lumpuh dan depresi.”

Jangan takut memberi 


Jangan takut memberi. Ketika kita memberi kita tidak kehilangan melainkan mendapatkan sesuatu yaitu kebahagiaan itu sendiri. 

Menjadi kaya bukanlah dilihat dari apa yang kita miliki tetapi  seberapa banyak yang kita berikan kepada orang lain. Janganlah kita merasa dan berpikir  bahwa orang tua kita tidak seperti orang tua  teman lain yang punya rumah, mobil, baju yang bagus. Kita harus selalu ingat kata-kata dari ayah anak itu.

Banyak orang kaya secara materi mempunyai segalanya tetapi ketika ada yang membutuhkan misalnya pengemis, orang sakit, bencana alam, mereka takut sekali untuk memberikan sumbangan. Padahal berbuat baik itu sangat sederhana hanya dengan berdana. Mereka kaya secara materi tetapi miskin batinnya. Membantu pun tidak harus dalam bentuk materi tetapi kita bisa membantu secara tenaga. Ini juga disebut memberi (kaya).

Christine Tjen Shigu berharap bahwa anak-anak dapat mengubah cara berpikir mereka (mindset) bahwa menjadi kaya itu bukan hanya dari materi.


Video ini juga mengajarkan bahwa makna kebahagiaan bukan terletak pada keberadaan harta benda.

Kebahagiaan tidaklah dilihat dari apa kita miliki. Ketika kita memberi kita tidak kehilangan melainkan mendapatkan sesuatu yaitu kebahagiaan itu sendiri. Hal baik yang kita tabur menjadi sesuatu yang berharga untuk orang lain.

“Jadi jangan takut memberi karena dengan banyak memberi malah memberikan kebahagiaan. Mulai hari ini kalian coba buktikan sendiri, apakah dengan kita memberi, kita bahagia? Shigu yakin di dalam hati kalian semua pasti ada cinta kasih, semua makhluk hidup mempunyai cinta kasih. Kalian semua mempunyai cinta kasih dan kita harus membangkitkan cinta kasih itu terutama untuk keluarga dan orang tua kita,” kata Christine Tjen Shigu

Menutup kelas, Christine Tjen Shigu tidak lupa mengucapkan Gan En kepada anak-anak yang telah menyimak video dan berbagi pendapat.

Seperti Kata Perenungan Master Cheng, ”Makna kebahagiaan bukan terletak pada keberadaan harta benda, melainkan pada keberadaan cinta kasih dalam hati.”

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Membuka Lembaran Baru, Semangat Baru di Tahun 2024

Membuka Lembaran Baru, Semangat Baru di Tahun 2024

02 Februari 2024

Kelas Bimbingan Budi Pekerti (Qin Zi Ban) di Tzu Chi Medan telah dimulai kembali pada 21 Januari 2024. Dengan semangat dan sukacita para Xiao Pu Sa dan didampingi orang tuanya mulai berdatangan.

Membangkitkan Cinta Kasih untuk Bumi Sejak Dini

Membangkitkan Cinta Kasih untuk Bumi Sejak Dini

31 Juli 2019
Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat pada Minggu, 14 Juli 2019 mengusung tema pemilahan sumber daya dan menyanyangi, serta menghargai bumi. Sebanyak 24 murid qing zi ban besar, 27 murid tzu shao ban, dan 14 orang tua murid hadir mengikuti kelas yang berlangsung di ITC Mangga Dua lantai 6 ini. 
Asyiknya Bekerja Sama

Asyiknya Bekerja Sama

15 Desember 2016
Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Kelas Budi Pekerti yang berbeda dari biasanya. Apabila kegiatan biasa dilakukan di dalam ruangan, kali itu kegiatan dilakukan di pantai, yaitu Pantai Pongkar.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -