Kebaikan Tanpa Membedakan

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya, Aping Rianto (He Qi Utara)
 
 

fotoMinggu, 16 Oktober 2011 merupakan salah satu hari yang membahagiakan karena sebanyak 283 orang relawan abu putih dilantik menjadi relawan biru putih..

“Selalu senior-senior kami itu memberikan contoh di depan, semua bergotong royong untuk melakukan kebaikan. Contohnya setelah ada kegiatan baksos atau kegiatan lainnya, tidak peduli itu siapapun juga, semua akan bekerja sama mengangkat barang sama-sama untuk menyelesaikannya, dan itu membuat saya merasa sangat salut,” cerita Gatot Achmadi, seorang relawan Tzu Chi dari Biak, Papua.  Kebersamaan yang ia rasakan di Tzu Chi membuatnya mantap membuat keputusan untuk bergabung menjadi keluarga besar Tzu Chi pada tahun 2008.

Gatot  mengenal Tzu Chi dari pimpinannya di tempatnya bekerja. Saat pertama kali mengikuti acara Tzu Chi, ia melihat pimpinannya tersebut mengangkat-angkat kursi yang menurutnya tak lazim dilakukan oleh seorang pimpinan. Ia pun segera  melarang pimpinannya mengangkat lagi, namun justru ia malah ditegur, dan jawaban dari pimpinannya mampu menyentuh hatinya.  “Ini kebersamaan kita,” ucapnya menirukan perkataan pimpinannya saat itu. Selain itu, melihat kontribusi Yayasan Buddha Tzu Chi yang berbuat kebajikan untuk membantu sesama tanpa melihat ras, suku, dan agama membuatnya salut kepada Tzu Chi.

Selama beberapa tahun mengikuti kegiatan di Tzu Chi, ayah dari 3 orang anak ini aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan. “Berbicara masalah kebersihan itu, kita seperti berteriak di padang pasir,” ucapnya yang merasa prihatin karena ia melihat bahwa jumlah orang yang membuang sampah sembarangan masih jauh lebih banyak daripada orang-orang yang membersihkannya sehingga membuat pekerjaan membersihkan menjadi tampak sia-sia.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan yang dilantik ini berasal dari Jakarta, Tangerang, Bandung, Sukabumi, Surabaya, Lampung, Medan, Batam, Pekanbaru, Makasar, dan Biak. (kiri)
  • Gatot Achmadi Shixiong, salah satu relawan Tzu Chi asal Biak yang dilantik menjadi relawan biru putih.(kanan)

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia bekerja sebagai salesman dan sebagian harinya ia habiskan di atas motor untuk berkeliling ke berbagai tempat, namun ia tak melupakan prinsipnya untuk tetap melestarikan lingkungan. “Saya sering jalan ke toko-toko setiap hari, kalau ada toko yang tidak bisa membawa plastik-plastik untuk didaur ulang, maka saya akan bawakan. Pengalaman pertama saya membawa kantong-kantong besar yang berisi sampah daur ulang saat di jalanan, saya diketawain orang-orang. Ada yang berkata kok seperti pemulung,” cerita Gatot Shixiong yang tidak merasa malu karena ditertawakan. Gatot justru menjelaskan bahwa jika sampah tersebut dibiarkan maka akan sulit diurai oleh bumi dan mengajak orang lain untuk juga melakukan pelestarian lingkungan.

Bersumbangsih untuk Sesama
“Begitu tulus dan bersahabatnya semua insan Tzu Chi, saya dianggap seperti saudara, itu yang bikin saya terharu dan bangga, sehingga membuat saya ikut merasa memiliki meskipun saya adalah umat Muslim,” ucapnya. Perbedaan agama tak menghalangi niatnya untuk terus berjalan di jalan Tzu Chi.  Tidak ada rasa kekhawatiran yang ia rasakan karena ia tahu bahwa di Tzu Chi yang diajak hanyalah untuk berbuat kebajikan bagi sesama dan ia pun merasa memiki Tzu Chi sebagai bagian dari jalan hidupnya. “Islam sendiri juga menjelaskan bahwa sebaik-baiknya umat adalah yang bermanfaat bagi sesama,” jelasnya mantap.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan ini dilantik menjadi relawan biru putih dengan maksud agar dapat mengemban visi dan misi Tzu Chi secara lebih mendalam. (kiri)
  • Kebersamaan yang dirasakan Gatot di Tzu Chi membuatnya membuat keputusan untuk bergabung menjadi keluarga besar Tzu Chi pada tahun 2008..(kanan)

 “Begitu saya ikut Tzu Chi saya baru paham, namanya kebaikan itu bukan hanya di tempat ibadah, ternyata banyak sekali kebaikan dimana-mana,” jelasnya, “pengalaman saya, pernah pada saat malam hari ada seorang ibu yang sudah tua berjalan di sebuah jalan di Biak. Pada saat itu sudah sepi sekali, ibu itu berjalan sendiri membawa rantang, termos dan tikar. Lalu saya tanya, ‘mama mau kemana?’ Ibu itu menjawab mau jengguk anaknya yang sakit. Lalu ibu itu saya ajak pergi sama-sama, namun dia takut dan berkata, ‘Maaf saya nggak punya uang untuk naik ojek’. Lalu saya jelaskan ini bukan ojek,” katanya menceritakan pengalamannya. Pelajaran tersebut ia dapat dari Tzu Chi, untuk menolong siapapun dan melakukan apapun hal yang baik tanpa membedakan. Saat itu ia merasakan Indahnya persahabatan tanpa membedakan segala perbedaan yang ada.

Kini Gatot telah dilantik menjadi relawan biru putih, “Setelah dilantik menjadi relawan biru putih kita harus menjadi contoh teladan bagi orang lain serta mengajak yang lain untuk ikut serta.” Di tahun ini Master Cheng Yen terus menyerukan tentang pertobatan dan bervegetarian, Gatot pun yang sudah lama tidak mengonsumsi beberapa jenis daging ini bertekad akan mulai secara bertahap untuk bervegetarian.

Ia pun berharap agar rekan-rekan yang baru dilantik menjadi relawan biru putih mempunyai semangat yang tidak pernah luntur untuk senantiasa menyebarkan kebaikan dan melaksanakan arahan dan harapan Master Cheng Yen. ”Karena itu bukan untuk Master Cheng Yen, kalau kita berbuat kebaikan untuk sesama, kan berguna juga untuk kita sendiri,” jelasnya. Setelah resmi dilantik, kini ia pun merasa bahagia, bangga sekaligus memiliki tanggung jawab untuk semakin berhati-hati melangkah ke depan dan menularkan semangat yang ia miliki kepada lingkungannya.

 

 

  
 

Artikel Terkait

Menjalin Jodoh Baik di Pendidikan

Menjalin Jodoh Baik di Pendidikan

01 Agustus 2011
Minggu, 17 Juli 2011, kantor Tzu Chi Pekanbaru ramai dikunjungi oleh Dui Fu(mentor) dan  orangtua murid yang datang untuk menghadiri sosialisasi tentang program pembelajaran budi pekerti tahun ajaran 2011/2012.
Cinta Kasih Bersemi di Antara Pohon Sawit

Cinta Kasih Bersemi di Antara Pohon Sawit

01 Februari 2007 Propinsi Riau ternyata tidak hanya memiliki tanah yang subur yang ditandai dengan banyaknya perkebunan kelapa sawit, namun juga memiliki ’lahan’ yang subur untuk ditanami cinta kasih. Tzu Chi pada tanggal 21 Januari 2007 menanaminya dengan cinta kasih di sela-sela perkebunan kelapa sawit.
Waisak 2019: Mengagungkan Kebesaran Buddha dengan Tindakan Nyata

Waisak 2019: Mengagungkan Kebesaran Buddha dengan Tindakan Nyata

17 Mei 2019

Minggu kedua di bulan Mei setiap tahunnya, insan Tzu Chi di seluruh dunia merayakan Hari Raya Waisak, Hari Ibu Internasional dan juga Hari Tzu Chi Sedunia. Tak terkecuali bagi insan Tzu Chi di Batam, pulau berbentuk kepiting yang sangat dekat dengan Singapura ini. Ini juga merupakan perayaan pertama kalinya setelah Aula Jing Si Batam diresmikan pada tanggal 18 Agustus 2018 yang lalu.

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -